Gunungkidul - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul meningkatkan status siaga banjir dan tanah longsor selama satu bulan ke depan. Langkah ini untuk memudahkan penanganan terhadap adanya potensi bencana akibat cuaca ekstrem.
Kepala BPBD Kabupaten Gunungkidul Edy Basuki mengatakan peningkatan status dari normal ke siaga ini telah diajukan ke pada 31 Desember 2019 kepada bupati. Edy menyebut jangka waktu status tersebut selama satu bulan ke depan.
"Dengan status itu atau keluarnya Surat Keputusan (SK) dari bupati, maka akan mempermudahkan koordinasi antar OPD (Organisasi Perangkat Daerah)," katanya saat ditemui di kantornya pada Kamis 2 Januari 2020.
Edy menyebut peran serta masing-masing OPD sangat dibutuhkan. Semisal saja Dinas Sosial yang menangani terkait dapur umum, kemudian Dinas Kesehatan mengenai kesehatan. Pihaknya dalam upaya menangani bencana, telah menyiapkan peralatan maupun armada. "Logistik juga telah kami persiapkan," katanya.
Edy mengatakan status ini juga situasional. Bisa saja dinaikkan menjadi darurat ketika memang terjadi bencana secara berulang kali dan menyebabkan dampak yang cukup parah. "Ketika status darurat, maka kami mengakses Belanja Tak Terduga (BTT)," ucapnya.
Dia mengungkapkan sejak Desember 2019 setidaknya sudah tiga sampai empat kejadian tanah longsor. Sedangkan angin kencang puluhan peristiwa yang menyebabkan 28 rumah rusak ringan dan satu rumah rusak berat. Kerusakannya pun telah dikondisikan oleh relawan dan petuas.
Ketika status darurat, maka kami mengakses Belanja Tak Terduga (BTT).
Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengimbau masyarakat di sekitar pesisir pantai dan wisatawan untuk meningkatkan kewaspadaan. "Kalau ada peringatan ombak tinggi tiga meter atau lebih, jangan bermain di tepi laut. Untuk nelayan jangan nekat mencari ikan," tuturnya.
Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan kondisi atmosfer beberapa hari ke depan diindikasikan mengalami fenomena skala regional hingga lokal.
Yakni aktifnya Monsun Asia yang menyebabkan terjadinya peningkatan pasokan udara basah di wilayah Indonesia. Kemudian terbentuknya pola konvergensi sehingga terjadi perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah serta suhu permukaan laut di perairan Pulau jawa yang hangat.
Selain itu diperkuat dengan adanya fenomena gelombang atmosfer (Equatorial Rossby Wave dan Kelvin Wave) yang signifikan. "Kondisi ini menyebabkan udara hangat, lembab serta labil. Sehingga berpotensi mengakibatkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir, angin kencang di Daerah Istimewa Yogyakarta," ucapnya. []
Baca Juga:
- Hujan Deras, Tebing di Sumenep Longsor
- Banjir dan Longsor Kepung Limapuluh Kota
- Kulon Progo Pasang Alat Canggih Pendeteksi Longsor