Semarang - Api Abadi Mrapen tak lagi abadi. Fenomena alam sumber api yang ada di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah ini, berangsur padam dalam sepekan terakhir.
Geolog dari Universitas Diponegoro (Undip) Kota Semarang, Thomas Triadi Putranto menyebut padamnya Api Abadi Mrapen tersebut bukan kejadian yang pertama kali. Sekitar tahun 1990 pernah terjadi hal serupa.
Thomas menduga padamnya Api Abadi Mrapen saat ini tidak lepas dari maraknya aktivitas pengeboran air tanah oleh warga sekitar. "Kemungkinan penyebab matinya karena adanya aktivitas pengeboran air warga di sekitar zona Api Abadi Mrapen," kata dia kepada Tagar, Jumat, 2 Oktober 2020.
Thomas menjelaskan, dari sisi litologi, wilayah Api Abadi Mrapen terbentuk dari tanah lempung. Dengan karakter tanah dan batuan yang ada tersebut, hanya akan ada sedikit cadangan air tanah sehingga rawan mengalami kekeringan.
Namun kondisi alam tersebut tidak diketahui oleh masyarakat setempat. Banyak warga yang kemudian melakukan aktivitas pengeboran untuk mendapatkan air tanah.
Kemungkinan penyebab matinya karena adanya aktivitas pengeboran air warga di sekitar zona Api Abadi Mrapen.
Adanya pengeboran air membuat jalur-jalur retakan baru yang membuat sumbatan gas makin lebar. "Aktivitas pengeboran otomatis akan membuat jebakan hidrokarbon dangkal, yang seharusnya gas berada di jalur atau zonanya," sebut dia.
Informasi yang diterima Thomas, aktivitas pengeboran untuk aktivitas usaha itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari Api Abadi Mrapen. Kedalamannya juga melebihi kedalaman pengeboran sumber gas, yakni sekitar 30 meter, berdasar 10 pipa yang telah masuk ke dalam tanah.
Ditambah dengan rentan waktu pengeboran yang tidak berselang lama dengan padamnya Api Abadi Mranggen, membuat Thomas yakin jika anthropogenic factor atau aktivitas manusia menjadi penyebab. ,
"Bukan karena geogen factor atau fenomena geologi semata," ujar ahli ilmu bumi yang juga Sekretaris Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Undip ini.
Pengaruh lain dari aktivitas pengeboran tersebut adalah potensi berkurangnya volume gas ke Api Abadi Mrapen.
"Bisa jadi volume gas berkurang, akibat sumur yang di bor ini terlalu dalam sehingga memberikan tekanan gas yang besar. Lalu gas keluar ke permukaan bersamaan dengan keluarnya airnya," terang dia.
Baca juga:
- Api 2 Ribu Obor Meliuk-liuk di Mandailing Natal
- Jateng Bersiap Hadapi Bencana di Musim Hujan Imbas La Nina
- Benarkah Obor Olimpiade 2018 Pakai Api Cadangan? Ini Informasinya
"Menurut saya, gas sumber Api Abadi Mrapen belum habis, tapi karena memang ada retakan baru menyebabkan gas keluar di tempat lain," imbuhnya.
Kepala Desa Manggarmas menyebut padamnya Api Abadi Mrapen tidak terjadi dalam satu waktu, melainkan bertahap dalam waktu sepekan.
"Awalnya meredup, karena mungkin gasnya mulai berkurang, lalu kemudian padam," ucapnya.
Kasi Energi Dinas ESDM Jateng Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto menyatakan telah melakukan pengecekan ke lokasi. Hasilnya, memang tidak lagi tercium bau gas di Api Abadi Mrapen. []