Yusuf Martak: Kami Lebih Pancasilais, Cinta NKRI

Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa atau GNPF-Ulama Yusuf Muhammad Martak menegaskan pihaknya lebih pancasilais dan cinta NKRI tolak RUU HIP.
Ketua GNPF Ulama Yusuf Martak saat berorasi di Bawaslu Jakarta, usai Pemilu 2019. (foto: Tagar/Gilang).

Jakarta - Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa atau GNPF-Ulama Yusuf Muhammad Martak menegaskan pihaknya lebih pancasilais dan cinta akan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan menolak Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila atau RUU HIP, ketimbang pihak-pihak yang hanya meneriakkan jargon-jargon aku Pancasila, namun bergeming ketika berembus isu Pancasila akan diotak-atik.

Oleh sebab itu Yusuf Martak merasa sudah tidak boleh lagi berdiam diri, meskipun pihaknya merasa kerap dilabeli tidak pancasilais, tidak memegang teguh Bhinneka Tunggal Ika oleh para lawan politik.

"Nah di sini kami membuktikan bahwa kami lebih pancasilais, kami Bhinneka Tunggal Ika, kami lebih cinta NKRI dibanding orang-orang yang selama ini berteriak-teriak aku Pancasila, rumah Pancasila. Apa Pancasila kok dibilang rumah. Sudah tidak jelas semua hanya cuman jargon-jargon," kata dia saat berbincang dengan Vasco Ruseimy dalam kanal YouTube Macan Idealis, seperti dilihat Tagar, Selasa, 7 Juli 2020.

Kami pertanyakan pimpinannya mana, ketuanya tidak ikut? Oh tidak masalah kami sudah memprediksi kok tidak akan siap menemui kami, karena kami kan rakyat.

Baca juga: Suara Said Aqil Siradj Dianggap Tak Mewakili Umat Islam

Sebagai rakyat kecil ataupun pimpinan ormas yang tidak dominan di Indonesia, ia mengaku melihat dan terus menyimak hingga menemukan hal yang janggal di dalam isi draf RUU HIP, yang merupakan produk usulan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu. 

Terlebih, ketika ormas besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah mengusulkan penghentian pembahasan RUU tersebut. Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dan Provinsi mengeluarkan maklumat menolak RUU HIP.

Yusuf mengamati perkembangan RUU HIP dari hari ke hari, namun seakan-akan anggota dewan tak mendengarkan protes dari masyarakat terkait dengan pembahasan RUU tersebut.

"Maka kami mengadakan pertemuan. Nah di dalam pertemuan itu alhamdulillah di Hotel Sofyan Cut Meutia, Cikini, ya kalau tidak salah itu (ada) sekitar 80 sampai 94 ormas (penolak RUU HIP). Di situlah kita urun rempuk semua berdiskusi," ucap Yusuf Martak dalam video berdurasi 43 menit tersebut yang diunggah Macan Idealis pada 27 Juni 2020.

Jadi, tidak ada jalan lain. Adapun solusi terbaik saat itu adalah bergerak langsung menyampaikan aspirasi secara konstitusi dengan berdemonstrasi di gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu, 24 Juni 2020. 

Yusuf merasa harus mempertanyakan persoalan ini ke anggota dewan lantaran Menteri bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) RI Mahfud Md sempat mengatakan bahwa pemerintah untuk sementara menghentikan pembahasan RUU HIP, dan menyerahkan sepenuhnya ke DPR sebagai pihak pengusul.

Kemudian, setelah berada di dalam Kompleks Parlemen Senayan, ia dengan Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif, serta Ketua Front Pembela Islam (FPI) Sobri Lubis, bersama pimpinan ormas lainnya, sempat disambut oleh kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan kader Partai Amanat Nasional (PAN).

FPI PA 212 di DPRPerwakilan anggota DPR RI temui perwakilan pendemo Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) dari FPI, PA 212, GNPF-Ulama di Ruang Rapat KK 2 Kompleks Parlemen RI Senayan, Jakarta, Rabu, 26 Juni 2020. (foto: ANTARA/ Abdu Faisal)

Baca juga: Rencana RUU HIP Jadi RUU BPIP, PA 212 Ancam Duduki DPR

"Kami nyatakan terima kasih kami dihormati, disambut. Tapi maaf kami tidak bisa membacakan pernyataan dan kami tidak akan menyerahkan surat apa pun kecuali pimpinan DPR yang menemui kami, karena kami rakyat datang ke gedung DPR yang merupakan milik dan dibiayai oleh rakyat, dan mereka wakil rakyat, mereka bukan raja, bukan selebriti yang mau mengangkangi gedung itu," kata Yusuf.

Selanjutnya, selama hampir satu jam menunggu, pihaknya baru dapat dipertemukan dengan pimpinan DPR dari Partai Golkar Aziz Syamsuddin, dari NasDem Rachmat Gobel, dan dari Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. 

Lantas ia menanyakan dimana gerangan Ketua DPR Puan Maharani yang tidak muncul saat itu. Namun, dirinya sudah menduga pimpinan anggota dewan dari PDI Perjuangan itu tidak akan siap menemui rakyat yang ingin berkeluh kesah menyampaikan aspirasinya. 

"Kami pertanyakan pimpinannya mana, ketuanya tidak ikut? Oh tidak masalah kami sudah memprediksi kok tidak akan siap menemui kami, karena kami kan rakyat. Kalau saya jadi ketua DPR, jangankan lagi duduk di kursi, sila di bawah pun akan saya temui rakyat, karena itu pertemuan yang bagus bukan pertemuan jelek," Kata Ketua GNPF-Ulama Yusuf Martak. []

Berita terkait
Guntur Romli Cibir FPI dan PA 212 Mendadak Pancasila
Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mohamad Guntur Romli menduga ormas pedemo RUU HIP dari FPI dan PA 212 menunggangi isu Pancasila.
Sejarawan: Novel Bamukmin Over Fobia PKI
Sejarawan Hendaru Tri Hanggoro menilai Ketua Media Center Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin over fobia terhadap isu kebangkitan PKI.
Guntur Romli: Novel Bamukmin Lecehkan Said Aqil dan NU
Aktivis muda NU Mohamad Guntur Romli menganggap Ketua Media Center PA 212 Novel Bamukmin telah melecehkan Ketua PBNU Said Aqil Siradj.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.