Angka Penderita Gagal Ginjal di Malang Ribuan

Penderita gagal ginjal di Malang diprediksi berkisar ribuan orang atau lebih.
Ilustrasi Ginjal. (Foto: Pixabay/mohamed_hassan)

Tulungagung - Jumlah penderita gagal ginjal di Malang Raya saat ini diprediksi mencapai 2.500 orang lebih, dan diperkirakan terus meningkat seiring semakin tingginya angka kasus diabetes dan hipertensi di masyarakat. 

Hal itu dikatakan Tim Divisi Nefrologi dan Hipertensi RSU dr. Saiful Anwar Malang, dr Ahmad Rifai usai mengisi materi Seminar Awal Transplantasi Ginjal di Tulungagung, Minggu, 5 Januari 2020.

Dia tidak membuka data rinci terkait jumlah penderita gagal ginjal di wilayah Malang Raya, khususnya yang tertangani RSSA Malang hingga setahun terakhir. Namun, dari data dan diskursus bersama jejaring unit hipertensi lintas rumah sakit di wilayah Malang Raya, diperkirakan jumlahnya mencapai 2.500-an pasien.

"Kalau secara prediksi, kondisi di Indonesia ini kan mirip dengan di Malaysia atau Asia Tenggara lah. Jadi kalau kita hitung kemarin sih, di Malang Raya ini sekitar 2.000-an. Persisnya sekitar 2.500-an orang," kata dr Ahmad Rifai, di Tulungagung, Minggu, 5 Januari 2020, seperti diberitakan Antara

Dengan jumlah penderita sebanyak itu, kata dia, unit hemodialisis di RSSA Malang maupun rumah sakit yang memiliki kapasitas dan unit pelayanan cuci darah tetap tidak akan mencukupi.

Untuk pasien (gagal ginjal) nonreguler mungkin lebih banyak lagi.

Di RSSA Malang saja, dengan 50 unit sarana hemodialisis dan empat kali shift, pasien cuci darah banyak yang tidak terlayani untuk melakukan cuci darah.

Hal serupa terjadi di RSUD dr Iskak, Tulungagung, dimana dengan 20 unit alat hemodialisis yang ada saat ini, dengan kebijakan tiga kali shift (pergantian) 18 alat hemodialisis untuk pasien reguler (dua unit untuk pasien kasus darurat), tercatat yang sudah tertangani baru mencapai 162 pasien, selebihnya 200 pasien masuk daftar tunggu.

"Untuk pasien (gagal ginjal) nonreguler mungkin lebih banyak lagi. Kami tidak tahu persisnya, karena biasanya ini tersebar di rumah sakit-rumah sakit (swasta) lain di luar RSUD dr Iskak yang juga memiliki fasilitas layanan hemodialisis," ujar Kepala Unit Hemodialisa RSUD dr Iskak, dr Rina Melinda.

Kondisi ini memaksa tim medis di sejumlah rumah sakit, termasuk di RSUD dr Iskak dan RSSA Malang untuk menyarankan pasien baru kasus gagal ginjal agar memilih opsi lain, yakni memasang CAPD (continuous ambilatory peritoneal dialysis) atau transplantasi ginjal.

CAPD merupakan metode cuci darah mandiri dengan memanfaatkan selaput membran dalam rongga perut (peritoneum) pasien sebagai filter alami ketika dilewati zat sisa.

Meski lebih efisien dan dinilai sebagai pilihan yang lebih baik ketimbang teknik hemodialisa (cuci darah dengan alat hemodialisis), CAPD dinilai masih memiliki risiko karena ketahanan fungsi membran perut ada batasnya.

"Di antara tiga pilihan penanganan kasus gagal ginjal secara medis tadi, opsi transplantasi ginjal merupakan pilihan terbaik untuk mencapai kualitas hidup lebih baik bagi pasien," ucap Rifai.

Soal biaya, dia memastikan tindakan medis dalam transplantasi ginjal hampir sepenuhnya bisa ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

"Memang ada beberapa biaya medis, seperti screening dan pemeriksaan. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kondisi ginjal pendonor yang tidak tercover BPJS Kesehatan karena kan secara medis pendonor ini kan sehat. Tapi itu pun kisarannya hanya sekitar Rp 40 jutaan. Selebihnya, khususnya operasi transplantasi," tutur Rifai.

Untuk pasien yang menghendaki transplantasi ginjal ini, pihak RSUD dr Iskak maupun RSSA Malang memastikan siap untuk memfasilitasi proses pengurusan administrasinya hingga pasien bisa naik ke meja operasi cangkok ginjal.

Seminar awal transplantasi ginjal yang diikuti lebih dari 300 peserta itu menghadirkan tiga dokter spesialis nefrologi dan hipertensi RSSA yang biasa menangani cangkok ginjal.

Selain dr Ahmad Rifai, Sp.PD, turut hadir dalam acara itu Kepala Divisi Nefrologi dan Hipertensi RSSA Malang, dr. Atma Gunawan dan dr. Nursamsu.

Tiga dokter spesialis pada subbagian ginjal dan hipertensi ini merupakan bagian dari tim medis yang sejauh ini sudah sukses melakukan transplantasi ginjal ke 10 pasien gagal ginjal di RSSA Malang selama periode lima tahun terakhir.

Dari 10 pasien cangkok ginjal itu, dr Ahmad Rifai menyampaikan sembilan di antaranya hidup sehat dan beraktivitas seperti orang normal pada umumnya.

Sedangkan satu pasien mengalami resistensi, sehingga harus kembali ke metode hemodialisis. Bukan karena proses transplantasi gagal, tapi lebih karena ada gangguan karena ada penolakan sistem imun tubuh pasien bersangkutan. [] 

Baca juga:

Berita terkait
Sakit Ginjal, Satu JCH Aceh Gagal ke Tanah Suci
Tiga Jemaah Calon Haji mbarkasi Aceh gagal berangkat ke Tanah Suci.
Sebab dan Cara Penyembuhan Gagal Ginjal
Gagal ginjal bukan hanya ancaman bagi orang usia dewasa, anak-anak balita pun bisa terkena. Ini sebab dan cara penyembuhannya.
Rafa, Balita 2 Tahun yang Gagal Ginjal Itu Dalam Keadaan Koma
Gagal ginjal diidap Rafa sejak usia 9 bulan, dan kini ia dalam keadaan koma.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.