Kegelisahan Warga Yogyakarta Seperti Banjir Jakarta

Warga Yogyakarta ikut khawatir banjir Jakarta bisa terjadi di Yogyakarta seperti dampak Badai Cempaka pada 2017. Saat itu Yogyakarta banjir besar.
Air meluap menggenangi rumah di Kabupaten Gunungkidul akibat Badai Cempaka November 2017 lalu. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Bantul - Jemari kanan pria itu, Sugeng 37 tahun, menggenggam pangkal joran pancing, sementara jemari kirinya perlahan memutar rail penggulung senar.

Di hadapannya air Sungai Bedog, di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul mengalir cukup tenang, warnanya kecoklatan. Sugeng dan seorang rekannya sabar berdiri di tepi sungai, di bawah beberapa rumpun pohon bambu.

Di sekitarnya, ranting-ranting pohon dan guguran daun bambu kering berserakan. Sebagian ranting itu terbawa oleh aliran air Sungai Bedog. Pepohonan rindang berdiri kokoh di seberang sungai, menutupi permukaan air dari sinar matahari yang sudah dihalangi mendung.

Hanya beberapa puluh meter dari lokasi Sugeng berdiri, jembatan yang salah satu tiang penyangganya sudah retak, bergetar saat kendaraan berukuran besar melintas di atasnya.

Sambil menunggu ikan terkait di mata pancingnya, Sugeng menyulut sebatang rokok kretek. Dia memperhatikan aliran air yang masih tampak tenang, saat Tagar menanyakan tentang kemungkinan terjadinya banjir di sungai itu.

Sugeng hanya tertawa kecil, kemudian mengatakan bahwa sederas apa pun hujan yang turun di hulu sungai, kemungkinan banjir seperti yang terjadi di Jakarta, sangat kecil.

"Nek banjir nganti omah keli niku nggih mboten, Mas (Kalau banjir sampai ada rumah yang hanyut sih tidak, Mas). Paling-paling debit air bertambah," ucapnya.

Meski demikian, Sugeng mengaku khawatir jika banjir yang sama seperti di Jakarta terjadi di Yogyakarta. Walaupun, kemungkinan bukan terjadi di daerah aliran sungai Bedog.

Sugeng justru mengkhawatirkan banjir terjadi di dalam kota, di sekitar tempat tinggalnya di bantaran Sungai Code.

"Nek teng bantaran Kali Code malah sampun ping pinten menika banjir. (Kalau di bantaran Sungai Code malah sudah beberapa kali banjir). Kula le khawatir nek udane ra leren-leren. (Saya khawatirnya kalau hujan tidak reda). Tapi mugo-mugo mboten, Mas. (Tapi semoga saja tidak terjadi)," harapnya.

Sugeng mengaku sudah mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir. Salah satunya adalah dengan menyimpan berkas dan dokumen penting di dalam satu tempat, kemudian meletakkannya di lokasi yang cukup tinggi di dalam rumah.

sungai bedog yogyakartaSuasana di bawah jembatan Sungai Bedog, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Kamis, 2 Januari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Upaya antisipasi lainnya adalah dengan menyiapkan senter, yang siap digunakan jika banjir datang tiba-tiba pada malam hari. Juga mengungsikan anaknya yang masih balita lebih awal, jika hujan turun terus menerus selama dua hari.

Kalau di bantaran Sungai Code malah sudah beberapa kali banjir.

"Insya Allah sampun mboten banjir, Mas. (Insya Allah sudah tidak banjir). Menika kan sampun dipasang talud. (Sudah dipasangi talud). Sakjane sing terpenting ki ojo buang sampah sembarangan lan ojo nyalahke sopo-sopo, nek ngaten niku kesalahane piyambak. (Sebenarnya yang terpenting adalah jangan buang sampah sembarangan dan jangan menyalahkan siapa-siapa, kalau seperti itu ya kesalahan sendiri)," urainya.

Sugeng menghentikan pembicaraan, saat pelampung pancingnya tenggelam. Sepertinya umpan yang dipasangnya pada mata pancing, dimakan oleh ikan. Sementara, rekan Sugeng yang berkaus merah, berjalan menjauh. Dia mencari lokasi lain di tepi sungai.

Berbeda dengan Sugeng, seorang warga Badran, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Yuli 40 tahun, mengaku dirinya tidak menyiapkan upaya antisipasi jika banjir datang, meski rumahnya hanya beberapa meter dari Sungai Winongo.

"Nek banjir yo ditinggal lungo. (Kalau banjir ya saya tinggal pergi). Wong ra bakalan banjir. (Tidak bakalan banjir)," ucapnya.

Pelajaran Badai Cempaka 2017 di Yogyakarta

Yuli mengaku sangat yakin bahwa banjir seperti yang terjadi di Jakarta, tidak akan terjadi di Yogyakarta. Alasannya, kondisi di Jakarta dan Yogyakarta sangat jauh berbeda, termasuk dalam hal pembangunan.

Dia berpendapat, di Yogyakarta pembangunan masih memperhatikan berbagai hal, seperti resapan air dan drainase yang masih berfungsi.

