Teror Jelang Hilangnya Ucok Munandar Siahaan, Aktivis yang Diculik 1998

Sebelum diculik dan hilang tak jelas hidup atau mati hingga sekarang, Ucok Munandar Siahaan sudah mengalami serangkaian teror.
Paian Siahaan (73) ayah Ucok Munandar Siahaan saat menceritakan nasib anaknya itu di Jalan Cemara 1 Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (13/3/2019). (Foto: Tagar/Nuranisa Hamdan Ningsih)

Jakarta, (Tagar 23/3/2019) - Ucok Munandar Siahaan adalah salah satu korban penculikan aktivis 1997-1998 yang hingga kini tak diketahui keberadaannya hidup atau mati. Ucok menurut pengakuan ayahnya, Paian Siahaan, hilang tiga hari jelang ulang tahunnya, 17 Maret 1998.

Ucok adalah seorang mahasiswa semester enam Perbanas, yang punya kehidupan biasa di mata orangtuanya. Bahkan, sepengetahuan ayahnya, Ucok tak punya latar belakang politik sama sekali, hanya saja kala itu situasi politik pemerintahan Indonesia sedang kacau.

"Jadi, sebenarnya latar belakang dia tidak ada ilmu politik tetapi mungkin situasi itu, ikut membuat dia menjadi ikut terhadap kegiatan untuk melawan pemerintah waktu itu, karena memang dia menyadari itu," tuturnya saat ditemui Tagar News, di Jalan Cemara 1 Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (13/3).

Karena memang, Paian menyadari bahwa pemerintahan Soeharto sudah terlalu lama berjalan yakni 32 tahun. Maka ada tindakan dari aktivis, salah satunya Ucok yang berpikir untuk melengserkan pemerintahan Presiden kedua tersebut. "Saya pun tahu bahwa kondisinya waktu itu sangat genting," jelas dia.

Jadi, sebelum dia hilang dia itu sebenarnya ada hal-hal yang sering kita curiga. Ada orang yang sering membuntuti ke rumah, dibuntutin kita sampai depan rumah, tiba-tiba dia kabur.

Menurut Paian, putra keduanya itu memang tidak sering bercerita tentang kegiatannya sebagai aktivis pada dirinya. Karena ia sendiri sibuk bekerja di sebuah bank di kawasan Cikini.

"Dengan mamaknya yang sering curhat, jadi mamaknya cerita. Jadi, dia sudah tahu bahwa ini kondisi sedang tidak baik. Nah bagaimana mengamankan kelurga, Mak beli lah ini beli beras gula, karena dia itulah yang diberitahukan, tapi kegiatannya sendiri tidak pernah diberitahukan," beber pria yang berusia 73 tahun itu.

Belakangan ketika ia mencari tahu melalui temannya, Ucok memang aktivis yang gerakannya senyap. "Kalau temannya bilang, dia memang semacam gerakan di bawah tanah gitu," ucapnya.

Teror Sebelum Hilang

Aktivis Diculik 1998Ucok Munandar Siahaan. (Foto: Istimewa)

Kasus penculikan terhadap Ucok Munandar Siahaan memang telah berlalu 21 tahun lalu. Namun, tak pernah hilang dalam ingatannya teror-teror yang mendatangi dia dan keluarganya sebelum Ucok benar-benar tak pernah kembali ke rumahnya.

"Jadi, sebelum dia hilang dia itu sebenarnya ada hal-hal yang sering kita curiga. Ada orang yang sering membuntuti ke rumah, dibuntutin kita sampai depan rumah, tiba-tiba dia kabur," terang dia.

Ia ingat betul, satu hari dimana ia benar-benar diteror oleh orang yang tidak dikenalnya. Paian, kala itu menggunakan mobil yang memang biasanya dipakai juga oleh Ucok anaknya dibuntuti dari daerah Tanjung Barat, hingga kediamannya di Beji, Depok.

"Justru begini, karena saya ada mobil, mobil ini sering dipakai oleh dia. Nah kan seperti yang saya tahu saya diikuti terus mulai dari Tanjung Barat sampai Depok, saya kan rumah di Depok, Beji," ungkapnya.

Kendati dirinya tidak melihat secara jelas siapa yang membuntutinya, tapi firasatnya mengatakan bahwa dia dibuntuti oleh mobil militer.

"Sampai di depan rumah, sebenarnya siapa yang ngikutin kita dia, sampai saya mau buka pagar melihat dia kabur. Dan saya tahu mobil itu mobil Kijang, karena sudah malam kan ya mobil militer juga kayaknya," sambungnya.

Menurut pengakuannya, teror yang ia rasakan adalah enam bulan sebelum peristiwa penculikan aktivis 1997-1998. Paian pun baru menyadari adanya teror setelah anaknya benar-benar hilang tanpa meninggalkan jejak.

"Waktu itu saya tidak ngeuh sama sekali, kita kan tidak ada pikiran ke sana awalnya, tapi setelah sadar 'oh ternyata dia itu memang dicari'," tuturnya.

Ucok Munandar Siahaan bukan satu-satunya aktivis 1997-1998 yang tak kembali. Karena ada 12 aktivis lain yang tak kunjung terlihat batang hidungnya sampai 21 tahun peristiwa berlalu.

Mereka adalah Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Wiji Thukul, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ismail, Hendra Hambali, Yadin Muhidin, dan Abdun Nasser. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.