Tumbal Penguat Tanggul dan Cerita Mistis Situ Cikaret Bogor

Situ Cikaret di Cibinong, Bogor merupakan salah satu tempat berekreasi yang populer, namun ternyata ada cerita mistis di baliknya.
Pemandangan Situ Cikaret, Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Minggu 31 Januari 2021, yang nampak terang seusai diguyur hujan. (Foto: Tagar/Nabila Tsania)

Bogor- Awan gelap bergelayut di langit siang itu, Minggu, 31 Januari 2021. Sejenak kemudian, hujan mengguyur seperti ditumpahkan dari langit. Percikannya saat bertemu dengan air danau membawa aroma amis menyeruak ke rongga hidung.

Satu per satu pemilik warung tenda di kawasan Situ Cikaret berlarian ke tepi danau. Dengan buru-buru mereka mengangkat meja kayu berukuran sekitar 100 x 50 sentimeter, lalu menggulung semacam terpal berwarna biru, yang mulai basah oleh hujan.

Pepohonan tinggi nan rimbun yang mengelilingi situ tersebut membuat hawa menjadi semakin dingin. Kabut tipis perlahan menyelimuti Situ Cikaret, Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Keelokan danau perlahan mengabur terhalang oleh kabut. Sepi seketika mendekap area seluas 29,50 hektar itu saat pengunjung turut meninggalkan lokasi.

Tak jauh dari pintu masuk Situ Cikaret, seorang pria berkulit sawo matang dengan rambut yang sudah dihiasi uban, terlihat sibuk menerima karcis serta uang dari pengendara motor yang hendak keluar dari tempat parkir.

Sesekali pria berusia 60 tahun itu berlari ke sebuah bangunan semi permanen beratap seng, untuk mengambil uang kembalian di dalam kaleng bekas yang tergeletak pada meja kayu . Mochammad Noeh, nama pria itu. Sembari menunggu pengunjung yang datang, dia menceritakan asal usul Situ Cikaret.

Tumbal Manusia

Situ Cikaret menurutnya terbentuk dari tanah yang terkikis oleh air hujan sejak sebelum abad ke-19. Air kemudian membentuk sebuah kubangan, yang dimanfaatkan oleh warga sebagai lahan pesawahan.

Cerita Situ Cikaret 2Mochammad Noeh, 60 tahun, seorang juru parkir di Situ Cikaret, yang merupakan anak pertama dari Thabroni, sesepuh di sekitar Situ Cikaret. (Foto: Tagar/Nabila Tsania)

Tiba-tiba muncul satu sumber mata air di bagian tengah lahan. Semakin lama intensitas air semakin besar dan tak terbendung, sehingga mengubah area tersebut menjadi rawa. Pemerintah kolonial Belanda sempat ingin membangun saluran irigasi dari sumber air itu ke daerah Cimanggis, Cilodong, Kalimulya, dan Ciliwung.

Tetapi, pembangunan tanggul tidak serta-merta berjalan mulus, banyak kejadian ganjil yang terjadi. “Mereka gak pernah berhasil buat tanggul, selalu jebol” ujar Noeh sembari membetulkan posisi kacamatanya.

Kemudian, ada seorang paranormal yang mendatangi para kolonial Belanda. Dia mengatakan bahwa tanggul itu tidak akan bisa kokoh, sebelum ada tumbal manusia yang ditanamkan pada pintu air.

Paranormal tersebut meminta mereka mencari empat orang yang akan dijadikan tumbal. Di antara keempat orang itu, tiga orang harus berasal dari kalangan biasa, namun memiliki kesaktian tertentu. Pemerintah kolonial Belanda lantas membuat semacam sayembara.

“Barangsiapa yang bisa mengambil pusaka di dalam sumur, akan dijadikan aparat Belanda. Kurang lebih seperti itu isi sayembaranya.”

Seorang warga tertarik untuk mencobanya, yakni Ki Muridin. Belanda pun meminta pria pemberani untuk turun ke dalam sumur yang sengaja disiapkan oleh mereka.

