Jakarta - Memiliki rumah ialah impian semua orang, tetapi kendala keuangan tetaplah menjadi penghambat nomor 1. Besaran uang muka atau Down Payment (DP) yang masih terbilang cukup tinggi jadi salah satu alasan banyak masyarakat masih menunda beli rumah.
Padahal, Bank Indonesia (BI) telah menerapkan stimulus meringankan, yaitu konsumen hanya perlu membayar DP sebesar 15% untuk beli rumah pertama, 20% untuk pembelian rumah kedua, dan 25% untuk rumah ketiga.
Sebelum memulai KPR-pun calon KPR harus memikirkan dengan matang keputusan. Yuk simak 7 hal apa saja yang harus dipikirkan sebelum memilih KPR.
1. Apakah Anda layak “mencicil rumah?”
Bank atau lembaga pemberi kredit bisa saja memberikan penilaian skor bagus pada Anda karena ketepatan pembayaran angsuran. Namun pastikan dengan seksama apakah anda memang layak untuk melakukan cicilan rumah?
Caranya adalah dengan mengetahui rasio utang berbanding aset Anda sendiri. Nilai rasio utang. berbanding aset menunjukkan berapa besar aset milik kita, yang dibiayai utang.
Dengan membagi total utang dan total aset kita, maka kita bisa mendapatkan skor untuk rasio ini.
Nilai ideal dari rasio ini adalah di bawah 50%. Jika nilainya lebih dari 50% maka tandanya, nilai utang kita telah melebihi nilai aset dan hal ini jelas menunjukkan ketidaksehatan finansial. Perbaikilah terlebih dulu rasio ini sebelum Anda mengajukan KPR.
2. Jangan berutang jika tak ada dana darurat
Ketersediaan dana darurat yang ideal adalah 3 hingga 6 kali pengeluaran bulanan. Semakin banyak tanggungan kita atau semakin tinggi risiko pekerjaan kita, maka semakin besar pula kebutuhan dana darurat kita.
3. Bebas dari utang-utang konsumtif
Sebelum mengambil KPR, sebaiknya calon melunasi utang konsumtif yang dilakukan pada pinjaman online (pinjol), bank ataupun multifinance.
4. Kumpulkan DP rumah dengan investasikan dana Anda
Ketahuilah terlebih dulu, kapan Anda akan membeli rumah dan membayar uang mukanya. Ketahui pula biaya yang akan Anda keluarkan, dan sisihkan uang Anda secara rutin di instrumen investasi
Jika memang pembelian rumah ditargetkan dalam satu hingga tiga tahun ke depan, maka simpanlah dana tabungan pembelian rumah di instrumen investasi rendah risiko dan memiliki imbal hasil tetap.
Hindari penempatan dana di instrumen tinggi imbal hasil dan tinggi risiko, karena jangka waktu menabung Anda cenderung pendek. Risiko pasar yang terjadi dalam waktu dekat tentu bisa saja mempengaruhi imbal hasil investasi Anda.
5. Pastikan cicilan rumah per bulan tak melebihi 35% penghasilan
Ketika Anda mengajukan KPR ke bank, maka harus bersih dari noda utang. Pasalnya, bank atau lembaga pemberi kredit mungkin saja menyetujui pengajuan KPR dengan nominal cicilan 50% dari penghasilan bulanan. Akan tetapi cicilan rumah yang ideal maksimal adalah 35% dari penghasilan.
Mengapa? Agar kita tidak perlu mengurangi pengeluaran yang terkait kebutuhan pokok sehari-hari, asuransi, maupun investasi untuk dialokasikan ke dalam cicilan.
6. Lindungi diri Anda dan keluarga dengan perlindungan terbaik
Risiko kematian bisa menimpa siapa saja, termasuk Anda yang tengah mencicil rumah. Tidaklah bijak bagi kita untuk meninggalkan warisan berupa utang pada keluarga tercinta kita.
Oleh karena itu, mereka yang memiliki utang, wajib terlindungi dengan asuransi jiwa.Setiap KPR umumnya dilengkapi dengan iuran asuransi jiwa guna memitigasi risiko meninggalnya debitur. Namun apa jadinya, jika seseorang tak hanya memiliki utang KPR melainkan juga ada utang cicilan mobil, kartu kredit, dan lain sebagainya.
Manfaat dari asuransi jiwa sejatinya tidak hanya berguna untuk melunasi warisan utang dari debitur. Melainkan juga bisa bermanfaat untuk biaya hidup keluarga yang ditinggal. Pilihlah asuransi dengan uang pertanggungan yang bisa menutup plafon kredit Anda. Atau pilih yang memberikan uang pertanggungan setidaknya dua kali dari total hutang tertunggak yang kita miliki.
7. Tidak terburu-buru mempercepat pelunasan
Jika Anda berniat mengajukan KPR di bank konvensional, ketahuilah bahwa akan ada biaya penalti pelunasan dipercepat yang akan muncul. Lain halnya dengan KPR syariah. Melunasi cicilan utang di awal waktu bukan hanya memaksa Anda keluar uang lebih banyak. Melainkan juga bisa membuat Anda kekurangan likuiditas atau aset lancar.
Pahamilah bahwa dalam kesehatan finansial, jumlah aset lancar (kas atau setara kas) yang ideal adalah 15% hingga 20% dari total kekayaan bersih. Keberadaan rumah baru tentu saja akan menambah nilai aset Anda yang mana akan mempengaruhi nilai kekayaan bersih (total aset-total hutang). Semakin tinggi kekayaan bersih Anda, maka semakin besar pula aset lancar yang harus dimiliki.[]
(Fiona Renatami)
Baca Juga:
- 5 Cara Melakukan Investasi Properti dengan Cerdas
- Ingin Investasi Properti? Ini Kelebihan dan Kekurangannya
- Simak! 7 Alasan Kenapa Harus Pilih Investasi Properti
- Ragam Cuan dari Investasi di Bidang Properti