Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan bahwa kinerja perekonomian Indonesia cukup tertekan di sepanjang Januari 2020, sehingga kapasitas ekonomi memberi hasil kurang memuaskan. Salah satu indikator yang memengaruhi adalah wabah Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau virus corona yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Dua aspak lain yang disinyalir turut berkontribusi atas lambannya perekonomian di dalam negeri adalah faktor geopolitik dunia dan situasi politik di Amerika Serikat (AS).
"Kita berharap 2020 akan positif. Optimisme itu tetap terjaga meskipun perkembangannya pada Januari ini sangat tidak membuat kita happy," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR-RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 28 Januari 2020.
Meskipun cenderung melambat, Menkeu tetap optimistis laju pertumbuhan ekonomi akan semakin kencang dalam beberapa bulan ke depan. Keyakinan itu didasarkan pada kemampuan instrumen fiskal yang dimiliki pemerintah dalam menstimulus perekonomian.
Selain itu, kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia baru-baru ini dinilai mantan Direktur Pelaksana IMF itu tepat sasaran. Misalnya, keputusan bank sentral yang menahan suku bunga acuan di level 5 persen pada awal tahun ini.
"Ini mesti kita antisipasi pengaruhnya terhadap perekonomian dan juga waspada. Kami juga tetap berusaha bisa keluar dari situasi ini," tuturnya.
Selain meningkatkan kehati-hatian, Menkeu berharap pula sektor jasa keuangan dapat terus berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Walaupun tengah diterpa ujian lewat Jiwasraya, Menkeu yakin stabilitas industri finansial masih tetap terjaga dalam beberapa waktu ke depan.
"Tentu kita berharap sektor keuangan, terutama lembaga jasa keuangan nonbank akan bisa terus sustain secara cepat dalam penanganannya agar tidak menimbulkan stigma negatif pada sektor ini," kata Sri Mulyani. []