TAGAR.id, Jakarta - Dalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam Abu Hamid al-Ghazali menyebut hari Jumat sebagai hari raya kaum mukmin ('idul mu'minin). Pernyataan ini selaras dengan hadits riwayat Imam Thabrani, kemuliaan terhampar luas yang memang disediakan khusus oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya di hari Jumat.
Jumat, kata Imam Abu Hamid al-Ghazali, juga merupakan saat-saat tepat dan penting bagi umat untuk memanjatkan doa. Salah satu waktu manjur bagi terkabulnya doa adalah pada hari berjuluk sayyidul ayyam (rajanya hari) ini.
1. Amalan Jelang Jumatan
Karena istimewanya, Imam al-Ghazali bahkan menyarankan agar umat Islam mempersiapkan diri menyambut hari Jumat sejak hari Kamis, dimulai dengan mencuci baju, lalu memperbanyak membaca dzikir dan istighfar pada Kamis petang karena saat-saat tersebut sudah memasuki waktu keutamaan hari Jumat.
Selanjutnya, kata Imam al-Ghazali, berniatlah puasa pada hari Jumat -sebagai rangkaian dari puasa tiga hari berturut-turut Kamis-Jumat-Sabtu-, sebab ada larangan puasa khusus hari Jumat saja.
Tatkala memasuki waktu subuh di hari Jumat, seseorang dianjurkan melaksanakan mandi Jumat. Status amalan ini adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan), dan wajib bagi seseorang yang malamnya mengalami "mimpi basah", atau berhubungan badan sesama suami-istri.
Selepas mandi, hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah soal pilihan pakaian. Menghias diri dengan pakaian serbaputih adalah pilihan terbaik sebab merupakan pakaian yang paling dicintai Allah (ahabbuts tsiyab ila-Lah). Pastikan pula badan dalam kondisi benar-benar bersih dan harum dengan memotong kuku, sikat gigi, mencukur bulu, atau memakai wewangian.
Selanjutnya, bersegeralah berangkat menuju masjid dengan penuh ketenangan. Al-Ghazali pun mengutip sebuah pernyataan, "Kedekatan manusia saat berjumpa Allah tergantung seberapa pagi ia bergegas menuju shalat Jumat".
Bagaimana ketika Anda telah sampai di masjid? Imam al-Ghazali mengatakan, carilah barisan paling depan. Bila masjid sudah tampak ramai, jangan melangkahi bahu-bahu mereka, jangan pula lewat di depan mereka yang sedang salat. Cari lokasi duduk yang dekat dengan dinding atau tiang sehingga tak ada orang lalu lalang di hadapan kalian.
Sebelum duduk, sebaiknya laksanakanlah Salat Tahiyyatul Masjid, yang utama empat rakaat. Tiap rakaat bakda al-Fatihah, bacalah surat al-Ikhlas sebanyak 50 kali (dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pengamal ini tak akan wafat kecuali ia melihat tempat untuknya di surga atau orang lain yang menyaksikan tempat tersebut). Sunnah juga dalam pelaksanaan salat sunnah empat rakaat tersebut membaca surat al-An'am, al-Kahfi, Thaha, dan Yasin.
Bila tak sanggup, bisa diganti surat Yasin, ad-Dukhan, as-Sajdah, dan al-Mulk. Surat-surat ini, penting pula dibaca pada malam Jumat karena memiliki banyak keutamaan. Bagi mereka yang tak sanggup membaca surat-surat ini, dianjurkan membaca surat al-Ikhlas dan shalawat kepada Rasulullah sebanyak-banyaknya. Shalat Tahiyyatul Masjid tetap dianjurkan meskipun imam sedang berkhutbah, hanya saja saat-saat itu shalat Tahiyyatul Masjid hendaknya diringkas.
Tatkala imam naik mimbar, seseorang dianjurkan berhenti berbicara, termasuk membaca shalawat dan doa, serta fokus mendengarkan dan memperhatikan khutbah. Jika Anda terpaksa menegur orang lain yang berisik, maka cukup dengan bahasa isyarat, bukan kata-kata. Berkata-kata saat khutbah berlangsung dapat melenyapkan pahala salat Jumat.
2. Dzikir Setelah Salat Jumat
Selepas mengikuti gerakan imam mulai dari takbiratul ihram hingga salam, jamaah tak dianjurkan langsung pergi begitu saja, kecuali bila ada urusan mendesak. Menurut Imam al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah, selepas salat, sebelum lisan imam mengatakan sesuatu, seseorang hendaknya merapalkan bacaan-bacaan berikut:
1. Surat al-Fatihah sebanyak tujuh kali
2. Surat al-Ikhlas sebanyak tujuh kali
3. Surat al-Falaq sebanyak tujuh kali
4. Surat an-Nas sebanyak sebanyak tujuh kali
Bacaan-bacaan tersebut, kata Imam al-Ghazali, akan menjadi benteng dan memelihara seseorang dari gangguan setan, mulai dari satu Jumat ke Jumat berikutnya. Selanjutnya baca doa berikut:
اَللَّهُمَّ يَا غَنِيُّ يَا حَمِيْدُ يَا مُبْدِئُ يَا مُعِيْدُ يَا رَحِيْمُ يَا وَدُوْدُ أَغْنِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Allahumma ya ghaniyyu ya hamid, ya mubdi'u wa yu'id, ya rahimu ya wadud. Aghnini bi halalika 'an haramik, wa tha'atika 'an ma'shiyatik, wa bi fadhlika 'an man siwaka.
