Warga Siantar Gandrungi Barang Bekas Tapi Berkelas

Setiap malam warga Kota Pematangsiantar beramai-ramai membeli barang bekas bermerek terkenal dengan harga miring.
Keramaian di lokasi penjualan barang bekas di Jalan Imam Bonjol, Kota Pematangsiantar. (Foto: Tagar/Fernandho Pasaribu)

Pematangsiantar - Barang bekas alias preloved saat ini sedang ramai peminat. Setiap malam warga Kota Pematangsiantar kerap terlihat beramai-ramai membeli barang bekas bermerek terkenal dengan harga miring. 

Dagangan digelar di teras atau emperan toko hingga area pelataran loket angkutan yang tutup malam hari. Cukup mengagetkan, meskipun dikatakan barang bekas, siapa sangka para peminatnya tak sedikit dari kalangan milenial.

Malam itu di Kota Pematangsiantar, Jumat 31 Mei 2019 sekitar pukul 20.00 WIB, persisnya di Jalan Imam Bonjol bersebelahan dengan pasar tradisional Pasar Horas. Terlihat sejumlah warga mencoba sepatu bekas sesuai ukuran kaki dan model mereka inginkan.

Mencoba melihat lebih dekat pasar dadakan itu. Di sana, lokasi yang biasa digunakan sebagai loket pemberhentian angkutan kota (angkot) itu, terdengar riuh dengan suara para pedagang sedang menawarkan sepatu bekas dagangan mereka.

"Seratus ribu saja. Biarlah, seratus ribu saja," ucap pedagang menawarkan sepatu dagangan ke pembeli yang lumayan ramai.

Di tempat itu, para pedagang menyusun sepatu bekas dengan posisi berdasarkan harga dan kualitas barang. Untuk posisi sepatu paling depan harga berkisar Rp 80 ribuan. Sementara untuk sepatu posisi di tengah dan belakang pedagang berkisar Rp 100 ribu sampai Rp 180 ribu.

"Yang di depan delapan puluh ribu saja. Di belakangnya seratus ribu. Ini kepalanya, sepatu yang paling baru seratus delapan puluh ribu saja," kata salah seorang pedagang menunjukkan sepatu kepada pembeli.

Pedagang berinisial P (42), mengaku barang dia beli dari Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara. Untuk satu bal atau satu karung dia mengeluarkan uang Rp 4,5 juta sampai Rp 5 juta. Meski lumayan mahal, tak selalu mereka dapatkan sepatu bekas bagus di dalam bal.

"Terkadang rugi banyak. Mau nanti satu bal kita beli, rupanya yang layak dijual hanya setengah bal. Rezeki-rezekian lah, Bang. Modal pun mau rugi setengah. Modal nanti sepuluh juta, mau yang balik hanya lima juta," kata dia.

Kejadian tak mengenakkan ketika membuka bal atau karung sepatu bekas yang dibeli, pasangan sepatu tidak ada. Ini sering membuat mereka rugi. Namun, para pedagang tetap optimis meraih untung dari sepatu-sepatu yang masih terbilang bagus.

"Maunya nanti pasangannya gak ada. Tapi itulah, kita mengharapkan untung dari kepalanya (sepatu layak pakai dengan kondisi 80-90 persen pemakaian). Kalau ada setengah bal yang bagus dari situ lah kita dapat menutupi kekurangan dan mendapat untung. Makanya harus pandai-pandai, Bang," terangnya.

Seorang warga bernama Putra (23) tertarik dengan sepatu bermerek New Balance. Kondisi sepatu terbilang bagus. Harga tertera Rp 180 ribu. Dia akhirnya membeli. Merasa yakin barang bekas itu berkualitas super, memiliki ketahanan cukup bagus dan nyaman digunakan sehari-hari.

"Lumayanlah sepatu ini. Karena selama aku beli-beli sepatu bekas, bisa kita cek kondisi sepatu seperti apa (layak pakai atau tidak). Kek sepatu inilah, sudah berapa kali aku beli merek gini ataupun yang lain, tetap nyaman dipakai walaupun dibilang barang bekas," katanya memperlihatkan sepatu yang baru dia beli.

Putra membandingkan sepatu yang dijual di toko-toko dengan kondisi baru dan sepatu bekas yang ada di pasaran. Selain soal harga lebih murah, kualitas terkadang lebih baik barang bekas.

"Di toko mahal, itupun belum tentu enak dipakai. Harganya bisa berkali-kali lipat dari harga di sini. Sementara kalau di sini bisa dapat yang murah dan kualitas masih enak dipakai. Pokoknya gak malu-maluin lah," katanya tertawa.

Di lokasi yang sama, tidak hanya sepatu bekas. Pakaian bekas dan tas bekas juga dijual. Ratusan warga berburu barang bekas idamannya. Untuk jenis tas dan sepatu mayoritas digandrungi kaum perempuan termasuk dari kalangan milenial.

Harga tas bekas impor berkualitas cukup mengejutkan. Mulai dari Rp 40 ribu kondisi yang biasa saja namun layak pakai sampai harga Rp 100 ribu yang terbilang kualitas tas super.

Lastri, warga Laguboti Kabupaten Tobasa, mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Kota Pematangsiantar misalnya, dia datang membeli tas bekas untuk digunakan sehari-hari ke kampus. Karena katanya ketahanan tas bekas ini lebih terjamin dan kuat untuk perlengkapan kuliahnya.

"Beli tas bekas ini untuk kuliah, Bang. Karena kalau dipakai kuliah lebih tahan, apalagi masih cantik barangnya. Baru malam ini lah sempat keluar dari kos, karena besok kami libur jadi pergunakan waktu sesingkat mungkin," katanya.

Gadis berusia 27 tahun ini tidak hanya membeli tas untuk digunakan sehari-hari. Namun, dia juga membeli untuk perlengkapannya pulang kampung.

"Aku beli dua, yang ini untuk pulang kampung lah ke Laguboti, Bang. Cukup untuk pakaian yang banyak dibawa pulang," katanya.[]

Baca juga:

Berita terkait