Toleransi dan Ketahanan Pangan Gusdurian Malang

Jaringan Gusdurian Peduli Kota Malang memberdayakan pemuda lintas agama untuk menciptakan ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19.
Pastor Gereja Katolik Paroki Santo Vincentius A Paulo, Kota Malang Romo Yohannes Gani Sukarsono menunjukkan bibit sawi di depan halaman rumah "Sanggar Anak Bandulan" Kota Malang, Kamis 4 Juni 2020. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

Malang - Puluhan polybag hitam berisi bibit sayuran setinggi 3 hingga 5 centimeter berjejer rapi tumbuh subur di halaman depan rumah Sanggar Anak Bandulan Kota Malang. Di ladang kecil tersebut, beberapa anak muda bahu-membahu bergantian menyirami bibit sayuran hingga tanah serta pohonnya basah dengan air.

Disela aktivitas mereka, mengenakan kaos hitam bergambar Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid berpeci bertuliskan yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan dibawahnya. Pastor Gereja Katolik Paroki Santo Vincentius A Paulo Kota Malang Romo Yohannes Gani Sukarsono, 56 tahun, tidak canggung berbaur menemani menyirami serta memindahkan bibit sayuran siap tanam.

Bagi saya, suatu saat pasti akan ada kekurangan sayur. Jika kondisi seperti ini belum tentu kapan selesainya dan petani sudah enggan menanam sayur.

"Ada (bibit) tomat, sawi, kangkung, kacang, cabe dan talang yang kita tanam. Nantinya, ini yang akan kita bagi-bagikan ke masyarakat sekitar untuk ditanam kembali," ujarnya mengawali pembicaraan sambil menunjukkan beberapa bibit sawi siap tanam di polybag, Kamis, 4 Juni 2020.

Rumah sanggar tersebut juga merupakan posko “Saling Jaga” bentukan Jaringan Gusdurian Peduli pusat di Kota Malang ini. Romo Gani mengungkapkan dirinya bersama puluhan anak muda lintas iman, suku dan pendidikan berbeda memiliki cita-cita besar bagaimana menciptakan ketahanan pangan masyarakat Kota Malang.

Hal itu diungkapkannya karena melihat tidak kunjung meredanya pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) atau virus corona. Di mana, masyarakat Indonesia, khususnya Kota Malang, sektor ekonominya banyak terpukul imbas kondisi tersebut.

Dicontohkan Romo Gani seperti kejadian petani sayur di Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang membuang-buang sayuran hasil panennya ke sungai hingga dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat, Sabtu 16 Mei 2020 lalu. Adanya kejadian itupun menghebohkan publik hingga Kementerian Pertanian (Kementan) RI melalui Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto dengan ikut angkat bicara.

Sebagaimana diketahui, para pedagang sayur tersebut merasa kesal lantaran sayur hasil panennya tidak bisa terjual dengan berujung rugi besar. Hal itu disebutkan mereka dikarenakan tidak adanya tengkulak luar kota seperti Surabaya mengambil sayur imbas adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menghadapi pandemi Covid-19.

Oleh sebab itulah, dia menyampaikan perlu adanya solusi dengan berkaca pada kejadian tersebut. Selain itu, tentunya juga sebagai antisipasi kesiapan dan ketangguhan pangan masyarakat kedepannya. Jika sewaktu-waktu kondisi serupa terulang kembali.

"Bagi saya, suatu saat pasti akan ada kekurangan sayur. Jika kondisi seperti ini belum tentu kapan selesainya dan petani sudah enggan menanam sayur. Selain akan terjadi kelangkaan, pasti harganya naik (mahal)," tuturnya.

Dimulai sejak akhir Maret sejak didirikannya posko Saling Jaga oleh Jaringan Gusdurian Peduli pusat di Kota Malang guna menyikapi pandemi Covid-19. Diinisiasi bersama kalangan anak muda dengan latar belakang keimanan, suku dan pendidikan berbeda.

Romo Gani mengungkapkan dibentuklah suatu gerakan bersama dengan tujuan untuk mengedukasi serta mendorong masyarakat menanam sayuran demi memenuhi kebutuhan pangannya. Dengan bantuan bibit-bibitnya yang disuplai secara gratis dari pokso Saling Jaga Jaringan Gusdurian di Kota Malang.

"Saya berpikir jangka panjang akan kemandirian pangan. Karena suatu saat kemungkinan ada saat di mana kesulitan pangan terjadi. Makanya, kenapa bukan masyarakat sendiri kita edukasi untuk memberdayakan (ketahanan pangan)," kata pastor kelahiran Bogor, Jawa Barat ini.

