Tiga Jam di Rumah Jusuf Kalla

Pertemuan tertutup tiga jam para tokoh bangsa dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, ini hasilnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan wapres Try Sutrisno dan para tokoh bangsa memberikan pernyataan pers usai melakukan pertemuan tertutup selama kurang lebih tiga jam di Kediaman Wapres Jakarta, Kamis (23/5/2019). (Foto: Antara/Fransiska Ninditya)

Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengundang para tokoh di Kediaman Dinas Wapres di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis malam 23 Mei 2019, membahas kondisi terkini setelah demonstrasi berujung kerusuhan di Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Wapres JK dan para tokoh melakukan pertemuan tertutup selama kurang lebih tiga jam, pukul 20.30 WIB hingga 23.30 WIB.

Para tokoh adalah mantan Wapres Try Sutrisno, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mukti, Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua MK Mahfud MD, Hamdan Zoelva, Din Syamsuddin, Agus Widjojo, Amirsyah Tambunan, dan Jenderal Pol (Purn) Bambang Hendarso Danuri.

Juga Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Djalil dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Syafruddin serta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Jusuf Kalla sehari sebelumnya mengatakan perlunya pertemuan dengan para tokoh bangsa untuk menenangkan ketegangan pascapenetapan hasil Pilpres 2019.

“Ya secepatnya saya lagi usahakan untuk ada pertemuan dengan tokoh-tokoh. Belum ketemu dengan (Prabowo), ya sedang diusahakan pokoknya,” kata Wapres JK kepada wartawan di Kantor Wapres Jakarta, Rabu 22 Mei 2019.

Sebagai representasi dari pemerintah, JK mengatakan siap membuka dialog dengan para elit politik yang terlibat dalam Pilpres 2019. Tujuannya menciptakan kedamaian dan ketenangan kondisi negara.

“Saya tentu, Pemerintah tentu siap untuk berbicara, berdialog dengan semua tokoh karena tujuan kita sama, untuk kedamaian, kemakmuran dan semua harus ada prosedurnya,” kata JK.

Wapres JK meminta semua pihak tenang sehingga situasi di Jakarta dapat kondusif. Apabila aksi massa semakin tidak terkendali, lanjut JK, maka bisa terjadi krisis ekonomi dan politik seperti pada 1998.

Pernyataan Usai Pertemuan

Usai pertemuan dengan para tokoh, Jusuf Kalla memberikan keterangan kepada wartawan. Ia meminta masyarakat tetap tenang menyikapi ketegangan politik serta dapat membedakan antara pengunjuk rasa dan pelaku ricuh dalam aksi massa setelah pengumuman hasil rekapitulasi Pilpres 2019.

"Dalam kejadian di Ibu Kota ini, tentu kita harapkan masyarakat lebih tenang dan sesuai dengan aturan kepolisian bahwa kita pisahkan antara pengunjuk rasa yang damai dengan pelaku ricuh," kata JK dilansir Antara.

Aksi unjuk rasa menuntut keadilan terhadap dugaan pelanggaran pemilu memang tidak dilarang, namun Wapres JK meminta masyarakat yang turut serta dalam aksi itu melakukannya secara tertib dan damai.

Sementara bagi warga yang secara sengaja menciptakan kericuhan di tengah aksi unjuk rasa, JK menegaskan aparat kepolisian dan TNI tidak akan segan-segan untuk bertindak.

"Untuk unjuk rasa yang damai, itulah sesuai dengan aturan; tapi untuk perusuh, juga ada aturan dari polisi yang dibantu oleh TNI untuk bertindak tegas; karena pengalaman kita perusuh itu punya efek negatif," kata JK.

Masyarakat dan para pendukung pasangan calon Prabowo-Sandiaga juga diminta bersabar menunggu proses penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) yang akan diajukan paslon tersebut. 

"Kita harapkan juga menunggu hasil MK yang baik. Semua, kita sudah mendengarkan aspirasi itu, dan kita mengharapkan yang baik. Itulah harapan kita semua," ujar JK.

Menghargai Prabowo

Jusuf Kalla menghargai keputusan Prabowo-Sandiaga untuk mengajukan gugatan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) ke Mahkamah Konstitusi.

"MK-lah yang menjadi harapan utama dan kami mendukung kepercayaan masyarakat yang telah diberikan kepada kita untuk menjalankan itu, karena itu jalan yang terbaik dan jalan penyelesaian satu-satunya," ujar JK.

JK dan para tokoh meyakini bahwa pasangan calon Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga memiliki tekad yang sama untuk menyelesaikan persoalan pascapilpres sesuai aturan perundangan-undangan dan konstitusi.

"Kita menghargai keputusan Paslon 02 untuk membawa masalah ini ke MK. Mari kita semua mendukung proses ini dengan mengharapkan MK menjalankannya dengan transparan, prosesnya, dengan adil, dan independen. Dan harapan kita untuk menyelesaikan ini ialah memang akhirnya ke MK," tutur JK.

Tak Ada yang Kalah Tak Ada yang Menang

Dalam kesempatan yang sama mantan Wakil Presiden Try Sutrisno meminta semua pihak tidak lagi membesar-besarkan masalah yang tidak bermanfaat bagi kemajuan bangsa, mengingat tantangan ke depan akan lebih besar daripada kontestasi pilpres. 

"Intinya, jangan memperpanjang hal-hal yang kurang bermanfaat karena kita masih banyak tantangan bangsa ke depan, yang lebih besar daripada (pilpres) ini," kata Try Sutrisno.

Ia menegaskan seluruh pihak yang berkontestasi dalam Pemilu 2019 untuk memiliki kesamaan tujuan yakni menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. 

"Kita harus senantiasa meneguhkan persatuan dan kesatuan, meneguhkan kerja sama yang kokoh, meneguhkan spirit juang untuk mencapai cita-cita proklamasi, karena nanti menjelang 2045 Indonesia persis 100 tahun, dan itu tidak lama lagi, 26 tahun lagi," kata mantan panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ini.

Oleh karena itu, ia meminta masyarakat menyikapi ketegangan setelah pemilu ini dengan tenang, tidak melakukan hal-hal anarkis yang dapat merugikan bangsa. 

"Bangkitlah kita, semua bangkit. Tidak ada yang kalah dan yang menang. Ini sekadar suatu proses saja daripada aturan demokrasi," ujar Try Sutrisno. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.