Jenewa - Berbicara kepada media di Jenewa, Dirjen WHO, Tedros Adhanon Ghebreyesus, mengatakan, “Kita tidak bisa menghentikan COVID-19 (virus corona-red.) tanpa melindungi pekerja kesehatan." Dia memperingatkan bahwa kekurangan pasokan seperti sarung tangan, masker medis, respirator, dan celemek, membuat dokter, perawat, dan petugas kesehatan di garis depan lainnya "tidak dilengkapi peralatan mencegah bahaya" untuk memberikan perawatan yang tepat kepada pasien.
WHO mengingatkan gangguan parah dan memuncak pada pasokan global peralatan untuk perlindungan tenaga kesehatan yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan, pembelian berlebihan karena panik, penimbunan, dan penyalahgunaan wewenang.
Untuk itu WHO melihat diperlukan peningkatan besar dalam produksi peralatan terkait dengan kesehatan untuk melindungi tenaga kesehatan. Untuk memenuhi permintaan global terhadap alat pelindung, WHO menyerukan kepada industri dan pemerintah untuk secara signifikan meningkatkan produksi sekitar 40%. Selain itu, menurut Tedros, rantai pasokan yang aman diperlukan, pembatasan ekspor harus dilonggarkan, dan langkah-langkah untuk menghentikan spekulasi dan penimbunan perlu diberlakukan.
WHO menghitung bahwa sekitar 89 juta masker medis, 76 juta sarung tangan pemeriksaan, dan 1,6 juta kacamata akan diperlukan untuk respons COVID-19 setiap bulan selama epidemi berlangsung. WHO telah memasok sekitar setengah juta set peralatan pelindung ke 47 negara yang terkena dampak, tetapi persediaan ini cepat habis.
Harga peralatan kesehatan melonjak sejak wabah COVID-19, seperti harga masker bedah meroket sekitar 600%. Untuk mengirimkan persediaan memakan waktu berbulan-bulan. Manipulasi pasar tersebar luas, dengan persediaan peralatan baru sering kali menjadi penawar tertinggi.
Sampai tanggal 3 Maret 2020 kasus virus corona yang dikonfirmasi secara global 90.870 dengan 3.112 kematian. Di China sendiri jumlah kasus yang dikonfirmasi mencapai 80.304 dengan 2.946 kematian.
Kasus terbanyak di luar China adalah di Korea Selatan 4.812 dengan 28 kematian, Italia 2.036 dengan 52 kematian, Iran 1.501 dengan 66 kematian, Jepang 268 dengan 6 kematian, Prancis 191 dengan 3 kematian, Jerman 157 dengan 0 kematian, Spanyol 114 dengan 0 kematian, dan Singapura 108 dengan 0 kematian.
WHO mengingatkan lonjakan kasud yang terjadi tiba-tiba di Iran dan Mediterania Timur, 'sangat mengkhawatirkan'. Menanggapi peningkatan kematian terkait COVID-19 di wilayah Mediterania Timur, khususnya 66 kematian yang dilaporkan di Iran, Ahmed Al-Mandhari, kepala daerah WHO, menggambarkan situasi ini sebagai "sangat mengkhawatirkan". Tn. Al-Mandhari mengatakan bahwa wilayah ini memiliki keahlian, kapasitas, dan alat yang diperlukan untuk mengatasi wabah ini, tetapi “jendela peluang sudah tertutup, dan kita harus bergerak cepat.
WHO bekerja untuk meminimalkan risiko virus memasuki negara, terutama mereka yang memiliki sistem kesehatan yang lebih lemah. Area dengan faktor risiko tinggi, seperti kamp dan kota yang menjadi tempat pertemuan massal, menjadi perhatian utama. "Negara-negara di kawasan perlu bekerja sama, berbagi informasi yang terperinci dan tepat waktu, dan menunjukkan solidaritas kepada mereka yang terkena dampak wabah", katanya. "Kami semakin memahami virus ini" []