Jakarta - Vaksin Covid-19, Sinovac asal China telah sampai di Indonesia dan mulai didistribusikan ke sejumlah daerah. Vaksin tersebut rencananya akan diberikan pada kelompok prioritas.
Meskipun telah didistribusikan, sejauh ini pemberian vaksin pada masyarakat masih menuai pro dan kontra.
Dari informasi yang didapat bahwa tenaga kesehatan merupakan golongan pertama yang akan mendapat vaksin.
Desy yang merupakan perawat di sebuah rumah sakit swasta di Bekasi, Jawa Barat, merasa senang dengan adanya rencana vaksinasi Covid-19.
“Aku sebagai nakes senang karena ada vaksin ini, supaya mencegah penularan covid,” ujar Desy, Kamis, 7 Januari 2021.
Sebagai seseorang yang menjadi garda terdepan melawan covid, ia mendukung dan memberi applause kepada pemerintah karena menjadikan nakes kelompok pertama penerima vaksin.
Hanya saja menurutnya, walaupun dengan adanya vaksin tidak menutup kemungkinan terjadi penularan. Tetapi setidaknya angka penularan sedikit atau rendah.
“Kalau buat jadwal belum, tapi sudah daftar untuk vaksin,” jelasnya mengenai jadwal vaksin.
Virus dari China, obatnya juga dari China. Jangan-jangan konspirasi lagi
Ia juga mengajak masyarakat agar percaya dengan pemerintah untuk bersama-sama melawan corona dengan vaksin.
Berbeda dengan Desy, Eva seorang ibu rumah tangga yang bermukim di Bali, tidak sepenuhnya mendukung Vaksin Covid-19 yang akan didistribusikan ke masyarakat.
Baca juga:
- Emil Salim Tawarkan Opsi Vaksinasi Sekaligus Tes Covid-19
- Dahnil Simanjuntak: Dilarang Melalak Kalok Gak Pake Masker
Ia bahkan menolak untuk diberikan vaksin nantinya. Dia menilai ada konspirasi di balik Covid-19 dan vaksin ini.
“Virus dari China, obatnya juga dari China. Jangan-jangan konspirasi lagi,” ujarnya.
Terlebih lagi, Indonesia membeli vaksin dari China, sedangkan China sendiri membeli vaksin dari negara lain.
Pendapat lain lagi diutarakan oleh Alif Ramadhan. Mahasiswa hukum salah satu perguruan tinggi swasta di Bekasi ini mengatakan, ia sendiri sedikit bingung secara pribadi, sisi mana ia harus berdiri.
“Pemerintah sudah cukup baik untuk bekerja sama dengan China, tetapi menurut saya terlalu terburu-buru. Sedangkan nilai keamanannya sendiri belum jelas,” ujarnya.
Ia mengapresiasi upaya pemerintah untuk memperkecil ruang lingkup corona. Tapi menurutnya vaksin terlalu bahaya karena belum diuji secara klinis.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sejauh ini belum mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) terkait dengan vaksin tersebut.
Hal ini juga yang mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat kepada legalitas dan keamanan vaksin tersebut. [Anita/magang]