Jadi, Ki Muridin ternyata dibohongi oleh pihak Belanda itu dan terkubur hidup-hidup.

Namun, ketika dia ada di dalam lubang, mereka justru menutup lubang dengan material semacam semen.

“Jadi, Ki Muridin ternyata dibohongi oleh pihak Belanda itu dan terkubur hidup-hidup. Setelah itu, tanggulnya benar-benar kokoh” kata Noeh sambil menggosok-gosok lengannya.

Pria kelahiran 1961 itu, menyebutkan bahwa ada tujuh area di danau yang dijaga oleh makhluk tak kasat mata. Tujuh penjaga itu di antaranya, Ki Muridin, Mbah Kelong, Mbah Tolok, Mbah Raden Antana Wijaya, Ki Lipan, Ki Naun, dan Nyai Ratu.

Di antara ketujuh penjaga itu, hanya jasad Ki Muridin yang dikebumikan, sedangkan yang lainnya hanya diketahui titik wilayah mereka saja. Makam Ki Muridin sendiri berada tak jauh dari danau, yaitu di Kampung Keramat.

Menurut Noeh, tak banyak masyarakat yang mengetahui silsilah Situ Cikaret, kecuali dari keluarga yang dulunya memang tinggal di sekitar Cikaret.

Kata Noeh, mendiang ayahnya, Thabrani, bisa berkomunikasi dengan ketujuh penjaga danau itu karena menguasai ilmu putih.

Ayahnya sempat bercerita kepada Noeh, bahwa wujud mereka bukan lagi seperti manusia, melainkan berupa siluman. Salah satunya yaitu Mbah Tolok, yang sosoknya berupa buaya putih tanpa ekor.

Noeh sempat ditawarkan untuk meneruskan ilmu putih ayahnya dan memperdalam silsilah Situ Cikaret. “Dulu sempat ditawari sama Ayah saya, tapi saya gak mau, takut, karena salah satu syaratnya harus berendam di danau,” ujar Noeh seraya menggelengkan kepala.

Cerita Situ Cikaret 3Pintu air di Situ Cikaret, yang merupakan lokasi Ki Muridin dikubur hidup-hidup di dalam lubang sumur. (Foto: Tagar/Nabila Tsania)

Dulu, warga sekitar Cikaret selalu mengadakan tradisi sedekah bumi, khususnya pada malam bulan Rajab atau Maulid. Tradisi itu dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Sang Pencipta terhadap rezeki yang diberikan berupa hasil bumi.

Mereka biasanya menyembelih seekor kerbau, yang dagingnya dimasak dan dikonsumsi bersama-sama, sedangkan kepala kerbaunya diceburkan ke dalam Situ Cikaret.

Selain itu, mereka juga membuat semacam bancakan atau ambeng, yaitu nasi yang diletakkan di atas nampan besar. Nasi tersebut sudah dibacakan doa, lalu diceburkan juga ke dalam danau oleh perwakilan tiap kepala rumah tangga.

“Tapi kalau sekarang sudah hampir punah tradisi ini karena banyak warga lama yang pindah ke daerah lain,” tuturnya.

Kejadian Mistis dan Kecerobohan

Noeh mengaku pernah mengalami kejadian mistis sekitar dua tahun lalu. Saat itu, dia sedang berjualan sate dan gulai di ruko miliknya. Dia biasa membuka rukonya hingga larut malam.

Sekitar pukul 11 malam, dia memutuskan untuk pulang ke rumah lebih awal daripada pegawainya karena merasa tidak enak badan. Dia berjalan kaki ke rumahnya karena jarak antara rumah dan rukonya tidak terlalu jauh.

Malam itu, dia merasa jalanan menuju rumahnya terasa sangat gelap dan sepi. Tetapi, Noeh merasa itu bukan hal yang menakutkan. Dia terus berjalan, hingga di tengah perjalanan, tiba-tiba dia bertemu dengan seorang wanita tua yang menggendong kain jarik. Di sebelah wanita tua itu, ada dua anak kecil yang sedang menangis.

