Lhokseumawe, Aceh – Akibat dampak dari pandemi corona atau Covid-19, maka pengrajin tas motif Aceh di Desa Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara, terpaksa merumahkan karyawannya sebanyak 45 orang. Pemilik usaha usaha tas bordir Pinto Aceh di Gampong Ulee Madon, Maryana mengatakan, selama pandemi Covid-19 melanda Indonesia, maka penjualan turun drastis dan tidak ada lagi yang memesan.
“Sebelum terjadi pandemi virus corona atau Covid-19,maka omset penjualan bisa mencapai Rp 40 juta per bulan, namun selama ini tidak ada omset sama sekali karena tidak ada barang yang terjual,” ujar Maryana, Selasa, 28 Juli 2020.
Maryana menambahkan, dari jumlah total 50 pekerja maka yang tersisa hanya lima orang saja dan selebihnya telah di rumahkan. Kebijakan tersebut diambil karena persoalan Covid-19 yang melanda saat sekarang ini.
Sebelum terjadi pandemi virus corona atau Covid-19,maka omset penjualan bisa mencapai Rp 40 juta per bulan.
Selama pandemi tidak ada produksi, karena permintaan dari luar negeri dan dalam negeri tidak ada sama sekali. Bukan hanya itu, pesanan untuk acara kegiatan seminar, serta souvenir untuk acara pernikahan pesanan pun dibatalkan.
“Biasanya kami ada permintaan dari luar negeri dan beberapa daerah lainnya di Indonesia, karena persoalan bandara tutup dan tidak ada penerbangan, maka semuanya terhenti karena tidak ada permintaan,” tutur Maryana.
Baca juga: Tas Motif Aceh Tembus Pasar Eropa dan Amerika
Tambahnya, lima orang pekerja yang tersisa tetap melakukan aktivitas seperti biasanya, yaitu memproduksi tas dan sejumlah kerajinan motif Aceh. Apabila di bulan Agustus mendatang bandara mulai normal lagi, maka diperkirakan akan ada pesanan.
“Saat ini stok barang masih cukup banyak dan bahkan menumpuk. Rencananya barang-barang tersebut akan di dipamerkan di acara Pameran Produk Kerajinan Tersebar di Asia Tenggara (Inacraft 2020), di Jakarta Convention Center, yang dijadwalkan pada April lalu,” katanya. []