Kulon Progo - Kabupaten Kulon Progo merupakan daerah rawan bencana. Hampir seluruh wilayah di kabupaten paling barat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini memiliki potensi bencana. Khusus untuk musim hujan seperti sekarang ini, bencana banjir, angin kencang, pohon tumbang hingga longsor berpotensi terjadi di Kulon Progo.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Ariadi mengatakan menyikapi dengan hal ini, antisipasi sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sejak dini. Koordinasi lintas sektor, dan juga dengan relawan sudah dilakukan sebagai bagian dari antisipasi.
"Perlu diwaspadai adanya cuaca ekstrem, hujan yang deras. Dan yang paling rawan adalah pergerakan tanah, banjir dan angin," ucap Ariadi di Kulon Progo, Jumat 3 Januari 2020.
Ariadi menjelaskan, keselamatan warga harus diutamakan. BPBD Kulon Progo bersama instansi terkait juga terus bersiaga. Peralatan dan perlengkapan sudah siap digunakan apabila terjadi bencana sewaktu-waktu.
Dia menambahkan, musim hujan saat ini diperkirakan lebih pendek, di mana hujan baru terjadi pada awal Desember. Sedangkan puncak musim hujan, diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Januari sampai dengan Februari dan Maret. "Saat ini belum ada status siaga namun demikian kami terus bersiap menghadapi bencana," tutur Ariadi.
Di Kabupaten Kulon Progo, lanjut Ariadi, sudah terjadi sekitar 70-an kejadian bencana yang terjadi sejak Desember hingga awal Januari. Mayoritas kejadian ini, berupa angin kencang yang menyebabkan sejumlah pohon tumbang. Sementara untuk longsor, terjadi empat kali, dengan satu longsoran di Samigaluh menyebabkan dinding rumah jebol.
Perlu diwaspadai adanya cuaca ekstrem, hujan yang deras. Dan yang paling rawan adalah pergerakan tanah, banjir dan angin.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprediksi adanya potensi hujan lebat di wilayah DIY yang berpotensi terjadi hujan lebat hingga 7 Januari 2020 mendatang. Warga diminta mewaspadai ancaman banjir dan tanah longsor.
Kepala Stasiun Klimatologi Mlati BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan potensi cuaca ekstrem di wilayah DIY karena aktifnya Mosun Asia yang menyebabkan terjadinya peningkatan pasokan udara basah di wilayah Indonesia.
Ini membuat terbentuknya pola konvergensi sehingga terjadi perlambatan kecepatan angin dibeberapa wilayah serta suhu permukaan laut di wilayah sekitar perairan Pulau Jawa yang cukup hangat.
Selain itu, jelas Reni, kondisi ini juga diperkuat dengan adanya fenomena gelombang atmosfer (Equatorial Rossby Wave dan Kelvin Wave) yang signifikan di wilayah Indonesia.
"Kondisi tersebut diperkirakan menyebabkan udara hangat lembab serta labil sehingga berpotensi mengakibatkan hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di sejumlah wilayah DIY," ujar Reni.
Beberapa wilayah tersebut diantaranya Kabupaten Kulon Progo dengan wilayah meliputi Girimulyo, Nanggulan, Samigaluh, Kalibawang, Galur, Lendah, Panjatan, Kokap, Wates, Temon.
Kabupaten Sleman meliputi Turi, Pakem, Cangkringan, Tempel, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Minggir, Sayegan, Godean, Mlati, Gamping, Depok, Kalasan, Berbah, Prambanan. "Kemudian ada Kota Yogyakarta," tambah Reni.
Wilayah lainnya yaitu Kabupaten Bantul yang meliputi Sedayu, Kasihan, Sewon, Pajangan, Bantul, Pleret, Piyungan, Jetis, Imogiri, Dlingo, Srandakan, Saden, Kretek. Kabupaten Gunung Kidul meliputi Gedangsari, Ngawen, Nglipar, Playen, Patuk, Paliyan, Wonosari, Karangmojo, Semin, Ponjong. []
Baca Juga:
- Krisis Air di Mertelu Gunungkidul Sudah Berlalu
- Prakiraan Cuaca Objek Wisata Yogya Akhir Pekan Ini
- Kegelisahan Warga Yogyakarta Seperti Banjir Jakarta