“Dia nanya ke saya, ‘Dari mana, Dek?’, saya jawab, dong ‘Dari toko, habis dagang, Nek. Terus saya tanya ke Nenek itu, kenapa cucunya menangis?” kata Noeh. Si nenek menjawab bahwa cucunya sedang lapar.

Noeh yang merasa iba kepada mereka, memutuskan kembali ke rukonya untuk mengambil nasi bungkus. “Saya bilang ‘Jangan kemana-mana ya, Nek saya mau ambil nasi bungkus ke toko, tunggu sebentar’,” tuturnya.

Namun, setelah dia kembali ke tempat wanita tua itu berada, mereka sudah tidak ada di tempat itu. Lalu, dia melanjutkan perjalanannya, berharap akan bertemu wanita tua dan kedua anak kecil itu.

Rumah Noeh sudah semakin dekat, tetapi dia tak kunjung bertemu dengan kedua sosok itu. Dia justru bertemu dengan pria tua di ujung jalan. Pria itu menyapa Noeh dan meminta dia untuk meletakkan nasi bungkus itu di bawah pohon.

Kata Ayah saya, ternyata, sosok Nenek itu adalah istrinya Mbah Tolok.

Sesampainya di rumah, Noeh menceritakan kejadian yang dialaminya kepada ayahnya.

“Kata Ayah saya, ternyata, sosok Nenek itu adalah istrinya Mbah Tolok, Nah kalau sosok Kakek yang di ujung jalan itu ternyata si Mbah Tolok,” ucap Noeh.

Kejadian mistis lainnya yang dialami Noeh, yaitu saat dia hendak pergi ke masjid untuk menunaikan salat Subuh. Saat berjalan menuju masjid yang berada di seberang Situ Cikaret, dia menengok ke arah danau dan melihat ada pria yang sedang memancing.

Cerita Situ Cikaret 4Anto, 54 tahun, pengunjung Situ Cikaret yang kerap memancing ikan di Situ Cikaret, Minggu 31 Januari 2021. (Foto: Tagar/Nabila Tsania)

“Saya kira saudara saya, tapi kok saya panggil gak nengok-nengok, pas saya hampiri, orang itu langsung nyemplung ke danau. Saya langsung lari menjauh dari area danau,” ujar Noeh melanjutkan.

Kejadian lain adalah saat sejumlah pengunjung dengan serakah menangkap ikan di Situ Cikaret menggunakan pukat harimau beberapa tahun lalu. Mereka mendapatkan ikan yang sangat banyak, sekitar 9 mobil truk.

Hasil tangkapan mereka dibagikan ke lima kampung dan sisanya dijual. “Tapi, beberapa hari setelahnya, yang mengambil ikan itu banyak yang tiba-tiba jatuh sakit, bahkan ada yang meninggal.”

Mendiang Ayah Noeh sempat menyampaikan kepada mereka, bahwa itu semua terjadi karena keserakahan mereka sendiri, sehingga timbul reaksi dari penjaga Situ Cikaret. Thabrani meminta mereka untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi.

Sejumlah peristiwa lain juga pernah terjadi di Situ Cikaret, termasuk kecelakaan yang menenggelamkan pengunjung. Menurutnya, tidak semua kecelakaan di situ berkaitan dengan hal mistis. Misalnya kejadian pada tahun 2016, yang menurutnya akibat kecerobohan orang itu sendiri.

Kala itu, perahu yang mereka tumpangi seharusnya hanya boleh diisi oleh 6 orang saja. “Mereka maksa dan mengisi perahunya sebanyak 12 orang, ya jelas aja perahunya terbalik. Jadi gak perlu mengaitkan hal itu dengan mistis, karena secara logika pun sudah masuk akal” ucap Noeh sambil tertawa.

