Wanita Ini Sebut Danau Toba Gadis Cantik yang Kurang Terawat

Seorang wanita Batak mengunggah tulisan di media sosial tentang kegelisahan dirinya melihat kondisi kawasan Danau Toba yang tidak terawat.
Tiomora Ester Maria Sitanggang, pemerhati lingkungan dan pariwisata Danau Toba. (Foto: Tagar/Ist)

Pematangsiantar - Tiomora Ester Maria Sitanggang, seorang wanita Batak yang kini bermukim di Jakarta, mengunggah tulisan di media sosial termasuk di grup WhatsApp yang banyak dihuni pegiat lingkungan dan pariwisata, tentang kegelisahan dirinya melihat kondisi kawasan Danau Toba yang dia sebut sebagai gadis cantik yang kurang terawat.

Tiomora dalam tulisan yang diterima Tagar pada Kamis, 1 Oktober 2020, menyebutkan Danau Toba yang melintasi tujuh kabupaten di Sumatra Utara, dengan panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer sudah dikenal wisatawan lokal maupun mancanegara.

Tentang keindahannya tidak diragukan lagi, bahkan menurut Tiomora tidak kalah dengan keindahan Danau Como dekat Kota Milan, Italia yang terkenal itu. 

Airnya jernih, hutannya rimbun, ditambah gunung-gunung sejauh mata memandang. Hal ini kata dia, membuat siapa saja betah untuk berlama lama di sana. Begitu indah dan terasa sejuk.

Lalu Danau Toba, kini semua telah berubah, tulis Timora. Danau dipenuhi keramba jaring apung (KJA). Lebih dari 150 ton pakan ikan masuk ke Danau Toba setiap harinya. Jangankan untuk diminum, untuk berenang saja harus berpikir ulang. Airnya kotor dan tercemar.

Kualitas air danau tidak layak pakai. Limbah dan sisa pakan ikan bersatu dengan air danau. Belum lagi perilaku masyarakat lokal sekitar Danau Toba yang menjadikan danau sebagai toilet mereka.

"Kondisi ini tentu saja tidak sesuai dengan apa yang disepakati dalam sustainable development goals, yaitu aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan," tulis wanita yang aktif di Yayasan Pencinta Danau Toba tersebut.

Di lain sisi, sambungnya, pemerintah saat ini tengah mencanangkan Danau Toba sebagai destinasi wisata unggulan, bahkan termasuk salah satu wisata prioritas, terlihat dari berbagai pembangunan infrastruktur yang diarahkan ke kawasan Danau Toba.

Pada titik inilah tukasnya, urgensi akan pemulihan kualitas air di Danau Toba sangat dibutuhkan. Kualitas perairan Danau Toba saat ini sudah sangat parah, sebagaimana laporan hasil audit Bank Dunia. Kadar oksigen di perairan Danau Toba hanya mencapai 50 persen dari permukaan air.

Pulau Tulas SamosirPulau Tulas di Kabupaten Samosir. Sebelum tiba di Sianjur Mulamula, para pengunjung akan melihat Pulau Tulas di tengah Danau Toba. (Foto: Tagar/Elvianna Simanjuntak)

"Hal itu tentu mengancam keberlangsungan ekosistem di Danau Toba," kata Tiomora, yang juga pengurus alumni Universitas Sumatera Utara di Jakarta.

Dia menyebut, pencemaran Danau Toba bisa berdampak negatif, antara lain terhadap kesehatan masyarakat lokal yang mengkonsumsi air danau sebagai sumber air minum.

Kemudian berdampak pada pertanian, di mana jika air danau tercemar akan membuat air tidak higienis dan tidak dapat diolah untuk pertanian, dan hal ini tentu saja kata dia, merugikan petani.

Hindari membuang sampah apapun ke danau. Cintai danau kita dan lingkungan sekitar

"Bidang pariwisata, jika air danau tercemar, misalnya banyak sampah di sekitaran danau, dan airnya keruh. Otomatis akan menurunkan daya tarik wisata. Akibat pencemaran yang terjadi maka ekosistem Danau Toba rusak dan unsur keindahannya terganggu," jelasnya.

Wanita yang juga senang traveling ini kemudian merekomendasikan sejumlah langkah konkrit bersifat segera yang harus dilakukan untuk penyelamatan kualitas air Danau Toba.