"Neng Jogja ki bedo karo Jakarta. (Di Jogja berbeda dengan Jakarta). Pembangunan neng Jogja ki ora asal-asalan, iseh akeh resapan tur drainasene berfungsi. (Pembangunan di Jogaja tidak asal-asalan, masih banyak resapan, apalagi drainase juga berfungsi," imbuhnya

Yuli memuji kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta, yang sejak beberapa tahun lalu membangun talud di sepanjang Sungai Winongo, termasuk di sepanjang Kampung Badran.

Hanya saja, dia mengkhawatirkan kampung di seberang Sungai Winongo, yakni Tompeyan. Di wilayah Tompeyan, tidak terpasang talud. Sehingga saat debit air Sungai Winongo meningkat, tanah di tepi sungai tergerus.

Kata dia, sudah beberapa kali rumpun bambu di tepi sungai, roboh karena tanahnya tergerus. Bahkan salah satu rumah di tepi sungai, pernah hampir roboh karena longsor saat hujan deras.

Ibu dari tiga orang anak ini, mengaku turut prihatin dengan banjir yang terjadi di Jakarta. Apalagi, dengan beredarnya video-video kejadian banjir Jakarta di media sosial.

Dia mengaku banyak menemukan video tentang mobil yang terseret arus, hingga warga yang mencoba menyeberangi banjir.

"Nek weruh video koyo ngono kae yo waswas juga, dadine melu mesakke juga, mbayangke nek terjadi karo keluargane dewe. (Kalau lihat video begitu ya was-was juga, jadi ikut kasihan, membayangkan kalau itu terjadi pada keluarga sendiri)," ucapnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Biwara Yuswantana, mengatakan, pihaknya mewaspadai beberapa titik rawan bencana di DIY.

Titik-titik tersebut berada di Kabupaten Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo. Pihaknya juga telah meminta pada BPBD ketiga kabupaten tersebut, untuk melakukan langkah-langkah khusus untuk daerah rawan longsor.

"Bantul sudah antisipasi dengan membuat Pos Pantau di 20 titik, kerja sama dengan Relawan dan FPRB Desa.

Gunungkidul untuk daerah antara lain Gedang Sari, Patuk, Semin, Ngawen, dengan memberdayakan Tim Siaga Bencana milik Destans," urainya.

Sementara, untuk Kabupaten Kulon Progo, daerah yang mendapatkan perhatian khusus adalah di kawasan Pegunungan Menoreh, yakni Kalibawang, Girimulyo, Samigaluh, dan Kokap.

Biwara menambahkan, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan dengan intensitas tinggi masih akan terjafi di wilayah DIY hingga 7 Januari mendatang, yang disertai dengan angin kencang.

Kalau lihat video begitu ya was-was juga, jadi ikut kasihan, membayangkan kalau itu terjadi pada keluarga sendiri.

"Bisa berdampak terjadinya banjir, longsor, pohon tumbang dan lainnya. Karena itu saya mengimbau warga masyarakat untuk bersama-sama mengurangi resiko yang terjadi dengan memangkas pohon yang terlalu lebat, terlalu tinggi yg potensi mengancam keamanan warga atau rumah," paparnya.

sungai code yogyakartaBantaran Sungai Code di Kota Yogyakarta, Kamis, 2 Januari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Biwara juga mengajak seluruh masyarakat untuk membersihkan saluran air hujan dan tidak membuang sampah sembarangan ke saluran air, serrta mengecek kembali bagian-bagian rumah (atap seng, papan). Bila atap itu berpotensi kabur terkena angin, sebaiknya diperkuat.

"Perhatikan papan reklame di dekat kita, kalau membahayakan silahkan lapor ke pihak berwenang agar bisa diperbaiki," imbuh Biwara.

Semua komponen penanggulangan bencana di DIY, di antaranya Tim Siaga Bencana Destana, Tagana, SAR DIY, Relawan , Forum PRB dan komunitas, untuk lebih meningkatkan kesiapsiagaan, terutama lokasi-lokasi rawan banjir, banjir bandang dan tanah longsor di daerah masing-masing.

Peristiwa dampak Siklon Cempaka 2017 dan cuaca ekstrem 2018 juga diharapkan untuk menjadi referensi dalam meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

"Masyarakat yang tinggal di kawasan rawan banjir dan longsor untuk terus waspada. Bila hujan deras terus menerus maka masyarakat di kawasan rawan longsor, lebih baik mencari tempat yang aman dan peka terhadap tanda-tanda akan adanya longsor," jelasnya.

Biwara juga mengimbau agar masyarakat terus mengikuti informasi perkembangan cuaca dan informasi kebencanaan dari BPBD dan dari jaringan komunikasi yang bisa dipercaya. []

Baca Juga:

Berita terkait
BMKG Ungkap 4 Sebab Cuaca Ekstrem dan Banjir Jakarta
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin mengungkap 4 sebab banjir dan cuaca ekstrem di Jakarta dan sekitarnya.
Banjir Bandang, Bupati Lebak Soroti Aktifitas Peti
Banjir bandang yang menerjang wilayah Lebak, Banten, jadi perhatian Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, terkait dengan pertambangan ilegal (peti)
Kata BMKG, Cuaca Ekstrem Yogyakarta Hingga 7 Januari
BMKG memprediksi Yogyakarta mengalami cuaca ekstrem yang ditandai hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Cuaca ekstrem ini sampai 7 Januari.
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.