Kecerobohan lain adalah ketika seseorang asal berenang di danau tanpa memeriksa kedalaman danau. “Danau itu airnya tenang, beda sama air laut, di bagian tengahnya ada pusaran yang bergerak, ya meninggal orangnya tersedot ke pusaran air” lanjut Noeh.

Cerita Pengunjung

Hujan mulai reda. Di tepi danau, seorang pria bertopi motif loreng sedang menunggu umpan pancingnya disambar oleh ikan. Anto, pria berusia 54 tahun itu membawa dua alat pancing. Dia mengaku setiap akhir pekan selalu memancing ke Situ Cikaret.

Biasanya Anto memancing pada sore hari. Hasil tangkapan ikan yang dia dapatkan, lebih sering untuk dikonsumsi sendiri. Menurutnya, ikan di Situ Cikaret seakan tak pernah habis, selalu melimpah.

“Di sini selalu puas kalau mancing, ikannya melimpah, dan saya rasa ikan di sini gak akan pernah habis. Saya biasa dapat ikan nila dan gurami” kata Anto.

Anto mengaku pernah mengalami kejadian aneh saat memancing di Situ Cikaret. Kala itu dia memancing bersama dua rekannya. Kemudian, umpannya disambar ikan.

Tumben pancingannya terasa berat banget, pas dilihat ikannya ternyata besar banget, sisiknya berwarna emas dan menyala. Saya langsung lepasin lagi ke danau karena gak wajar ada ikan seperti itu,” ujarnya.

Cerita Situ Cikaret 5Pengunjung Situ Cikaret, yang sedang berada di meja lesehan tepi danau, Minggu, 31 Januari 2021. (Foto: Tagar/Nabila Tsania)

Meskipun danau berkedalaman 16 meter itu kental dengan aroma mistis, Situ Cikaret masih menjadi tempat primadona warga sekitar Bogor. Keindahan dan kesejukan danau itu memang berhasil memikat hati pengunjung untuk sekadar melepas penat di sana.

Pada akhir pekan, biasanya jumlah pengunjung Situ Cikaret meningkat drastis dibandingkan pada hari biasa. Warga biasa menghabiskan waktu di tepi danau dengan menyantap kuliner, memancing, atau sekadar berswafoto.

“Kita berlima memang sering ke sini, banyak pilihan makanan enak di sini, ditambah lagi pemandangan dan cuacanya enak banget buat santai-santai,” ujar seorang pengunjung.

Saat ini di Situ Cikaret tersedia 17 warung tenda yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Linda, salah satu pedagang mie ayam dan bakso di kawasan danau mengatakan bahwa dagangannya selalu laris jadi incaran pengunjung ketika akhir pekan tiba.

Sayangnya, pemerintah kurang memperhatikan kawasan Situ Cikaret. Masalah kebersihan juga masih kurang terkelola dengan baik, masih sering ditemukan limbah pabrik yang mengotori danau. []

(Nabila Tsania)

Baca juga:

Sedang Memetik Daun Teh saat Gunung Merapi Erupsi

Elang Buta Terancam Kelaparan Karena Pandemi di Kulon Progo

Bertahan Jual Alat Pertanian di Sukabumi Kala Pandemi

Berita terkait
Memanjakan Mata di Pusat Tekstil Pasar Baru Jakarta
Pasar Baru di Jakarta dikenal sebagai pusat penjualan tekstil sejak zaman kolonial Belanda. Pandemi Covid-19 ternyata memengaruhi aktivitas di sana
Noni Belanda di Penjara Beteng Pendem Ambarawa Semarang
Penampakan noni Belanda terkadang munc di bekas penjara di zaman kolonial Belanda dan penjajahan Jepang di Ambarawa, Semarang.
Tingkatkan Harga Besek dengan Ornamen dan Warna di Bantul
Seorang warga Bantul membuka usaha besek (tempat makanan dari anyaman bambu) hias untuk meningkatkan harga jual. Dia mengekspornya ke Amerika.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.