Jakarta - Sebanyak 11 tentara Amerika Serikat (AS) menjalani perawatan akibat serangan rudal Iran. Mereka yang cedera memperlihatkan tanda-tanda gegar otak akibat serangan rudal Iran tersebut.
Serangan rudal pada 8 Januari 2020 itu menghantam sebuah pangkalan militer di Irak yang ditempati pasukan AS. Demikian kata pejabat militer AS, dikutip dari Antara, Kamis, 16 Januari 2020.
Sebelumnya, AS berbohong dengan mengatakan tidak ada anggota militernya yang terluka dalam serangan itu.
Tembakan rudal itu merupakan balasan Iran atas serangan pesawat nirawak AS di Baghdad pada 3 Januari 2020, yang menewaskan Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Iran.
Presiden Donald Trump dan militer AS sebelumnya mengatakan tidak ada korban dalam serangan di pangkalan udara Ain al-Asad di Irak barat itu dan di sebuah pangkalan lainnya di wilayah Kurdi utara.
"Walaupun tidak ada personel AS yang meninggal dalam serangan Iran pada 8 Januari ke pangkalan udara Al Asad, beberapa personel sedang dirawat karena memperlihatkan gejala gegar otak akibat ledakan dan mereka sedang diperiksa," kata Kapten Bill Urban, juru bicara Komando Pusat AS, dalam pernyataan.
Sebagai langkah pencegahan, beberapa tentara dibawa ke fasilitas AS di Jerman dan Kuwait untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut, tambahnya.
"Kalau dianggap sudah bisa menjalankan tugas, para personel diperkirakan akan kembali ke Irak," kata Kapten Bill Urban.
Personel AS yang berada di pangkalan di daerah gurun Irak, Anbar, berjumlah sekitar 1.500 orang. []