Lhokseumawe – Kalangan masyarakat Aceh yang telah menetap di Malaysia, berharap agar bisa pulang kembali ke kampung halamannya, karena selama merebaknya wabah virus corona mereka tidak memiliki pekerjaan sama sekali.
Ketua Perkumpulan Masyarakat Aceh di Malaysia Bukhari mengatakan, untuk mengantisipasi penyebaran virus corona atau Covid-19, pemerintah Malaysia telah memberlakukan kebijakan lockdown dan semua aktivitas terhenti.
Kalau sekarang ini tidak ada lagi yang bisa dicita-citakan, untuk makan malam saja nantinya kita sudah berpikir bagaimana, karena memang kondisinya serba sulit dan tidak memiliki penghasilan.
“Selama kebijakan lockdown semuanya tutup dan banyak warga Aceh yang tidak memiliki pekerjaan atau telah dirumahkan, sehingga tidak memiliki penghasilan sama sekali, makanya ingin pulang ke kampung halaman,” ujar Bukhari ketika dihubungi Tagar melalui telepon seululer, Selasa, 21 April 2020.
Bukhari menambahkan, berdasarkan data yang dimiliki olehnya, jumlah keseluruhan masyarakat Aceh yang berada di Malaysia sebanyak 200 ribu orang dan 80 persen jumlah total tersebut, ingin pulang ke kampung halamannya.
Secara umum masyarakat Aceh di Malaysia ada berdagang, dengan situasi saat sekarang ini semua menjadi susah dan hanya 20 persen saja warga Aceh berada di Malaysia, yang perekonomiannya sudah stabil.
“Kalau sekarang ini tidak ada lagi yang bisa dicita-citakan, untuk makan malam saja nantinya kita sudah berpikir bagaimana, karena memang kondisinya serba sulit dan tidak memiliki penghasilan,” tutur Bukhari.
Tambahnya, bahkan ada sekitar 7 orang masyarakat Aceh yang bekerja di wilayah pedalaman Malaysia, mendatangi kantor Polisi Diraja Malaysia, untuk meminta pertolongan karena telah lapar.
“Beginilah kondisi masyarakat kita sekarang di Malaysia, semoga saja nantinya ada solusi-solusi terbaik dari pihak terkait, untuk membantu seluruh masyarakat Aceh yang sedang kesusahan disini. Sebagian besar ingin pulang ke kampung halaman, karena tidak ada penghasilan,” kata Bukhari. []