Aksi Klitih Beruntun di Yogyakarta, Ini Kata Polda DIY

Aksi klitih terjadi secara beruntun di lokasi yang berbeda di Yogyakarta. Begini respons Polda DIY.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Polda DIY Komisaris Besar Polisi Yuliyanto (Foto: Dok Humas Polda DIY/Tagar/Evi Nur Afiah).

Yogyakarta - Fenomena kenakalan remaja atau akrab disebut klitih di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai muncul lagi. Dalam sehari, tepatnya pada Sabtu, 26 September 2020, aksi klitih terjadi di dua lokasi yang berbeda. Para korban mengalami luka akibat senjata tajam.

Aksi klitih pertama terjadi di wilayah Kabupaten Sleman tepatnya di Jalan Timur Underpass Kentungan, Kelurahan Condongcatur, Kecamatan Depok, Sleman. Korban atas nama Galih warga menderita luka bacok senjata tajam jenis pedang sebanyak tiga kali di bagian punggungnya Peristiwa terjadi pada Sabtu, 26 September 2020 sekitar pukul 02.00 WIB.

Kedua, aksi klitih di perbatasan Bantul dan Gunungkidul pada Sabtu, 26 September 2020 malam. Dua dari empat terduga klitih berhasil ditangkap. Dua terduga yang tertangkap masing-masing berinisial AL, 15 tahun, pelajar SMK, warga Kecamatan Sewon, Bantul dan FC, 19 tahun, warga Kota Yogyakarta, kini diamankan di Mapolres Gunungkidul. Sedangkan dua terduga klitih lain melarikan diri dan masih dalam penyelidikan kepolisian.

Baca Juga:

Dari analisis kepolisian, aksi kenakalan remaja sudah ada sejak dahulu. Fenomena sosial yang melibatkan anak usia remaja itu bukan hal yang baru. Pasalnya di masa lalu, kenakalan remaja dinilai kurang menjadi perhatian publik maupun awak media. Berbeda dengan saat ini, era teknologi informasi yang telah berkembang pesat. Sekarang, tidak sedikit pengguna media sosial memposting lalu memviralkan suatu kejadian termasuk kenakalan remaja.

Karena sekarang apa-apa viral. Jadi yang membedakan dulu dan sekarang itu ada pada kecanggihan teknologi.

Kapala Bidang Hubungan Masyarakat Polda DIY Komisaris Besar Polisi Yuliyanto mengatakan, saat ini informasi apapun yang datang dari penjuru dunia sudah tidak bisa dihindari lagi. Rupanya netizen menjadi lebih aktif menekan ponsel pintarnya lalu membagikan berita. Tidak melihat dampak positif dan negatifnya dari perbuatannya.

Baca Juga:

"Fenomena klitih sudah ada dari dulu, mungkin dari jaman pendahulu. Jadi klitih itu bukan kriminalitas yang baru," kata kepala bidang hubungan masyarakat Polda DIY Komisaris Besar Polisi Yuliyanto di Yogyakarta. Minggu, 27 September 2020.

Yuliyanto mengatakan, ada faktor yang membuat pelaku klitih menjadi terkenal, yakni pengaruh media sosial yang membuat fenomena itu sedikit-dikit menjadi viral. Pada akhirnya juga berdampak kepada masyarakat yang membaca atau menyaksikan tayangan yang diperoleh dari media massa atau medsos. "Karena sekarang apa-apa viral. Jadi yang membedakan dulu dan sekarang itu ada pada kecanggihan teknologi," ucapnya.

Baca Juga:

Mereka yang mendapat informasi itu menjadi resah karena banyaknya pelaku-pelaku klitih yang tertangkap oleh pihak kepolisian. Bahkan media juga pernah memberitakan korban klitih sampai meninggal dunia. Dampak pemberitaan itu menjadi kekhawatiran banyak orang untuk beraktivitas khususnya pada malam hari. []

Berita terkait
Sosiolog: Tangkap Sumber di Balik Pelaku Klitih
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto berharap pihak berwenang menangkap pihak lain yang menunggangi para pelaku klitih.
Fenomena Klitih di Yogyakarta Belum Mengkhawatirkan
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto menilai fenomena klitih yang marak terjadi di Yogyakarta belum mengkhawatirkan.
Fenomena Klitih, Sosiolog: Pelaku Punya Aturan Main
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto mengatakan bahwa para pelaku klitih memiliki aturan main ketika beraksi.
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina