Jayapura - Tim gabungan polisi dan TNI baru melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) terhadap tiga lokasi penembakan yang terjadi dua pekan terakhir di Kabupaten Intan Jaya, Papua.
Tiga lokasi itu yaitu Pos TNI Satgas Apter Hitadipa, Kampung Bomba dan Kampung Sugapa Lama, di Distrik Hitadipa.
Olah TKP dilakukan guna mengumpulkan bukti-bukti kuat terkait penembakan yang terjadi di Intan Jaya.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, olah TKP dilakukan untuk mengungkap kronologis lengkap penembakan yang menewaskan dua anggota TNI yakni Pratu Dwi Akbar dan Serka Sahlan, serta seorang tokoh agama yakni Pendeta Yeremia Zanambani.
Olah tempat kejadian perkara berlangsung pada Sabtu, 26 September 2020 pagi, dipimpin langsung Kapolres Intan Jaya AKBP I Wayan G Antara.
"Olah TKP dilakukan guna mengumpulkan bukti-bukti kuat terkait penembakan yang terjadi di Intan Jaya, sehingga mendapatkan titik terang dari retetan kasus tersebut," kata Kamal di Jayapura, Senin 28 September 2020.
Olah tempat kejadian perkara dimulai dari pukul 09.06 WIT sampai 12.15 WIT, dan berlangsung lancar. Pengamanan dilakukan dengan koordinasi dengan anggota Korem 173/PVB.
Menurut Kamal, jalan akses menuju Kampung Hitadipa terbilang cukup ekstrim, dan tak dapat dilalui kendaraan roda empat. Untuk menuju lokasi, seluruh personil berjalan kaki dari Kampung Sugapa Lama.
"Kami tegaskan bahwa aparat TNI/Polri akan melakukan penegakkan hukum terhadap KKB karena sudah meresahkan warga yang ada disekitar daerah tersebut," ujar Kamal.
Seperti diketahui, sepanjang dua bulan terakhir kasus kekerasan dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Intan Jaya. Dua anggota TNI serta seorang warga sipil tewas dalam peristiwa tersebut.
Dua warga lainnya yang berprofesi sebagai tukang ojek juga ditembak KKB. Keduanya dievakuasi ke Timika untuk mendapatkan perawatan medis.
Terkahir, Pendeta Yeremia Zanambani dilaporkan meninggal dunia dengan kondisi luka tembak di kandang Babi piaraannya di Kampung Bomba, Distrik Hitadipa, Sabtu 19 September 2020 lalu.
TNI dan Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) saling tuding terkait pelakunya. []