Gerakan itu sendiri disampaikannya dimulai dengan melakukan pembinaan kepada anak-anak muda di posko serta masyarakat sekitarnya. Tidak hanya edukasi menanam sayur, melainkan juga bagaimana sayuran tersebut bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah demi mencukupi kebutuhan ekonominya.

Karena itulah, dirinya juga sudah merencanakan dengan menyiapkan pasar bagi masyarakat yang ingin menjual hasil sayurannya. Dengan catatan sayuran yang ditanamnya tersebut sudah cukup untuk konsumsi sendiri dan sisanya banyak.

"Kalau misalnya (sayurannya) sudah cukup dikonsumsi sendiri. Sehingga sisa dan ada keinginan untuk dijual. Kami nanti juga sudah siapkan pasarnya," kata Romo Gani.

Dipilihnya tanaman sayur, kata dia, karena mudahnya menanam dan melihat kondisi sebagian besar masyarakat tidak memiliki lahan. Sehingga, ide tersebut diharapkannya bisa menjadi solusi jangka panjang memenuhi kebutuhan pangan ditengah kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini maupun kondisi serupa suatu saat kemudian.

"Tetapi, bagaimana pun juga kami masih belajar. Saat ini, prosesnya masih baru nanam dan semai. Paling tidak, minimal saya ingin menumbuhkan kecintaan kepada anak-anak dan masyarakat sekitar sini (Kelurahan Bandulan, Kota Malang)," tuturnya.

Selain bercita-cita menciptakan ketahanan pangan. Gerakan tersebut disampaikannya juga tidak lupa untuk tetap menekankan pentingnya persaudaraan lintas iman dan suku pada anak-anak muda posko Saling Jaga Jaringan Gusdurian Peduli di Kota Malang tersebut.

Dipaparkannya seperti beberapa komunitas anak muda dengan latar belakang iman yaitu Katolik, Islam dan Baha'i atau agama monoteistik. Kemudian ada juga beberapa dari kalangan beragam suku seperti Jawa, Tionghoa dan Flores bisa menjalin persaudaraan.

"Persaudaraan (lintas iman dan suku) inilah yang lebih penting. Dan teman-teman sudah merasakan nilai persaudaraan dengan kerja sama yang kuat itu," ucapnya.

Karena itu pulalah, ikatan persaudaraan lintas iman dan suku diharapkannya tidak hilang. Meskipun suatu saat posko tersebut akan dibubarkan ketika kondisi pandemi Covid-19 ini sudah mereda dan selesai.

"Harapan saya tidak berhenti hanya ketika pandemi Covid-19 ini saja. Melainkan bisa berkelanjutan, walaupun nantinya posko sudah tidak ada," kata dia.

Gusdurian Kota MalangBeberapa anak muda lintas iman dan suku bahu membahu bercocok tanam di ladang kecil depan rumah "Sanggar Anak Bandulan" Kota Malang, Kamis 4 Juni 2020. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

Dirikan 68 Posko, 3 Posko Rintis Ketahanan Pangan

Sementara itu, Ketua Umum Gusdurian Peduli Aak Abdullah Al-Kudus menyampaikan berdirinya posko Saling Jaga Jaringan Gusdurian Peduli ini awalnya untuk merespon kondisi pandemi Covid-19. Di mana ekonomian masyarakat, khususnya pekerja informal, sangat terpukul. Sehingga perlu adanya bantuan berupa sembako untuk mencukupi kehidupan sehari-hari mereka.

Sampai saat ini, dipaparkannya bahwa sudah ada 68 posko di kota/kabupaten Indonesia dan satu di Malaysia. Beberapa diantaranya seperti di Yogyakarta, Sumenep, Surabaya dan Kota Malang sendiri.

"Sampai hari ini, kita juga sudah menyalurkan kurang lebih 20 ribuan paket sembako kepada masyarakat. Beberapa posko pun masih terus menyalurkan bantuan," tuturnya.

Seiring berjalannya waktu dan melihat kondisi pandemi Covid-19 tidak kunjung reda. Aak menyampaikan beberapa posko mulai mengembangkan ide atau gagasan untuk mulai membangun dan menciptakan ketahanan pangan masyarakat.

Dari semua posko, dia memaparkan sudah ada tiga mulai menerapkan ide tersebut. Diantaranya posko Saling Jaga Jaringan Gusdurian Peduli di Yogjakarta, Sumenep dan Sidoarjo sudah memberikan bantuan bibit singkong, sayur dan lain sebagainya kepada masyarakat. Selain tetap memberikan bantuan berupa sembako dan alat kesehatan.

