Jakarta - Kepala Pusat Penelitian Keilmuan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Maximus Gorky Sembiring menyebut guru dan dosen sudah seharusnya berhijrah atau melakukan tranformasi pengajaran sebagai tuntutan abad ke-21.
“Kalau sekadar menjadi pengajar, no problem. Tetapi kita hanya bisa menciptakan dalam “tenaga kerja”. Tapi apakah bisa menjadi cocok tenaga kerja di abad ke-21? Mungkin agak berbeda. Maka, tidak cukup lagi kita hanya sebagai pengajar, seperti yang selama ini kita lakukan. Harus ada hijrah, transformasi kultural, fungsional, dan digital,” ujar Gorky dalam acara “Tips Pembelajaran Futuristis” Siapkah Guru/Dosen dan Siswa/Mahasiswa di kanal YouTube Universitas Terbuka TV, Kamis, 18 November 2021.
Terlepas dari adanya pandemi Covid-19 atau tidak, Gorky mengatakan sebagai seorang tenaga pengajar abad ke-21, guru dan dosen harus dapat mengupayakan insan kamil yang cerdas paripurna dan berkarakter untuk Indonesia.
Kita sebagai guru harus punya jiwa merancang atau mendesain apakah sebagai perencana pemrogram animator mediator dan penyeleksi.
“Posisi guru dan dosen adalah sesederhana ini. Maka, ujung pendidikan untuk bisa menjadi insan kamil Indonesia adalah merubah cermin jadi jendela. Kalau keempat unsur (intelektual, emosional, fisikal, dan spiritual) itu dikumpulkan bersama-sama, itulah yang menjadi tujuan bangsa kita ini ada. Apa yang berkarakternya? Karakternya Pancasila,” katanya.
- Baca Juga: Tips Menyiapkan Dana Pendidikan Anak Sejak Dini
- Baca Juga: Yuk, Kenali Jenis-jenis Asuransi Pendidikan
Agar tuntutan abad 21 ini dapat dicapai dengan baik, penting untuk mengikuti basic principal of management. Gorky menyebut ada 3 hal manajer pembelajaran yang harus guru dan dosen perhatikan, yaitu perancangan (planning), pelaksanaan (organizing), dan penilaian (evaluating).
“Kita sebagai guru harus punya jiwa merancang atau mendesain. Apakah sebagai perencana, pemrogram, animator, mediator, dan penyeleksi. Kita memilih bahan-bahan yang harus kita sebarkan kepada sisawa kita. Itu yang dimaksud dengan perancang,” ujarnya.
Selain perancangan, Gorky mengungkapkan penting bagi seorang tenaga pengajar untuk menempatkan dirinya sebagai konselor, fasilitator, mentor, motivator, atau insporator dan menilai hasil pembelajarannya terhadap para siswa sebagai auditor, penelaah, penilai, audikator, atau pendobrak.
- Baca Juga: Ridwan Kamil Berbagi Inspirasi di Pendidikan Kader GMKI
- Baca Juga: DPR Minta Mendikbud Patuhi Rekomendasi Ijtima Ulama MUI
“Itu adalah menjadi manajer pembelajaran. Namanya sih guru juga. Secara esensi itu guru, tapi secara operasional itu me_manage_ atau mengelola pengajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan, sampai menilainya," ujarnya.
"Tidak sekadar mentransfer ilmu, sekadar mengubah seseorang menjadi tahu dari tidak tahu. Tetapi lebih dari pada itu, saya memberi tahu seseorang supaya dia tahu apa yang dia ketahui dan dia bisa mengeluarkan pengetahuan itu sebaik mungkin,” katanya.
(Eka Cahyani)