WHO Bilang Virus Corona Belum Mencapai Puncak

WHO menyatakan masih terlalu dini untuk menyebutkan bahwa virus corona baru di China sedang mencapai puncaknya.
WHO menggelar konferensi terkait wabah virus corona baru. Badan itu menilai terlalu dini untuk menyebutkan virus corona telah mencapai puncaknya. (Foto: Channel News Asia).

Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan terlalu dini untuk menyebutkan bahwa virus corona baru di China sedang mencapai puncaknya. Badan dunia mencatat, negara itu telah melaporkan hari pertama penurunan jumlah korban yang terinfeksi.

Namun korban tewas akibat virus di China berdasarkan data Kamis, 6 Februari 2020, melonjak menjadi lebih dari 630 orang dengan jumlah yang terinfeksi lebih dari 30.000. Jumlah ini meningkat hampir 4.000 orang dari Rabu hingga Kamis.

Dr. Mike Ryan, Kepala Program Kedaruratan WHO mengatakan sangat sulit memprediksi tentang perjalanan penyakit yang pertama kali dilaporkan di pusat kota Wuhan pada akhir Desember itu. "Kami masih berada di tengah pusat wabah yang hebat," katanya seperti diberitakan dari Channel News Asia, Jumat, 7 Februari 2020.

Menurut Ryan, ada siklus penularan, dan WHO mungkin melihat kasus ini masih mungkin meningkat dalam beberapa hari mendatang. Namun setidaknya untuk saat ini semuanya stabil. "4.000 kasus atau hampir 3.700 kasus virus corona yang dikonfirmasikan dalam sau hari,tidak ada artinya untuk dirayakan dan tentu saja masih merupakan kekhawatiran yang besar," ucapnya.

Virus CoronaAnggota staf kesehatan dengan pasien di Wuhan, China. (Foto: businessinsider.sg/THE CENTRAL HOSPITAL OF WUHAN VIA WEIBO/via REUTERS)

Sulit dipercaya hanya dua bulan, virus ini tidak diketahui oleh kami.

Ia menambahkan inilah peningkatan infeksi yang terus menerus di episentrum wabah virus di Provinsi Hubei yang menyumbang sekitar 80 persen kasus. "Tapi kami belum melihat percepatan penyebaran virus yang sama di luar Provinsi Hubei. Kami juga belum melihat percepatan di Hong Kong, Macao, dan Taiwan," ucap Ryan.

Sebelumnya Amerika Serikat (AS) dan China berselisih mengenai masalah pengucilan Taiwan dari pertemuan WHO. Termasuk Dewan Eksekutif WHO yang sedang berlangsung dan Taiwan diwakili China. Beijing menuduh Washington terlalu membesar-besarkan secara politik.

"Sulit dipercaya hanya dua bulan, virus ini tidak diketahui oleh kami," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan.

virus coronaIlustrasi virus corona baru atau 2019-nCoV (Foto: Pixabay)

"Kami telah belajar banyak tentang hal ini. Kami tahu DNA-nya, kami tahu itu dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain. Kami tahu bahwa yang paling berisiko terkena infeksi adalah orang yang lebih tua dan daya tahan tubuhnya lemah. Tetapi masih banyak yang harus dipelajari, termasuk sumber virus, tingkat keparahan dan kemampuan penyebarannya," kata Ghebreyesus.

Maria van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi WHO mengatakan virus corona tersebut menyebabkan spektrum penuh penyakit. "Anda memiliki kasus-kasus ringan yang terlihat seperti flu biasa yang memiliki beberapa gejala pernafasan, sakit tenggorokan, pilek, demam, semuanya melalui pneumonia. Bisa ada berbagai tingkat pneumonia, sepanjang jalan melalui berbagai kegagalan organ dan kematian," ucapnya. Van Kerkhove menyerukan studi lebih lanjut tentang kasus-kasus ringan dan seberapa mudah mereka dapat menyebabkan virus. []

Baca Juga:

Berita terkait
Penjualan KFC di China Tergerus Imbas Virus Corona
Yum China Holdings, pemilik merek dagang resto cepat saji KFC mengkui virus corona akan memukul penjualan dan cuan perusahaan tahun ini.
Perjanjian Dagang China-AS Terpengaruh Virus Corona?
Otoritas Kesehatan Nasional mengkonfirmasi jumlah kematian di daratan Cina bertambah menjadi 563.
Jumlah Bertambah, Virus Corona Tewaskan 563 Orang
Jumlah kematian yang disebabkan oleh virus corona telah mencapai rekor lain di Cina, Kamis, 6 Februari 2020.