"Karena ini tahap awal. Jadi, baru di beberapa posko seperti di Yogyakarta, Sumenep dan Sidoarjo yang sudah melakukannya (menciptakan ketahanan pangan). Terbaru di Kota Malang itu," kata pria yang juga aktivis lingkungan asal Klakah, Kabupaten Lumajang ini.

Senada diungkapkan Romo Gani, posko Saling Jaga" Jaringan Gusdurian Peduli di beberapa Kota/Kabupaten Indonesia tersebut dikatakannya memang juga menekankan bagaimana mengedukasi masyarakat membangun dan merawat toleransi. Dengan tetap memberikan pengetahuan menghadapai Covid-19 seperti memakai masker dan jaga jarak serta menciptakan ketahanan pangan.

Gusdurian Kota MalangBeberapa anak muda lintas iman dan suku bahu membahu bercocok tanam di ladang kecil depan rumah "Sanggar Anak Bandulan" Kota Malang, Kamis 4 Juni 2020. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

"Mungkin itu bedanya di Gusdurian Peduli. Hadirnya posko-posko ini diharapkan menjadi gerakan bersama lintas iman. Sehingga, selain membantu masyarakat juga tidak lupa meneguhkan pentingnya toleransi," ungkapnya.

Sedangkan perihal ide atau gagasan untuk menciptakan ketahanan pangan. Aak mengatakan karena melihat kondisi pandemi Covid-19 tidak kunjung reda dan adanya pembatasan aktivitas sosial. Tentunya hal tersebut akan berdampak pada turunnya sektor perekonomian masyarakat.

"Sekarang kita sudah bisa melihat. Sekelas (maskapai) Garuda saja sudah mem-PHK (Putus Hubungan Kerja) pilotnya. Artinya bahwa pengangguran akan terus bertambah dan ekonomi masyarakat bisa turun," ujarnya.

Adanya ide tersebut diharapkan Aak bisa membuat masyarakat memiliki pengetahuan betapa penting dan perlu sebuah ketahanan pangan. Sehingga, kalaupun nanti benar-benar terjadi krisis pangan. Masyarakat bisa menghadapi dengan masing-masing pengetahuannya.

"Makanya kita juga memberikan bantuan bibit sayur kepada masyarakat. Selain bantuan sembako dan alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer," kata penggagas Jharan Kencak Lumajang ini.

"Tentunya ini (menciptakan ketahan pangan) juga untuk memastikan masyarakat tidak mati karena kelaparan. Kena Corona enggak. Tapi, mati karena kelaparan kan kacau," tuturnya.

Meski begitu, dia menambahkan tidak mengharuskan setiap posko membuat ide atau gagasan serupa. Dirinya tetap memperbolehkan melakukan beragam ide dan gagasan, asalkan tidak meninggalkan cita-cita besar Jaringan Gusdurian yaitu membangun dan merawat toleransi.

"Tidak semua kita haruskan menerapkan ketahanan pangan. Tergantung kearifan lokalnya. Misalnya di tuban ada program beasiswa dan di Purwokerto ada pengembangan ekonomi. Jadi, beda-beda," ucapnya.

Ia mencontohkan seperti yang sudah dilakukan posko Saling Jaga Jaringan Gusdurian Peduli di Yogyakarta. Sebidang lahan kecil belakang kantor di Jalan Sorowajan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta itu disebutkannya ditanami beragam bibit sayur mayur, cabe, tomat serta singkong.

Ketika sudah besar dan layak untuk ditanam, bibit-bibit tanaman tersebut disumbangkannya kepada masyarakat atau tetangga sekitar. Namun, tidak menutup memperbolehkan masyarakat mengambil buahnya untuk kebutuhan sehari-hari.

"Kita berikan kepada siapa saja yang minat. Selama stok masih ada. Kalau misalnya tetangga mau ambil juga tidak masalah. Namun, paling utama dan penting yaitu kita edukasi masyarakat untuk ikut menanam sendiri di rumahnya," ucapnya. []

Berita terkait
Tradisi Jurung Petani Banyuwangi di Tengah Pandemi
Dulu makan nasi jagung dikira tidak mampu, sekarang semua makan nasi jagung. Bahkan orang luar sengaja ke sini cari nasi jagung. Petani Banyuwangi.
Gairah Pedagang Aceh Menuju New Normal
Upaya membangkitkan kembali gairah kehidupan masyarakat di tengah pandemi virus corona, termasuk di sektor pasar di Aceh.
Tingkah Aneh Pecandu Drakor di Bantaeng Sulawesi Selatan
Orang-orang kok suka banget nonton drakor. Gue jadi penasaran. Nontonnya di mana deh ya. Kisah perempuan-perempuan di Bantaeng tergila-gila drakor.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.