WhatsApp Mudah Diretas, Kominfo Belum Bertaring

Salah satu aplikasi percakapan, WhatsApp, menjadi perbincangan publik belangan ini lantaran memiliki kerentanan kena penyadapan terhadap pengguna.
Logo WhatsApp. (Foto: Forbes)

Jakarta - Salah satu aplikasi percakapan, WhatsApp, menjadi perbincangan publik belangan ini. Aplikasi yang telah diunduh lebih dari 5 miliar pengguna gadget itu disebut memiliki kerentanan terkena penyadapan terhadap penggunanya.

Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi Indonesia (LPPMII) Kamilov Sagala menuturkan fenomena tersebut ditunjang oleh beragam keberadaan aplikasi di Playstore yang menyediakan penyadapan atas WhatsApp.

Selain itu, faktor besarnya jumlah pengguna aplikasi yang dimiliki Facebook ini dinilai Kamilov menjadi daya tarik penjual aplikasi sadap. Dia juga menyinggung gaya hidup masyarakat kekinian yang enggan melakukan komunikasi secara langsung.

Baca juga: WhatsApp Terbaru Data Pribadi Mudah Diretas Hacker

Untuk itu, mulailah Menkominfo/BRTI atur tentang apa-apa saja aplikasi yang diperbolehkan dijual di Playstore. Ada tiga tugas utama BRTI. Satu, mengatur. Dua, mengawasi. Tiga, mengendalikan.

"Walaupun dalam satu rumah tangga, komunikasinya sudah tidak verbal lagi, tetapi menggunakan komunikasi mesin. Pastilah hal ini menyebakan tidak optimalnya komunikasi, hingga muncul saling curiga satu sama lain," ujar Kamilov kepada Tagar, Minggu, 9 Februari 2020.

Keragu-raguan terhadap orang lain dalam lingkup komunikasi tersebut menurutnya membuat sejumlah masyarakat memilih aplikasi penyadap WhatsApp menjadi solusi.

Selanjutnya, dia pun menyarankan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) untuk segera bergegas mengambil tindakan tegas. 

Apabila didiamkan kelamaan, maka akan berdampak negatif pada pemerintah selaku pemangku kebijakan.

"Untuk itu, mulailah Menkominfo/BRTI atur tentang apa-apa saja aplikasi yang diperbolehkan dijual di Playstore. Ada tiga tugas utama BRTI. Satu, mengatur. Dua, mengawasi. Tiga, mengendalikan," kata dia.

Kamilov beranggapan tiga fungsi pokok BRTI di atas sudah cukup membantu tugas mereka dalam menjaga kondisi industri telekomunikasi dan masyarakat yang pengguna aplikasi tersebut.

Baca juga: Pendiri Telegram Sebut WhatsApp Berbahaya

Sebelumnya, akun Whatsapp pribadi milik orang terkaya dunia sekaligus pemilik Amazon, Jeff Bezos diretas. Hal itu membuat pendiri aplikasi Telegram, Pavel Durov angkat suara.

Durov mengkritik WhatsApp, aplikasi yang menjadi pesaingnya. Dia menyampaikan pendapatnya terkait kasus peretasan itu di dalam blog miliknya.

Dalam tulisannya yang diberi judul 'Kenapa Menggunakan WhatsApp Berbahaya atau Why Using WhatsApp Is Dangerous', Pavel Durov mengemukakan bahwa aplikasi chatting milik Facebook ini memiliki pintu belakang (backdoors) yang memungkinkan hackers untuk mengakses ponsel siapapun yang menggunakan WhatsApp.

Selain dari kasus yang dialami Jeff Bezos, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah merekomendasikan para pejabatnya untuk tidak lagi berkomunikasi menggunakan aplikasi ini dan menghapusnya. 

Sejalan dengan hal itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga telah meminta orang terdekatnya untuk mengganti ponselnya akibat penyadapan WhatsApp terhadap orang tersohor. []

Berita terkait
WhatsApp Tak Bisa Dipakai Lagi per 1 Februari 2020
WhatsApp mengumumkan akan menyetop beberapa sistem operasi di Android dan iOS, termasuk Windows Phone.
Juru Bicara PBB Sebut Aplikasi WhatsApp Tidak Aman
Juru Bicara PBB, Farhan Haq, menyebut aplikasi pesan singkat WhatsApp tidak aman.
WhatsApp Dark Mode Tersedia untuk Versi Beta
Aplikasi berbagi pesan, WhatsApp resmi menambahkan mode gelap atau dark mode pada aplikasinya di perangkat Android.
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.