Untuk Indonesia

Wabah Campak Jadi KLB Karena Orang Tua Tolak Vaksinasi Anaknya

Vaksin campak yang efektif tersedia tapi wabah campak kembali mengganas di banyak negara, ini terjadi karena orang tua menolak anaknya divaksinasi
Ilustrasi (Foto: dw.com)

Oleh: Syaiful W. Harahap

TAGAR.id - Dunia seakan terlena ketika kasus campak rendah. Tapi, di tahun 2019 dunia kesehatan kembali gempar karena ada wabah campak di beberapa negara. Ini terjadi karena banyak orang tua di beberapa negara menolak vaksinasi terhadap anak-anaknya dengan berbagai alasan.

Pekan lalu pemerintah, dalam hal ini Kemenerian Kesehatan (Kemenkes), menetapkan wabah campak di Indonesia sebagai Kejadian Luar Biasar (KLB) berupa 55 kejadian di 34 kabupaten dan kota di 12 provinsi.

Sepanjang tahun 2022 dilaporkan 3.341 kasus konfirmasi campak yang terdeteksi di 223 kabupaten dan kota di 31 provinsi. Dari jumlah ini sebagian kasus terjadi pada anak yang tidak pernah diimunisasi campak dan rubella.

Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan selama enam bulan pertama tahun ini kasus campak yang dilaporkan di seluruh dunia jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sejak tahun 2006.

WHO menerima laporan kasus campak dari 182 negara pada priode 1 Januari – 31 Juli 2019 sebanyak 364.808. Ini sama dengan laporan pada priode yang sama tahun 2018. Wilayah kerja WHO yang terjadi peningkatan jumlah kasus campak adalah Afrika 900%, Pasifik Barat 230% dan Eropa 150%.

Indonesia sendiri masuk dalam 10 negara dengan kasus campak tertinggi di dunia. Data WHO menyebutkan dari September 2017 - Februari 2018 dilaporkan 1.959 kasus campak. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sendiri mencatat 57.056 kasus dari tahun 2014 - Juli 2018.

Campak adalah penyakit yang disebabkan virus. Virus campak sangat mudah menular. Campak ditularkan melalui cairan tetesan dari hidung, mulut atau tenggorokan orang yang terinfeksi campak. Gejala awal muncul 10-12 hari setelah terpapar dengan demam tinggi, pilek, mata merah dan bintik-bintik putih kecil di bagian dalam kulit. Beberapa hari kemudian muncul ruam yang bermula dari wajah dan leher bagian atas yang secara bertahap menyebar ke bawah.

Campak jadi salah satu penyebab kematian di antara bayi, anak-anak dan remaja di seluruh dunia. Padahal, ada vaksin yang aman dan efektif mencegah tertular campak.

Banyak orang tua yang menolak vaksinasi anaknya dengan berbagai alasan, seperti menganggap vaksin tidak aman, mengandung zat yang diharamkan agama, dll. Misleading tentang vaksin sering muncul di jejaring sosial, seperti menyebutkan vaksin bisa memicu autisme, mengadung zat haram, dll.

Kota New York, AS, melarang penolakan vaksinasi dengan alasan agama. Soalnya, sebagian besar kasus campak di kota itu justru terjadi di komunitas Yahudi Ortodoks. Semula komunitas ini menolak vaksinasi dengan alasan agama.

Orang-orang tua yang menolak vaksinasi anak-anaknya hanya terpana pada ilmu pengetahuan semu, bahkan ada yang bersumber dari media sosial. Kondisi ini justru mengancam nasib jutaan anak karena anak-anak yang tidak divaksin itu jadi penyebar penyakit.

Wabah campak terjadi di Angola, Kamerun, Chad, Kazakhstan, Nigeria, Filipina, Sudan, Sudan Selatan, dan Thailand.

Wabah campak terbesar terjadi di negara-negara dengan cakupan vaksinasi campak yang sangat rendah sebelum wabah. Wabah campak juga terus terjadi di negara-negara dengan vaksinasi yang tinggi karena terjadi kesenjangan antar masyarakat, wilayah geografis dan perbedaan umur.

Amerika Serikat melaporkan jumlah kasus campak yang tertinggi dalam 25 tahun terakhir ini. Eropa Barat melaorkan 90.000 kasus campak selama enam bulan pertama tahun ini. Ini jumlah kasus tertinggi dalam dekade terakhir.

Ketika kematian campak global turun 84 persen di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, dari 550.100 kematian pada tahun 2000 jadi 89.780 pada tahun 2016, tapi di banyak negara berkembang, terutama di beberapa bagian Afrika dan Asia, campak justru masih umum terjadi.

campak2Sumber: who.int

Diperkirakan 7 juta orang terkena campak pada 2016. Mayoritas atau lebih dari 95% kematian akibat campak terjadi di negara-negara dengan pendapatan per kapita yang rendah dan infrastruktur kesehatan yang lemah.

Karena penyakit menular, seperti campak, sangat mudah menular beberapa negara di dunia membuat aturan dalam bentuk undang-undang yang melarang anak-anak yang tidak divaksinasi bersekolah di sekolah negeri.

Italia dengan tegas melarang anak yang belum diimunisasi untuk masuk sekolah. Selain itu Jerman, Australia, Amerika Serikat dan Kanada juga melarang anak-anak yang tidak diimunisasi masuk sekolah. Sudah saatnya Indonesia memikirkan peraturan yang juga melarang anak-anak yang tidak divaksinasi bersekolah karena bisa menularkan penyakit ke anak-anak lain.

Anak-anak yang tidak diimunisasi jadi pemicu penyebaran penyakit yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Itulah sebabnya beberapa negara melarang anak-anak yang tidak divaksinasi masuk sekolah.

Data WHO dan UNICEF yang dirilis Juli 2019 menyebutkan 86% anak-anak sudah divaksinasi dosis pertama dan 69% vaksinasi dosis kedua. Dengan data ini ada 20 juta anak pada ahun 2018 yang tidak divaksinasi campak. Ada pula 23 negara yang belum memasukkan vaksinasi dosis kedua pada program imunisasi negara-negara tsb.

Rekomendasi WHO terbaru menyebutkan setiap orang berumur di atas enam bulan atau lebih tua harus divaksinasi campak. WHO merekomendasikan agar para pelancong mendapat vaksinasi campak setidaknya 15 hari sebelum perjalanan.

Vaksinasi campak rutin untuk anak-anak yang dibarengi dengan kampanye imunisasi massal di negara-negara dengan cakupan rutin yang rendah adalah strategi utama kesehatan masyarakat untuk mengurangi kematian akibat campak global (Bahan-bahan dari: who.int, dw.com, cdc.gov dan sumber-sumber lain). []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id

Berita terkait
Kongo Terserang Wabah Campak, 5.000 Orang Meninggal
Republik Demokratik Kongo terserang wabah campak, dan diperkirakan lebih dari 5.000 orang telah meninggal.
Panglima TNI Tegaskan KLB Campak Asmat Sudah Teratasi
Panglima TNI tegaskan KLB campak Asmat sudah teratasi. "Saya katakan permasalahan penyakit campak sudah selesai, tinggal kita terus memantau," ujarnya.
Menkes Bertolak ke Papua Kunjungi Pasien Campak di Asmat
Menkes bertolak ke Papua kunjungi pasien campak di Asmat. Sebelumnya Jokowi memerintahkan jajarannya agar secepatnya menangani wabah di Papua itu.
0
Kapolri: NU Teruji Jaga Keutuhan NKRI
Ia menilai upaya menjaga kekompakan dan persatuan di antara Nahdliyin amat lah penting.