Yusuf Martak Coba Pulangkan Rizieq Shihab dari Saudi

Ketua GNPF Ulama, Yusuf Muhammad Martak mengungkapkan keinginannya memulangkan Habib Rizieq Shihab dari Arab Saudi ke Indonesia.
Ketua GNPF Ulama Yusuf Muhammad Martak serius berusaha pulangkan Habib Rizieq Shihab dari Arab Saudi. (foto: faktakini.net).

Jakarta - Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama atau GNPF-Ulama, Yusuf Muhammad Martak mengungkapkan keinginannya untuk memulangkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab dari Arab Saudi ke Indonesia.

Dia menekankan, hal ini menjadi agenda utama bagi ormas yang tergabung dalam Anak NKRI untuk berjuang semaksimal mungkin dengan segala tenaga dan tidak kenal menyerah dalam memulangkan pentolan FPI itu. Dirinya berharap, rencana tersebut dapat berjalan dan dilaksanakan dengan baik tanpa mengalami hambatan.

Jadi Anak NKRI tetap menunggu kabar dari beliau tentang kepulangannya ke Indonesia

"Ini adalah yang paling menjadikan agenda utama Anak NKRI akan berjuang untuk mengusahakan kepulangan Habib Muhammad Rizieq Shihab selaku imam besar dari umat Islam yang sedang berjuang bersama-sama dengan anak NKRI," kata dia dalam video di kanal YouTube Front TV, dilihat Tagar, Senin, 7 September 2020.

Baca juga: 3 Tahun Rizieq Shihab di Arab Saudi, FPI: Kezaliman

Pada kesempatan yang sama, Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif memastikan pihaknya akan menyambut sekaligus mengawal kepulangan Rizieq Shihab ke Tanah Air.

"Jadi Anak NKRI tetap menunggu kabar dari beliau tentang kepulangannya ke Indonesia," ucapnya singkat.

Sebelumnya, Sekretaris Umum FPI Munarman mengatakan pihaknya akan menumbangkan penguasa jikalau perlu. Hal itu dikatakannya seusai disinggung soal Habib Rizieq Shihab (HRS) yang tercatat telah berada di Arab Saudi selama lebih dari tiga (3) tahun, dengan dugaan ada upaya pencekalan dari Pemerintah RI.

Menurut Munarman hanya ada dua cara melawan kezaliman penguasa. Pertama, tetap memberikan peringatan bahwa apa yang telah dilakukan penguasa adalah kemungkaran dan kezaliman.

"Kedua, kalau tidak mau diingatkan maka penguasanya harus ditumbangkan," kata Munarman melalu pesan singkat WhatsApp kepada Tagar, Rabu, 17 Juni 2020.

Baca juga:  Yusuf Martak: Kami Lebih Pancasilais, Cinta NKRI

Kendati demikian mantan Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) itu memastikan semangat FPI tidak akan surut, dan selalu berikhtiar untuk memulangkan Rizieq Shihab.

Munarman juga mengingatkan kembali, dirinya tidak gentar melawan kesewenang-wenangan penguasa.

"Tidak ada kata menyerah melawan kezaliman penguasa," ucapnya.

Sebelumnya, Ketua Bantuan Hukum FPI Sugito Atmo Prawiro menjelaskan, sejauh ini upaya yang dilakukan pihaknya untuk memulangkan Rizieq Shihab dari Arab Saudi mesti tertunda dengan adanya pagebluk yang mewabah global.

"Semuanya ter-pending karena Covid-19, jadi tidak konsentrasi untuk mengurus. Pemerintah juga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Di sana (Saudi) juga sedang ada masalah Covid-19, jadi ter-pending," kata Sugito kepada Tagar, Rabu siang, 10 Juni 2020.

Sugito mengibaratkan pimpinan FPI itu bak tahanan politik yang berada di luar negeri. Meski pihaknya telah berkoordinasi dengan Menkopolhukam dan Kementerian Luar Negeri RI, namun kedua kementerian tersebut seperti tidak tahu menahu menyoal urusan pencekalan.

"Kalau untuk mengkomunikasikan iya, cuman kan kita tidak ada titik temu, yang berjalan selama ini pasif saja. Kementerian Luar Negeri juga tidak merasa bagian pencekalan HRS di Arab Saudi, seakan tidak tahu-menahu dicekal, bahwa itu seakan-akan urusan Saudi bukan Indonesia," ujarnya.

Rizieq Shihab pergi ke Arab Saudi sejak 26 April 2017 untuk menunaikan ibadah umrah. Pada saat yang sama, pihak kepolisian akan memeriksanya terkait kasus 'baladacintarizieq'. Pada Juni 2018, polisi telah menghentikan penyidikan kasus ini. Namun, ia tidak kunjung pulang ke Tanah Air.

Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel mengatakan Rizieq tidak bisa pulang karena tinggal di suatu tempat lebih lama dari masa yang diizinkan alias overstay.

Adapun solusi dari masalah itu adalah dengan membayar denda overstay sekitar 15 sampai dengan 30 ribu riyal atau setara dengan Rp 110 juta per orang.

Faktor tersebut ditanggapi pengacara FPI, Sugito Atmo Pawiro. Menurutnya, visa Rizieq habis pada 20 Juli 2018. Padahal, sebelum tanggal itu, menurutnya Rizieq sudah mencoba untuk keluar dari Arab Saudi, karena visanya masih bisa berlaku.

Kemudian, pada milad ke-21 FPI, Rizieq menuding Pemerintah Indonesia meminta ke Kerajaan Arab Saudi, untuk mencekalnya hingga pelantikan presiden pada Oktober 2019.

Selanjutnya pada 10 Oktober 2019, melalui video, Rizieq Shihab menunjukkan bukti surat dua lembar yang disebutnya sebagai surat pencekalan. Berikut ini pernyataan Rizieq Shihab soal pencekalan yang dialaminya.

"Ini adalah lembaran yang menerangkan bahwa saya dicekal, sejak tanggal 1 Syawal 1439 sampai hari ini. Di sini ditulis saya dilarang bepergian keluar dari Saudi, sebabnya adalah karena alasan keamanan," kata Rizieq sambil menunjukkan dua dokumen tersebut.

Kemudian, ia mengklaim bahwa pencekalan yang dialaminya dilakukan Pemerintah Arab Saudi atas permintaan Pemerintah Indonesia.

"Pemerintah Indonesia tidak usah berpura-pura tidak mengetahui tentang cekal ini, karena Pemerintah Indonesia sebetulnya yang meminta saya untuk dicekal, karena alasan politik," tutur Imam Besar FPI Rizieq Shihab dilihat Tagar dari akun YouTube Front TV, Jumat, 28 Februari 2020. []

Berita terkait
Yusuf Martak Ajak FPI-PA 212 Boikot Produk China
Gabungan massa Front Pembela Islam (FPI), Persaudaraan Alumni (PA) 212, dan GNPF Ulama meneriakkan yel-yel usir China, demi membela muslim Uighur.
Anies Dibully Soal Colosseum, Ini Kata Yusuf Martak
Ketua GNPF Ulama Yusuf Muhammad Martak merespons cibiran netizen kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan soal penghargaan ke diskotek Colosseum.
NU: NKRI Bersyariah versi Yusuf Martak Tidak Bermakna
Tokoh Nahdlatul Ulama atau NU Gus Solah menyatakan NKRI bersyariah versi Penanggung Jawab Ijtima Ulama IV Yusuf Martak tidak bermakna.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.