Sleman - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan potensi terjadi cuaca ekstrem terjadi di sejumlah wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam beberapa hari ke depan. Potensi cuaca ekstrem itu berpeluang terjadi di Gunungkidul bagian utara, Bantul bagian utara, Kota Yogyakarta, seluruh Sleman dan Kulon Progo bagian utara. Salah satu pemicunya adalah monsun Australia.
"Berdasarkan Streamline 7 Desember 2019 pukul 12.00 UTC, pola angin di atmosfer DIY bertiup dari tenggara. Mengindikasikan monsun Australia masih mempengaruhi cuaca di wilayah DIY dan intensitasnya mulai melemah," kata Kepala Unit Analisis dan Prakiraan Cuaca Stasiun Klimatologi Mlati BMKG Yogyakarta, Sigit Hadi Prakosa kepada Tagar, 7 Desember 2019.
Menurut dia pasca punahnya badai tropis Kammuri 5 Desember 2019 di Laut Cina Selatan menyebabkan aliran monsun Asia mengarah ke Jawa. Kondisi ini mengakibatkan konvergensi dan berpotensi membentuk awan-awan hujan di wilayah Jawa termasuk di Yogyakarta.
Berdasarkan data suhu muka laut wilayah Indonesia pada 7 Desember 2019, menunjukkan perairan Indonesia menghangat yaitu berkisar antara 28 – 31 derajat celcius. Hal itu berarti penguapan dari perairan sekitar Yogyakarta mendukung bagi tersedianya uap air untuk pembentukan awan-awan hujan tipe cumulonimbus di wilayah Yogyakarta.
Berdasarkan analisis di atas maka pola angin dan suhu muka laut di wilayah Indonesia diprakirakan mulai normal hingga beberapa bulan ke depan. "Dalam beberapa hari ke depan, curah hujan di wilayah DIY mulai meningkat namun belum merata karena cuacanya masih termasuk masa pancaroba," katanya.
Adapun potensi cuaca ekstrim yang mungkin terjadi di DIY dalam beberapa hari ke depan berupa hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang dengan potensi tertinggi terjadi di Gunungkidul bagian utara, Bantul bagian utara, Kota Yogyakarta, seluruh Sleman dan Kulon Progo bagian utara.
Dalam beberapa hari ke depan, curah hujan di wilayah DIY mulai meningkat namun belum merata karena cuacanya masih termasuk masa pancaroba.
Menyikapi potensi cuaca ekstrem tersebut masyarakat diimbau mewaspadai awan cumulonimbus dengan mengenali fisik dan tanda-tanda akan terjadi cuaca ekstrem. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menjauhi pohon atau tiang listrik, baliho yang kemungkinan besar berpotensi roboh atau tumbang.
Menurut Sigit, warga sebaiknya berlindung di dalam bangunan yang kokoh saat terjadi angin kencang atau puting beliung. "Masyarakat ada baiknya tidak mengaktifkan ponsel saat terjadi petir dan mengupdate informasi cuaca ke BMKG DIY melalui Stasiun Klimatologi Yogyakarta," katanya.
Sementara itu, hujan deras yang disertai angin kencang yang terjadi di sejumlah wilayah di DIY menyebabkan puluhan pohon tumbang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY sampai Minggu, 8 Desember 2019 pukul 16.55 WIB mencatat ada 59 pohon tumbang, sebagian menimpa rumah dan menutup akses jalan. []
Baca Juga:
- Angin Kencang Mengamuk di Prambanan Sleman
- 71 Rumah Rusak Diamuk Angin Kencang di Magelang
- Puluhan Pohon Tumbang Timpa Rumah Warga di Jogja