Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan sebab musabab banjir yang kembali menimpa sejumlah area di ibu kota. Menurutnya hal itu dikarenakan hujan kiriman dari hulu sungai di Kabupaten Bogor dan curah hujan ekstrem yang melanda Jakarta.
“Jakarta juga merupakan kawasan pesisir, sehingga curah hujan yang tinggi di kawasan hulu (Bogor) membawa air dengan volume besar ke kawasan pesisir,” kata Anies Baswedan usai meluncurkan operasi pasar di Jati Padang, Jakarta Selatan, Minggu, 9 Februari 2020.
Mengutip ramalan BMKG, Anies menyebut, curah hujan tinggi tidak hanya terjadi di Jakarta. Bahkan, tergolong ekstrem pada Sabtu dini hari, 8 Februari 2020.
Baca juga: Anies Harap Warga Ucapkan: Untung Tinggal di Jakarta
Kemarin di Jakarta mulai siaga jam 10 malam, sejak Jumat malam, karena kita menyaksikan di pintu air Bendungan Katulampa sudah mengalami peningkatan status siaga
“Kemarin, hujan yang dialami Jakarta sampai 244 milimeter (mm). Kita mengalami curah hujan sangat ekstrem karena berada di atas 150 mm,” tuturnya.
Dikatakannya, disebut hujan lebat jika curah hujannya berada di antara 50 sampai 100 milimeter per hari. Jika curahnya di atas 150 mm, hujannya tergolong ekstrem.
“Dengan kondisi seperti ini, kita menyiagakan jajaran kita yang terkait dengan pengendalian hujan,” katanya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) ini meminta instansi terkait menyiagakan petugas dan alat-alatnya. Siaga ini demi memastikan pengendalian banjir dari hulu dengan baik, agar tidak kocar-kacir.
“Kemarin di Jakarta mulai siaga jam 10 malam, sejak Jumat malam, karena kita menyaksikan di pintu air Bendungan Katulampa sudah mengalami peningkatan status siaga,” ujarnya.
Baca juga: Penjelasan Anies Baswedan Gusur Kuliner era Ahok
Kemarin, Sabtu 8 Februari 2020, sejumlah lalu lintas Jakarta dialihkan lantaran air menggenangi jalan setempat.
TMC Polda Metro Jaya, misalnya, melaporkan pengalihan lalu lintas di Jalan Letjen Suprapto Jakarta Pusat karena air setinggi 40-60 cm menggenangi kawasan tersebut.
“Sementara lalin dialihkan,” kata TMC Polda melaporkan via akun Twitter, yang dilihat Tagar, Sabtu, 8 Februari 2020.
Banjir juga kembali menutup terowongan atau underpass Kemayoran. TMC Polda melaporan, banjir setinggi 5 meter itu membuat underpass Gandhi tidak bisa dilewati semua jenis kendaraan bermotor.
Anies mengatakan tidak semua banjir berada di daerah aliran sungai (DAS). Banjir yang terjadi bukan di DAS akan dikendalikan oleh anak buahnya tanpa harus menggunakan pompa.
Semisal banjir menerpa DAS, menurut Anies, memerlukan alat bantu pompa. Alat itu digunakan untuk memindahkan tumpahan air dari badan sungai ke area lainnya.
“Berbeda kalau hujan kiriman, kalau hujan kiriman memang di kawasan yang ada aliran sungai. Di situ kita berbicara tentang sambungan-sambungan satu tempat dengan tempat lain dan di situ ada pompa,” kata Anies Baswedan. []