Wanita Arab Saudi Merokok di Depan Umum

Rima terang-terangan mengembuskan asap rokok di depan umum tanpa memperdulikan orang di sekitarnya.
Wanita Arab Saudi tengah merokok di sebuah kafe di Kota Riyadh. (Foto: AFP/Fayez Nureldine)

Jakarta - Rima, warga Arab Saudi menghisap rokok elektriknya di sebuah kafe di Riyadh. Dia terang-terangan mengembuskan asap rokok di depan umum tanpa memperdulikan orang di sekitarnya.

"Saya merasa bahwa merokok di depan umum adalah bagian dari melaksanakan kebebasan saya yang baru dimenangkan. Saya senang bahwa sekarang saya dapat memilih," kata wanita berusia 27 tahun itu, dikutip dari media Prancis, AFP, Selasa, 18 Februari 2020.

Pandangan perempuan merokok di Arab Saudi telah menjadi jauh lebih umum dalam beberapa bulan terakhir. Hal tersebut sejalan dengan perubahan sosial di Arab Saudi yang menganggap wanita pengguna rokok, shisha atau vaping sebagai simbol emansipasi. Sebuah prospek yang tidak terpikirkan sebelum diperkenalkannya reformasi besar-besaran di kerajaan ultra-konservatif.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman, telah meluncurkan serangkaian inovasi ekonomi dan sosial untuk memproyeksikan citra moderat dan ramah bisnis. Saat ini, wanita di Arab Saudi diperbolehkan untuk mengemudi, menghadiri acara konser, menikmati olahraga publik dan mendapatkan paspor tanpa persetujuan wali pria.

Simbol Kebebasan

Rima mulai merokok sejak dua tahun lalu. Dia menepis kekhawatiran tentang dampak berbahaya tembakau, terlebih jika keluarganya mengetahui hal itu. Dia mengatakan siap untuk "pertarungan."

"Saya tidak akan memberi tahu mereka bahwa ini adalah tentang kebebasan kepribadian saya, karena mereka tidak akan mengerti bahwa wanita bebas untuk merokok seperti pria," katanya.

Tidak hanya Rima, Najla (nama samaran), wanita berusia 26 tahun itu mengatakan bahwa meskipun ada perubahan sosial yang cepat, tapi standar ganda masih ada, dan jika wanita merokok, maka hal itu akan dianggap sebagai sebuah skandal dan aib.

"Hak saya akan sepenuhnya dihormati ketika keluarga saya menerima saya sebagai perokok," kata Najla.

Najla mulai merokok ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dan hampir 65 persen perempuan SMA di Arab Saudi melakukan hal tersebut secara diam-diam, menurut studi yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas King Abdulaziz pada 2015.

Jika menilik beberapa tahun lalu, perempuan di Arab Saudi akan dikejar dan ditangkap oleh polisi agama apabila kedapatan melakukan pelanggaran seperti, memakai cat kuku atau membiarkan sehelai rambut keluar dari jilbab mereka.

Namun sekarang keadaannya sudah berubah, setelah pihak Kerajaan Arab Saudi mempekenalkan reformasi yang lebih membebaskan hak perempuan. Pun demkian, kebijakan tersebut masih mendapatkan kecaman keras dari para intelektual, ulama dan aktivis perempuan.

Pada 2018, pihak berwenang menangkap sedikitnya 12 aktivis wanita, tepat sebelum pencabutan bersejarah larangan selama sepuluh tahun terhadap pengendara wanita. Banyak dari mereka yang ditahan karena menurut interogator melakukan pelecehan dan penyiksaan seksual.

Reformasi  yang mendukung perempuan adalah bagian dari kampanye hubungan masyarakat untuk meningkatkan catatan hak asasi manusia kerajaan. Penangkapan dan demonisasi aktivis perempuan adalah buktinya, ini dirancang agar reformasi tidak akan dikreditkan ke aktivis," kata Walid al-Hathloul, yang saudara perempuannya diadili atas tuduhan memiliki kontak dengan media asing dan diplomat. []

Berita terkait
Sekarang Pria Wanita Bisa Bercampur di Arab Saudi
Pemerintah Arab Saudi membuat terobosan menabrak aturan sosial. Pria dan wanita tidak wajib melewati pintu berbeda saat memasuki restoran.
Fatwa Muhammadiyah Haramkan Rokok Elektrik
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengeluarkan fatwa haram untuk rokok elekrik atau Vave
Alasan Vape Lebih Bahaya dari Rokok Konvensional
Rokok elektrik atau vape ternyata lebih berbahaya dibandingkan dengan rokok konvensional, menurut beberapa ahli memiliki risiko yang tinggi.