Ucapan Ketua DPRD, Sarles: Orang Siantar Dianggapnya Bodoh

Pernyataan Ketua DPRD Kota Pematangsiantar, Timbul Marganda Lingga yang menyebut kalau punya otak ya memilih, memantik reaksi sejumlah pihak.
Akademisi Universitas Simalungun, Dr Sarles Gultom. (Foto: Tagar/Istimewa)

Pematangsiantar - Pernyataan Ketua DPRD Kota Pematangsiantar, Timbul Marganda Lingga yang menyebut kalau punya otak ya memilih, memantik reaksi sejumlah pihak.

Pernyataan tersebut dinilai terkesan meremehkan masyarakat yang memiliki kebebasan dalam memilih pada Pilkada 2020.

Akademisi Universitas Simalungun, Dr Sarles Gultom menilai pernyataan Timbul tersebut kontraproduktif.

Seharusnya mengimbau untuk tetap memilih, namun justru pernyataan tersebut memberi kesan semua warga Kota Pematangsiantar orang bodoh.

"Dengan bahasa seperti itu bukan merupakan imbauan lagi. Sebagai Ketua DPRD, itu (pernyataan) tidak bagus. Bahasa, kalau pakai otak ya memilih, itukan seolah artinya sebagai orang Siantar dianggapnya bodoh semua. Orang tidak memilih, bukan karena bodoh. Namun karena tidak punya pilihan," ujar Sarles kepada Tagar, Jumat, 18 September 2020.

Baca juga: Ketua DPRD Siantar: Orang yang Punya Otak Ya Memilihlah

Menurut Sarles, argumentasi Timbul justru menunjukkan sikap kekhawatiran adanya gerakan masyarakat untuk menghempang keterpilihan calon tunggal Asner Silalahi-Susanti Dewayani yang turut diusung PDIP.

Ucapan itu sungguh tidak patut dikeluarkan oleh pimpinan dewan yang terhormat

Keberadaan calon tunggal di Pilkada Kota Pematangsiantar, ungkap Sarles, menjadi persoalan yang kemudian bisa membuat masyarakat pemilih enggan untuk datang memilih ke tempat pemungutan suara pada 9 Desember 2020.

"Artinya, itulah salah satu kelemahan calon tunggal. Masyarakat itu mau menentukan pilihan lihat dari visi misi, dari debat, untuk melihat siapa yang lebih siap dan bermutu memajukan Kota Siantar ke depan. Ini kayak mana mau memilih, kalau calonnya saja tidak dikenal," ujar pria yang pernah menjadi Ketua Panwaslu Kota Pematangsiantar tersebut.

Baca juga: Alasan 8 Parpol Mengusung Calon Tunggal di Siantar

Sarles menyampaikan, demokrasi menjamin kebebasan seseorang menentukan pilihan. Harusnya sebagai ketua DPRD, Timbul memberikan pernyataan yang lebih santun untuk mengajak masyarakat menentukan pilihan.

"Saat ini masyarakat saja banyak tidak tahu visi misi calon. Ditambah lagi tidak ada pilihan selain Asner dan Susanti yang diusung delapan partai. Jadi selain memilih kolom kosong, akan terjadi kemungkinan penurunan partisipasi pemilih. Itu kelemahan calon tunggal," tutur dosen di Fakultas Hukum USI tersebut.

Pernyataan Timbul juga disayangkan Horas Sianturi. Pendeta sekaligus pegiat sosial itu berharap Timbul mengklarifikasi ucapannya.

Baca juga: Pilkada Siantar Calon Tunggal, Kolom Kosong Bergerak

"Ucapan itu sungguh tidak patut dikeluarkan oleh pimpinan dewan yang terhormat. Karena pernyataan itu tidak mengandung makna edukasi. Untuk itu, sudi kiranya mengklarifikasi pernyataan tersebut. Masalah memilih dan tidak memilih adalah hak pribadi seseorang. Boleh pilih calon dan kolom kosong," kata Horas.[]

Berita terkait
Persekongkolan Cukong dan Kepala Daerah di Pilkada 2020
Analis Politik Pangi Syarwi Chaniago menilai peran cukong dan kepala daerah terpilih di Pilkada 2020 akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
Aktor Ini Diancam Cerai Istri Jika Maju Pilkada
Aktor ini diancam cerai istrinya bila mencoba peruntungannya mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah atau pilkada.
Giring PSI Minta Konser Musik Saat Pilkada Dilakukan Virtual
Giring Ganesha meminta KPU melarang konser musik saat kampanye Pilkada 2020 di tengah pandemi.