Utang Demi Gabung Keraton Agung Sejagat Purworejo

Kisah ngenes korban Keraton Agung Sejagad Purworejo. Ada yang belain utang demi bisa gabung. Ada yang ludes jutaan rupiah. Dijanjikan apa mereka?
Kasnan menunjukkan seragam Keraton Agung Sejagat yang dimilikinya, di rumahnya di Desa Triharjo, Kecamatan Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Jumat, 17 Januari 2020 (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Kulon Progo - Kisah ngenes para korban Keraton Agung Sejagad Purworejo. Ada yang sampai bela-belain utang demi bisa gabung 'kerajaan' tersebut. Ada yang sudah ludes sampai jutaan rupiah. Tagar menemui dua di antara mereka. Sudadi 70 tahun di rumahnya di Desa Plumbon, Kecamatan Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, Kamis, 16 Januari 2020. Dan Kasnan 40 tahun di rumahnya di Desa Triharjo, Kecamatan Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Jumat, 17 Januari 2020.

Keraton Agung Sejagat di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, memang menggemparkan Indonesia. Sang 'raja' Toto Santoso 42 tahun dan sang 'ratu' Fanni Aminadia 41 tahun telah ditangkap polisi, telah dijebloskan ke penjara. Meninggalkan cerita duka bagi orang-orang yang percaya bualan mereka.

Berikut pengalaman pedih Kasnan dan Sudadi.

Kasnan, 40 Tahun, Bela-belain Utang

Korban Keraton Agung SejagatKasnan menunjukkan seragam Keraton Agung Sejagat yang dimilikinya, di rumahnya di Desa Triharjo, Kecamatan Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Jumat, 17 Januari 2020 (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Kasnan sehari-hari bekerja apa saja, serabutan, penghasilan tidak menentu. Ia bertani, kadang membuat ukiran batu kalau ada pesanan. Berikut kesaksiannya.

"Jujur saya kapok dan sangat menyesal. Ternyata harus berakhir seperti ini. Demi bisa bergabung dengan Keraton Agung Sejagat, saya sudah banyak mengeluarkan uang yang tidak sedikit, uang hasil utangan. Saya terpaksa utang karena tidak punya penghasilan tetap. Bahkan seragam kerajaan punya saya sampai sekarang belum lunas.

Selama mengikuti Keraton Agung Sejagad, uang yang saya keluarkan mulai dari pendaftaran sebesar Rp 1,5 juta, iuran, biaya operasional, dan membeli seragam keraton seharga Rp 2 juta. Uang yang saya setorkan itu menguap seiring bubarnya kerajaan.

Saya bergabung dengan Keraton Agung Sejagat sekitar 10 bulan lalu, tepatnya pada awal 2019. Saya diajak teman-teman untuk berkumpul di tempat Sudadi, warga Desa Plumbon, Kapanewon Temon, yang sudah lebih dulu menjadi anggota Keraton Agung Sejagad.

Dalam pertemuan itu, saya mendapat informasi tentang Keraton Agung Sejagat dari Kasnan. Bahwa Keraton Agung Sejagat merupakan organisasi dengan fokus kegiatan sosial kemanusiaan. Tidak ada penjelasan tentang kerajaan atau janji uang ratusan juta yang akan diterima anggota.

Saya tertarik bergabung karena tentang kemanusiaan. Hal lain ya untuk mengisi kegiatan. Tidak ada yang menyinggung soal kerajaan. Saya baru menyadari ternyata Keraton Agung Sejagat merupakan kerajaan yang dipimpin Toto Santoso. Saya mengetahui itu saat mengikuti kirab Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo beberapa waktu lalu.

Kini yang saya rasakan adalah sakit hati, tidak akan pernah lagi bergabung dengan organisasi semacam Keraton Agung Sejagat. Saya juga menganggap ini musibah, tidak akan menuntut pendiri Keraton Agung Sejagat.

Saya berharap apa yang saya alami ini menjadi pelajaran bagi siapa saja, agar tidak mengikuti hal yang sama. Saya juga berharap ada peran dari pihak terkait di pemerintahan, memberikan pendampingan mental kepada para korban."

Sudadi, 70 Tahun, Habis Jutaan Rupiah

Korban Keraton Agung SejagatSudadi menunjukkan seragam Maha Menteri Keraton Agung Sejagat yang dimilikinya, di rumahnya di Desa Plumbon, Kecamatan Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, Kamis, 16 Januari 2020. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Sudadi mantan Kepala Desa Plumbon, pernah maju sebagai calon legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kulon Progo. Berikut kesaksiannya.

"Saya sudah menyetorkan uang jutaan rupiah untuk Keraton Agung Sejagat. Dan kini saya harus pasrah, merelakan uang tersebut, setelah mendapati kenyataan kerajaan tersebut adalah abal-abal.

Saya adalah korban janji Toto Santoso. Sejak bergabung dengan Keraton Agung Sejagat, awalnya bernama World Empire pada 2018, saya justru harus mengeluarkan uang dengan nominal yang tidak sedikit. Uang tersebut untuk membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 2,1 juta, iuran bulanan, biaya operasional, dan juga membayar seragam dinas keraton senilai Rp 2 juta.

