Wanita Lansia Minta Keadilan di Polrestabes Medan

Seorang wanita mendatangi Polrestabes Medan, dia meminta keadilan terkait anak bungsunya yang tewas akibat dianiaya karena dituduh begal.
Asni Boru Situmorang ketika mendatangi Mapolrestabes Medan. (Foto: Tagar/Reza Pahlevi)

Medan - Asni Boru Situmorang, wanita berusia 60 tahun, beralamat di Jalan Bantan, Kecamatan Medan Tembung, datang ke Mapolrestabes Medan, Jalan HM Said, Kecamatan Medan Timur, Sabtu 16 November 2019, sekira pukul 11:30 WIB. Kedatangan wanita berusia lanjut (Lansia) ini untuk mencari keadilan dan kebenaran atas kasus yang menimpa anak bungsunya, yang tewas dihajar massa, karena dituduh sebagai pelaku kejahatan (Begal), Minggu 10 November 2019.

Robinson Sijabat, berusia 16 tahun adalah korban dari amukkan massa itu. Dia dipukuli, ditendangi sampai meninggal di Jalan Letda Sujono, Kecamatan Medan Tembung. Kondisinya sangat memprihatinkan, tubuh dan wajahnya lebam. Dia diteriaki begal oleh penarik becak bermotor (perbetor), karena membawa martil (palu) yang terselip dipinggang.

"Anakku Robinson adalah seorang kuli atau buruh bangunan, sama seperti saya, jadi setiap hari dia selalu pergi jam 05:00 WIB, setiap pagi, kami selalu naik becak atau naik angkutan kota (angkot) dari rumah sampai ke tembung pasar X, namanya buruh bangunan, martil itu dibawa untuk kerja," kata Asni, kepada Tagar, di Mapolrestabes Medan.

Biasanya, Asni selalu pergi kerja bersama dengan Robinson, namun dihari naas itu, Robinson pergi sendirian, bahkan dia juga meminta uang ibunya sebesar Rp 10 ribu untuk ongkos becak.

Anakku Robinson adalah seorang kuli atau buruh bangunan, sama seperti saya.

"Padahal sudah kubilang gak usa kerjalah kita, tapi dia malah pergi kerja, berangkatlah dia, naik becak, setelah itu kami dapat kabar kalau Robinson meninggal karena dihajar massa, karena dituduh sebagai begal oleh tukang becak," ucap Asni.

Menurut cerita yang didengarnya, saat itu Robinson menumpangi becak yang dibawa oleh DAL, warga Jalan Teratai, Gang Teratai XXIII, Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan. Mereka sepekat ongkos becak dari Jalan Bantan menuju pasar X, tembung sebesar Rp 10 ribu.

"Saat diperjalanan, Robinson memberikan ongkos becak itu, lalu tukang becak itu melihat martil yang dibawa anakku, lalu tukang becak itu malah lari dan teriak begal, sehingga banyak pemuda yang ada dilokasi, langsung mengkeroyok anakku," kata Asni.

Setelah Robinson dihajar massa hingga babak belur, petugas kepolisian dari Polsek Percut Sei Tuan, Polrestabes Medan datang dan mengamankannya. Setelah Robinson meninggal, lalu dia dibawa kerumah Sakit Bhayangkara, Medan.

"Kami dapat kabar kalau Robinson dihajar massa dari Facebook, kemudian dua orang anakku (abang dan kakak Robinson) datang ke Polsek Percut Sei Tuan, tetapi petugas kepolisian disana menyuruh kami agar ke rumah Sakit Bhayangkara Medan, setelah itu, barulah kami tahu kalau anak kami sudah meninggal," ucap Asni.

Atas peristiwa itulah, Asni ingin agar pihak kepolisian mengungkap kasus yang menimpa Robinson

Kami dapat kabar kalau Robinson dihajar massa dari Facebook.

"Kami kemari (Mapolrestabes Medan) untuk membuat laporan, agar pelaku yang mengeroyok anakku, segera ditangkap. Anakku buruh bangunan, jadi martil itu untuk kerja dia, dia bukan begal," kata Asni.

Terpisah, Kasat Reskrim Polrestabes Medan Kompol Eko Hartanto ketika di konfirmasi wartawan melalui selularnya belum memberikan jawaban. []

Baca juga:

Berita terkait
Suami Istri di Medan Banting dan Pukuli Wanita Hamil
Suami istri di Medan, Sumatera Utara menganiaya seorang wanita hamil. Polisi tidak menahan keduanya meski sudah ditetapkan sebagai tersangka.
9 Orang Bakal Jadi Tersangka Bom Bunuh Diri di Medan
Polisi telah memeriksa 14 orang pasca bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, sembilan orang di antaranya bakal jadi tersangka.
4 Polisi Medan Jadi Target Pelaku Bom Bunuh Diri
Pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Rabu 13 November 2019, sejak awal menyasar petugas kepolisian.