Tiket Pesawat Mahal, Hotel di Sumbar Sepi

Tingkat hunian hotel di Sumatera Barat mengalami penurunan. Hal ini disebut-sebut sebagai salah satu dampak mahalnya tiket pesawat.
Ilustrasi pengunjung hotel. (Foto: Pexels)

Padang - Jelang perayaan tahun baru 2020, tingkat hunian atau okupansi hotel di Sumatera Barat (Sumbar) masih belum bergairah. Penurunan hunian hotel diklaim sudah terjadi sejak 2018.

Biasanya lebaran dan tahun baru kita selalu bicara ekstra flight, sekarang tidak (karena tiket mahal).

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar, Maulana Yusran, mengatakan mahalnya harga tiket pesawat menjadi salah satu pemicu penurunan okupansi hotel. Penurunan sejak dua tahun terakhir mencapai angka 15 persen.

"Tingkat hunian hotel dibanding dua tahun lalu mengalami penurunan, enggak terlalu baik. Sejak tahun 2018 sudah terjadi penurunan, di 2019 terjadi hal yang sama. Faktor pertama karena tiket pesawat mahal," kata Maulana kepada Tagar, Selasa 31 Desember 2019.

Tahun 2017, okupansi hotel bisa mencapai 90 persen. Namun sejak tiket pesawat mahal, momen hari penting seperti lebaran, natal serta tahun baru tidak berpengaruh terhadap hunian hotel.

"Biasanya lebaran dan tahun baru kita selalu bicara ekstra flight, sekarang tidak (karena tiket mahal). Kemudian kita cuma bergantung dengan jalur darat, walaupun masih ada yang datang dari provinsi tetangga tapi karena cuaca dan longsor serta macet akses masuk ke Sumbar menjadi masalah juga," katanya.

Tahun baru 2020 ini, kata Maulana, peningkatan okupansi hotel biasanya mulai terjadi sejak tanggal 22 Desember. Namun di 2019, hal tersebut tidak mengalami kenaikan signifikan.

"Kita biasanya tahun 2017 ke bawah pasti tinggi, bahkan sampai 2 Januari okupansi cukup tinggi, kalau sekarang tidak. Malam jelang pergantian tahun mungkin ada peningkatan, tapi kita tidak hitung perharinya, momentum itu kita hitung mulai natal hingga tahun baru," tuturnya.

Meski mengalami penurunan secara keseluruhan, khusus di Kota Bukittinggi okupansi hotel selalu tinggi. Sebab daerah tersebut menjadi salah satu tujuan wisatawan dari berbagai daerah.

Namun, katanya, okupansi hotel di Bukittinggi sangat jauh berbeda dengan Kota Padang. Hal ini disebabkan karena perbandingan jumlah kamar hotel yang ada di antara dua daerah tersebut.

"Bukittinggi tetap menjadi destinasi masyarakat, tetap menjadi ikon. Hanya ada perbedaan, karena jumlah kamar terbatas di Bukittinggi makanya okupansi cukup tinggi. Misalnya Padang 2.000 kamar tapi di Bukittinggi hanya 1.500 kamar," katanya. []


Berita terkait
Bocah Korban Kejahatan Seksual di Padang Meninggal
Bocah korban kejahatan seksual di Padang, Sumatera Barat, meninggal dunia di RSUP M Djamil Padang.
2019 Sumbar Diterjang 746 Bencana, 10 Orang Tewas
Sumatera Barat diterjang sebanyak 746 kali bencana alam selama 2019.
Strategi Menang Pilkada Sumbar dari Pengamat Politik
Baliho dan spanduk dianggap masih menjadi kekuatan utama dalam strategi pemenangan pilkada di Sumatera Barat.
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.