Di antaranya, pengolahan limbah secara terintegrasi, kebijakan terhadap keberadaan KJA, sosialisasi secara intensif kepada masyarakat lokal untuk mengubah perilaku, standarisasi kebersihan terhadap seluruh fasilitas umum di kawasan Danau Toba, baik di Parapat, Ajibata, Tigaras, Tomok, Simanindo, Pangururan, Balige, Tarutung , dan lainnya.

"Juga pengawasan secara serius terhadap seluruh restoran, dan hotel agar tidak membuang limbahnya ke danau," tandas ibu dua anak itu.

Spanduk Jangan Buang Sampah di DanauFestival 1000 Tenda Kaldera oleh Rumah Karya Indonesia (RKI) dipusatkan di Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara sejak 28-30 Juni 2019. Desa Meat di kawasan Danau Toba, punya bentangan alam eksotis. (Foto: RKI)

Dikonfirmasi Tagar soal tulisan menggugahnya, Tiomora menyebut tahun 2006 dia pernah ke Danau Como di Italia, danau yang mirip dengan Danau Toba.

Bedanya adalah di sana tentu sangat terawat. Bebas sampah, apik, dan sejuk. Sangat terawat. Itu terjadi, kata dia, karena masyarakat di sana sudah menjadikan kebersihan sebagai bagian budaya hidup mereka.

"Kayaknya sudah sebuah budaya mereka ya. November tahun lalu aku ke Spanyol, aku lihat juga budaya bersih mereka luar biasa. Sungai, laut, taman, ngak ada kotor. Tahun 2009 ke Bondi Beach, Sydney, juga sangat apik dan terawat. Pantai di San Sebastian, Spanyol ngak ada sampah sama sekali. Jauh sekali dengan habit kita," tukas dia.

Pengalaman ketika di Pelabuhan Ajibata saat akan menyeberang ke Kabupaten Samosir pun dia ungkapkan, bagaimana masyarakat belum sepenuhnya mendukung kebersihan di kawasan pariwisata.

"Aduh, kalau kita di Pelabuhan Ajibata. Ampun. Mau nangis lihatnya. Pas makan godok-godok di warung dekat danau sambil nunggu feri, ampun deh, pantainya jorok," ungkapnya.

Tiomora lalu mengusulkan, untuk di kawasan Danau Toba perlu dilakukan radical change budaya atau kebiasaan di sana dalam mengelola sampah.

"Hindari membuang sampah apapun ke danau. Cintai danau kita dan lingkungan sekitar. Tanamkan kesadaran secara terus-menerus kepada seluruh masyarakat sekitar Danau Toba," tuturnya.

Sebutnya, pemerintah juga harus menyiapkan pengolahan sampah atau limbah secara terpadu. Kemudian, sembari menuju zero keramba, segera dilakukan water treatment air danau, tata ulang rumah-rumah atau warung-warung yang berada persis di tepi danau.

"Siapkan kapal khusus untuk menyusuri danau dan mengangkut sampah-sampah kotoran. Secara reguler ke Tomok, Ajibata, Tongging, Simanindo dan daerah lainnya di sana. Lakukan standarisasi toilet restoran, hotel dan tempat makan lainnya serta tempat rekreasi yang ada," tukasnya.

Tiomora menyebut, sejauh ini intervensi pemerintah untuk memajukan kawasan Danau Toba sudah bagus, karena ada keberpihakan dan keseriusan terutama lewat pembenahan infrastruktur.

"Tapi untuk airnya sendiri kan belum signifikan ya terobosan yang dilakukan. Dan memang waste management ini (manajemem sampah) harus terus menerus dilakukan. Dengan cara atau proses yang benar. Kalau mau lebih jauh aku ngak beranilah, soal payung hukum misalnya. Bukan kapasitasku," katanya.[]

Berita terkait
Intip Sensasi Ikut Lari Virtual Triathlon Danau Toba 2020
Apa saja yang bisa dilakukan ketika peserta mengikuti event lari virtual bertajuk Triathlon series Danau Toba 2020.
Tur Danau Toba dengan Kapal Motor Ada Trio Batak dan Lampet
Anca Damanik dan sejumlah temannya sekadar ikut trip di atas kapal motor perairan Danau Toba menuju objek wisata Situmurun.
PUPR Mantapkan Danau Toba Sebagai Destinasi Wisata Unggulan
Kementerian PUPR Tata Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba Sebagai Destinasi Wisata Unggulan di Provinsi Sumatera Utara.