Tito Karnavian, Sepak Terjang Mengungkap Kasus Besar

Sederet kasus besar tercatat diselesaikan dengan baik oleh Tito Karnavian, sebelum duduk sebagai Kapolri berpangkat Jenderal.
Kapolri Tito Karnavian juga mengikuti rapat RAPBN. (Foto : Instagram/@sekretariat.kabinet)

Jakarta - Sederet kasus besar tercatat diselesaikannya dengan baik oleh Tito Karnavian, sebelum duduk sebagai Kapolri berpangkat Jenderal.

Mulai dari memburu dalang pembunuhan, sampai mengakhiri petualangan gembong teroris dilakoni Tito bersama timnya. 

Berikut Tagar rangkumkan deretan pelaku kejahatan yang berhasil dibekuk Tito.

1. Tommy Soeharto

Mengawali karier polisi sebagai Pamapta Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya, nama Tito Karnavian mencuat ke permukaan sewaktu mengomandani tim Sergap Polda Metro Jaya dalam penangkapan Tommy Soeharto, yang menjadi buronan kasus pembunuhan Hakim Agung Syaifuddin Kartasasmita, pada tahun 2001 silam.

Waktu itu, polisi baru saja menangkap tersangka pembunuhan hakim agung Syafiuddin Kartasasmita pada 7 Agustus 2000, yang ketika itu diketahui melibatkan Tommy Soeharto.

Tim Kobra yang berisi 25 orang penyidik dipimpin Tito melacak jaringan komunikasi orang-orang dekat Tommy. Diketahui, pola komunikasi kerap dilakukan di empat tempat, yakni Menteng, Pondok Indah, Bintaro, dan Pejaten.

Tim Kobra lalu memantau sinyal telepon, dan merekam pembicaraan telepon untuk mencari Tommy. Hingga kemudian penelusuran itu membawa polisi ke sebuah rumah di Jalan Maleo II Nomor 9, Bintaro Jaya, Tangerang.

Rabu 28 November 2001, penggerebekan dilakukan dan menemukan hasil. Tommy Soeharto ditangkap tanpa perlawanan.

2. Noordin M Top

Pada tahun 2004, Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 Antiteror dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia. Tito Karnavian yang saat itu berpangkat Ajun Komisaris Besar (AKBP), memimpin tim dengan 75 personel yang telah dilatih khusus memberantas teroris.

Tito bersama Densus 88 berhasil membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin M Top, yang sejak lama telah menjadi buruan polisi lantaran dugaan keterlibatan mereka dengan kasus bom di berbagai tempat di Indonesia.

Namun sayangnya, Noordin bersama rekannya Dr. Azahari berhasil lolos dari penyergapan yang dilakukan kepolisian di sebelah barat Jakarta.

Setelah pengejaran bertahun-tahun, tepat pada tanggal 17 September 2009, petualangan Noordin berakhir setelah tewas dalam sergapan Densus 88 di Kampung Kepuh Sari RT 3/RW 11, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah.

3. Dr. Azahari

Keberhasilan Tito dan Densus terulang di tahun berikutnya. Rekan sejawat Noordin dari negeri jiran Malaysia, yakni Dr. Azahari berhasil terendus keberadaannnya.

Pada tanggal 9 November 2005, dilaporkan bahwa Azahari tewas meledakkan diri dalam sebuah penyergapan yang dilaksanakan kelompok Detasemen Khusus 88 di Kota Batu. 

Harian The Star di Malaysia menyebut bahwa Azahari selalu mengenakan bom di seluruh tubuhnya sebagai persiapan jika akan tertangkap.

Namun menurut versi Polri, Azahari mati ditembak anggota kepolisian, bukan meledakkan diri. Polisi kemudian memastikan identifikasi setelah dicocokkan dengan sidik jari dari kepolisian Indonesia dan Kepolisian Kerajaan Malaysia.

4. 7 Pelaku Bom Sarinah

Menjabat sebagai Kapolda metro Jaya, pria beranak tiga ini kembali menorehkan prestasi. Bersama anak buahnya, Tito Karnavian hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk menguasai keadaan, saat terjadi teror bom dan penembakan di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta, pada awal tahun 2016.

"Situasi dapat dikuasai kembali dalam waktu lebih kurang 20-30 menit," kata Tito kepada wartawan usai mengikuti Rapat Terbatas dengan Presiden Joko Widodo di kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis 14 Januari 2016.

Waktu itu, peristiwa diawali dengan ledakan dan kemudian terjadi kontak senjata dengan anggota kepolisian. Tito dan anak buahnya kemudian berhasil menangkap tujuh tersangka pelaku teror dalam waktu kurang dari lima jam.

Baca Juga:

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.