TKN Sebut Ucapan Mahfud MD Fenomena Politik

Raja Juli Antoni menduga Mahfud ingin menjelaskan sebuah fenomena politik di Indonesia.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. (Foto: Tagar/Ronaluli M)

Jakarta - Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Raja Juli Antoni menduga Mahfud ingin menjelaskan sebuah fenomena politik di Indonesia. Aspek agama dinilainya menjadi salah satu penjelasan dari kompleksitas dalam pembahasan politik saat Mahfud tampil di salah satu televisi swasta nasional.

"Politik sangat kompleks. Pak Mahfud mungkin mencoba menerangkan sebuah fenomena politik. Aspek agama mungkin hanya salah satu penjelasan saja. Bagaimana dengan aspek kultural? Perspektif ekonomi?" kata Toni, kepada wartawan, Senin 29 April 2019.

Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memandang, masyarakat Indonesia rasanya perlu studi kembali mengenai politik secara luas dan lengkap. Sebab, menurutnya, Indonesia adalah negara yang kaya dengan fenomena politik.

"Kita perlu studi yang lebih komprehensif melihat politik Indonesia. Tidak salah banyak ahli yang mengatakan Indonesia adalah 'laboratorium politik' dunia, di mana teori-teori banyak diuji secara empiris, data dan fakta sosial banyak berserakan," imbuhnya.

Menurut Toni, penjelasan Mahfud soal fenomena politik yang viral di media sosial bisa benar tapi di lain sisi bisa saja salah. Namun, ia mengapresiasi sikap Mahfud yang membuka diskursus politik ke publik dengan didasari argumen-argumen akademik.

"Sekali lagi Pak Mahfud, saya kira hanya berusaha menjelaskan sebuah fenomena politik. Bisa benar dan bisa salah. Tapi Pak Mahfud sudah memulai sebuah wacana yang patut disambut dengan argumen-argumen akademik bukan hanya politis," tuturnya.

Sebelumnya, Mahfud MD sempat menyatakan soal sebaran 'Daerah Garis Keras' pemilu yang dimenangkan oleh pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga. Video wawancara itu kemudian dipenggal menjadi durasi 1 menit 20 detik dan beredar viral di media sosial.

Kemudian, pendapat politisi kelahiran Sampang, Madura itu turut direspons oleh kubu Prabowo-Sandi, diantaranya Waketum Gerindra Fadli Zon, Koordinator Jubir BPN Dahnil Anzar Simanjuntak, hingga Said Didu.

Mahfud pun telah memberi klarifikasi soal terminologi garis keras, yang menurutnya merupakan istilah umum dalam ilmu politik. Dia mencontohkan garis keras terdapat di daerah asalnya sendiri, Madura, yang tidak gampang ditaklukkan.

"Dalam term itu saya juga berasal dari daerah garis keras di Madura. Madura itu sama dengan Aceh dan Bugis, disebut fanatik karena tingginya kesetiaan kepada Islam sehingga sulit ditaklukkan. Seperti halnya konservatif, progresif, garis moderat, garis keras adalah istilah-istilah yang biasa dipakai dalam ilmu politik," tegas Mahfud.

Baca juga: 

Berita terkait