Artinya: "Ya Allah, Yang Maha Kaya, Maha Terpuji, Maha Pencipta, Maha Kuasa Mengembalikan, Maha Penyayang, dan Maha Kasih. Cukupi aku dengan harta halal-Mu, bukan dengan yang haram. Isilah hari-hariku dengan taat kepada-Mu, bukan mendurhakai-Mu. Cukupi diriku dengan karunia-Mu, bukan selain-Mu.
Sesudah itu, sang Hujjatul Islam menyarankan kita untuk melaksanakan shalat dua rakaat atau enam rakaat (tiap dua rakaat salam) sebab Rasulullah pernah meriwayatkan tentang hal itu dalam berbagai kesempatan.
Imam al-Ghazali juga menganjurkan, usai salat Jumat sebaiknya tetap berada di masjid hingga maghrib, atau setidak-tidaknya waktu ashar. Sebab, sepanjang hari Jumat ada saat-saat mustajab yang dirahasiakan. Barangkali dengan tetap berada di masjid Anda mendapati momen spesial itu ketika sedang khusyuk-khusyuknya, merendahkan diri kepada Allah.
Tentu saja, selama di masjid itu, Anda tak disarankan bergabung di forum ngobrol atau majelis yang mubazir, kecuali forum keilmuan yang kian mendekatkan diri kepada Allah dan semakin menjauhkan ikatan hati Anda kepada dunia.
Kata Imam al-Ghazali:
فكل علم لا يدعوك من الدنيا إلى الآخرة فالجهل أعود عليك منه
"Tiap ilmu yang tak mendorongmu menjauh dari (cinta) dunia, mendekatkan kepada (cinta) akhirat, bodoh atas ilmu itu lebih bagus daripada menguasainya."
Tampak sekali dalam sebagai anjuran Imam al-Ghazali di atas, beliau mengandaikan seseorang mengkhususkan hari Jumat untuk lebih intensif beribadah. Hal ini dikarenakan sejumlah keistimewaan di dalamnya dibanding hari-hari pada umumnya. Bila dalam satu tahun, kita dianjurkan makin giat taqarrub selama sebulan penuh Ramadhan, maka dalam konteks hitungan minggu momen itu terletak pada selama sehari penuh Jumat. Wallahu a'lam.
3. Banyak Berdoa
Selain amalan diatas, yang sangat dianjurkan pada hari Jumat adalah memperbanyak doa. Karena Jumat salah satu hari terbaik untuk berdoa, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak doa pada hari tersebut.
Syekh Nawawi Banten menjelaskan dalam Nihayatuz Zain:
ودعاء أي إكثر دعاء في يومها وليلتها، أما في يومها فلرجاء أن يصادف ساعة الإجابة. والصحيح فيها ما ورد أنها ما بين أن يجلس الإمام للخطبة إلى أن تنقضي الصلاة، وليس المراد أنها مستغرقة لهذا الزمن بال المراد أنها لحظة لطيفة لا تخرج عن هذا الوقت، وأما ليلتها فلقول الشافعي رضى الله عنه: بلغني أن الدعاء يستجاب في ليلة الجمعة وللقياس على يومها، ويسن كثرة الصدقة وفعل الخير في يومها وليلتها
Artinya, "Disunnahkan berdoa, maksudnya memperbanyak doa pada siang hari dan malam hari Jumat. Adapun memperbanyak doa di siang hari harapannya agar sesuai dengan waktu ijabah. Pendapat yang shahih tentang waktu ijabah adalah antara duduknya khatib sampai selesai shalat. Maksudnya bukan seluruh waktu, tapi hanya sebentar dari rentang waktu tersebut.
Adapun terkait doa malam hari, Imam As-Syafi’i berkata, 'Telah sampai hadits kepadaku bahwa doa diijabah pada malam Jumat dan ini bisa diqiyaskan dengan siang harinya.' Dianjurkan juga memperbanyak sedekah dan perbuatan baik pada malam dan siang hari Jumat."
Memperbanyak doa sangat dianjurkan pada siang hari dan malam hari Jumat. Khusus pada siang hari, ada waktu yang paling baik untuk berdoa yaitu ketika antara khatib naik mimbar sampai shalat Jumat selesai. Memang tidak diketahui waktu pastinya, tapi ulama hanya menjelaskan rentang waktunya saja. Dikarenakan tidak ada yang tahu waktu pastinya, maka perbanyaklah berdoa.
Tidak hanya berdoa di siang hari, tapi juga malam hari. Hal ini sebagaimana dikatakan Imam As-Syafi’i, berdoa di malam hari bisa disamakan dengan doa di siang hari. Selain doa, kita pada hari Jumat juga dianjurkan memperbanyak sedekah dan amal saleh lainnya.[]
Baca Juga:
- Lima Kuliner Sidoarjo Buat Lidah Bergetar
- Persiapan G20 95 Persen, Menko Luhut Beserta Masyarakat Bali Lakukan Doa Bersama