Solo - Usai ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH), Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo langsung memasang target yang tak main-main. UNS membidik untuk dapat menembus posisi 500 besar perguruan tinggi terbaik di dunia.
"Kami tentu bersyukur atas penetapan UNS sebagai PTN BH pada 6 Oktober 2020 lalu yang ditandatangani langsung Presiden RI, Joko Widodo. Dengan status saat ini, UNS berikutnya menargetkan tahun 2023 mendatang masuk 500 perguruan tinggi terbaik dunia," ungkap Rektor UNS Jamal Wiwoho di Solo, Kamis, 12 November 2020.
UNS sendiri mendapatkan status ini lewat turunnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 56 Tahun 2020 tentang Status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum.
Dengan status saat ini, UNS berikutnya menargetkan tahun 2023 mendatang masuk 500 perguruan tinggi terbaik dunia.
Menurut Jamal, untuk dapat menggapai target tersebut perlu ada program kerja yang mendukung. Program kerja sudah disusun dalam rencana kerja tahunan PTN BH UNS di tahun 2021 mengacu SK Mendikbud No 754/P/2020 tentang Indikator Kerja Utama PTN dan LLDIKTI.
Salah satu IKU adalah persentase lulusan UNS. Dari besaran persentase yang ditetapkan Kemendikbud, Jamal optimis UNS bisa melampaui permintaan tersebut.
“Ada Indikator Kerja Utama yang ditetapkan. Misal IKU nomor sat ada persentase lulusan S1 dan Diploma yang berhasil dapat pekerjaan, melanjutkan studi, atau menjadi wiraswasta dengan penghasilan cukup. Dan di tahun 2021 kami UNS menetapkan persentasenya 90 persen dari target yang ditetapkan Kemendikbud sebesar 80 persen,” ucap dia.
Baca juga:
- Unnes Beri Penghargaan Doktor Honoris Causa ke Habib Luthfi
- Undip Semarang Favorit, Lantik 13 Ribu Mahasiwa
- Daftar Lengkap Kampus Favorit di Yogyakarta Selain UGM
Selain itu, perlu ada dukungan dari dosen UNS yang tengah menempuh studi lanjut di luar negeri. Jamal menyatakan UNS terus mendorong agar studi lanjut yang diambil dapat diselesaikan. Bahkan, UNS juga memberikan bantuan pembiayaan jika diperlukan.
"Dan ini sudah kami lakukan di beberapa kesempatan terhadap dosen yang melanjutkan studi di luar negeri," ujar dia.
Jamal memberi contoh pada dosen UNS yang studi di Inggris atau Belanda. Dengan bantuan UNS, dosen tersebut akhirnya dapat menyelesaikan studi meski sempat menemui kendala dalam hal pembiayaan. []