Kalau dihitung ya sudah banyak. Kerugian yang saya alami jauh lebih besar karena sebelumnya saya juga ikut dalam Kulon Progo Development Committee yang merupakan cabang dari Jogjakarta Development Committee. Dan orang di balik organisasi Jogjakarta Development Committe tidak lain adalah Toto Santoso.

Saya semakin tertarik saat mengetahui setiap anggota akan mendapat upah yang diperkirakan lebih dari Rp 50 juta setiap bulan.

raja dan permaisuriDua orang yang mengaku Raja Keraton Agung Sejagat Toto Santoso dan Permaisuri Fanni Aminadia duduk di singgasana. (Foto: Grup Facebook/Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Di Kulon Progo Development Committee, saya direkrut menjadi koordinator pada 2014. Keikutsertaan saya ini diawali ajakan seorang kawan. Saya tertarik gabung karena organisasi ini katanya fokus untuk kemanusiaan. Saya semakin tertarik saat mengetahui setiap anggota akan mendapat upah yang diperkirakan lebih dari Rp 50 juta setiap bulan.

Namun semakin lama, janji yang disampaikan hanya bualan. Sejak ikut hingga bubar pada 2018, tak ada satu rupiah pun saya peroleh dari organisasi tersebut. Justru saya harus mengeluarkan uang yang tidak pernah saya hitung jumlahnya.

Setelah organisasi tersebut bubar, pada tahun yang sama saya ditawari Toto Santoso untuk bergabung di Keraton Agung Sejagat. Kembali saya terkena bujuk rayu. Sebenarnya saya prihatin, kenapa bisa terjadi. Awalnya ada harapan yang dijanjikan Pak Toto, namun ternyata kenyataannya lain. Saya ambil hikmahnya.

Di Keraton Agung Sejagat, saya dimasukkan dalam struktur kepengurusan. Saya ditunjuk sebagai maha menteri dengan pangkat tiga bintang di pundak. Jabatan itu saya peroleh karena peran saya sewaktu di Kulon Progo Development Committee.

Di Kulon Progo Development Committee, saya juga dapat pangkat. Waktu itu saya masih bintang dua, kemudian teman-teman meminta Pak Toto menaikkan pangkat saya jadi bintang tiga. Sebab saya sudah koordinator.

Dengan jabatan maha menteri, saya bertugas mengkoordinasi para menteri. Gaji yang dijanjikan untuk posisi ini sampai ratusan juta rupiah per bulan. Namun hingga Pak Toto ditangkap polisi, gaji itu tak pernah saya terima.

Saya sudah ditipu dan menjadi korban, walau demikian saya memilih jalur damai, memaafkan apa yang diperbuat Toto Santoso. Menurut saya ini musibah. Saya tidak menuntut. Ini juga musibah untuk Pak Toto. Kami coba mengkoordinasikan dengan teman-teman khususnya yang dirugikan. Kami coba saling memaafkan."

Jangan Terpengaruh Iming-iming

Polres Kulon ProgoKepala Kepolisian Resor Kulon Progo, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Tartono, memberikan keterangan pers di Kepolisian Resor Kulon Progo, Jumat, 17 Januari 2020. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Kepolisian Resor Kulon Progo mengatakan akan segera mendata nama-nama warga yang diduga menjadi anggota Keraton Agung Sejagat. Hal ini disampaikan Kepala Kepolisian Resor Kulon Progo, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Tartono. Sampai Jumat, 17 Januari 2020, ia mengatakan baru mengantongi satu nama, yaitu Sudadi.

"Yang terpantau di Kulon Progo baru SDD (Sudadi). Dia berperan mempengaruhi dan mengajak. Untuk yang lainnya masih didata," kata Tartono.  

Ia mengatakan walaupun Sudadi berperan mempengaruhi warga lain agar bergabung dengan Keraton Agung Sejagat, Sudadi tetap dianggap sebagai korban. 

AKBP Tartono meminta masyarakat Kulon Progo tidak terpengaruh iming-iming jabatan, materi, pangkat, dan sebagainya yang dijanjikan organisasi semacam Keraton Agung Sejagat. []

Baca juga:

Berita terkait
Sang Ratu dan Otak Keraton Agung Sejagat Purworejo
Otak dibalik Keraton Agung Sejagat ternyata sang ratu, Fanni Aminadia. Perempuan bergelar Dyah Gitarja ini mendesain segala sesuatu keraton.
Cara Keraton Agung Sejagat Purworejo Kuasai Dunia
Keraton Agung Sejagat di Purworejo buka cabang di sejumlah wilayah di Indonesia. Ini cara kerajaan menguasai dunia.
Keraton Agung Sejagat Purworejo di Mata Habib Luthfi
Habib Luthfi menyerahkan persoalan Keraton Agung Sejagat di Purworejo ke Polda Jawa Tengah.
0
Kesengsaraan dalam Kehidupan Pekerja Migran di Arab Saudi
Puluhan ribu migran Ethiopia proses dideportasi dari Arab Saudi, mereka cerita tentang penahanan berbulan-bulan dalam kondisi menyedihkan