Tanah Retak di Magelang Bikin 61 Keluarga Was-was

61 keluarga di Dusun Kranjang Lor, Desa Sidosari, Salaman, Kabupaten Magelang selalu mengungsi jika hujan turun. Retakan tanah mengancam.
Wakil Bupati Magelang Edi Cahyana di lokasi retakan tanah di Dusun Kranjang Lor, Desa Sidosari, Kecamatan Salaman, Kamis, 12 Maret 2020. (Foto: Tagar/Solikhah Ambar Pratiwi)

Magelang - Bencana tanah retak bikin was-was puluhan kepala keluarga (KK) di Dusun Kranjang Lor, Desa Sidosari, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Karena khawatir ancaman bencana alam tersebut, ratusan warga memilih mengungsi sementara di waktu tertentu demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Tidak semua warga diungsikan, hanya pada saat hujan turun mereka dikumpulkan di salah satu rumah warga.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Pranowo menyebutkan, saat ini ada sebanyak 61 KK yang telah diungsikan sementara di berbagai titik.

"Tidak semua warga diungsikan, hanya pada saat hujan turun mereka dikumpulkan di salah satu rumah warga," ujar Pranowo di Kranjang Lor, Kamis, 12 Maret 2020.

Saat ini, kata Pranowo, BPBD Kabupaten Magelang telah berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah untuk penanganan dan solusi ancaman bencana tersebut.

"Sejauh ini kami masih menunggu hasil kajian dari PVMBG. Intinya bagaimana agar air tidak masuk dalam rekahan atau retakan tanah. Supaya nanti tidak memicu jenuhnya tanah sehingga tidak terjadi longsor ke bawah," kata Pranowo.

Senada, Bupati Magelang Zaenal Arifin juga mengaku masih menunggu hasil kajian dari PVMBG untuk penanganan retakan tanah di dusun yang terletak di lereng perbukitan ini. 

"Karena ternyata retakan tanahnya cukup panjang sehingga langkah awal yang perlu dilakukan adalah penutupan pada retakan tanah tersebut agar air tidak masuk. Sambil menunggu kajian dari PVMBG Bandung agar kami bisa menentukan langkah berikutnya, apakah perlu dilakukan relokasi atau tidak," kata Zaenal.

Dia menyebutkan kondisi geografis Kabupaten Magelang yang sebagian besar adalah pegunungan membuat potensi bencana alam sangat besar mengancam permukiman penduduk di bawahnya. 

"Langkah yang paling utama adalah memberikan rasa aman kepada warga, kemudian ditempatkan di tempat pengungsian. kami juga bekerja sama dengan relawan, ada penyembuhan trauma yang dilakukan agar warga Sidosari merasa tenang dan nyaman," tuturnya.

Sementara  Wakil Bupati Magelang Edi Cahyana meminta agar BPBD segera melakukan pembenahan saluran air. "Pembenahan saluran air ini untuk mencegah tidak berlanjutnya retakan tanah sambil menunggu hasil penelitian, karena ini sudah diteliti oleh tim dari Provinsi Jawa Tengah," ujar dia.

Edi menambahkan untuk penanggulangan jangka pendek harus ada penataan air sesegera mungkin. Pasalnya, air terus meresap dan menggerus lapisan tanah bawah. "Sehingga mengakibatkan retakan tanah itu," katanya.

Selain itu, Edi juga mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem yang terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Magelang. "Saya imbau warga agar senantiasa waspada karena kadang hujan tiba-tiba cukup lama, kemudian debit air melimpah dan ini dapat memicu retakan tanah maupun longsor," ucapnya. []

Baca juga: 

Berita terkait
Tanah Retak di Magelang Rusak Empat Rumah Warga
Tanah retak di Magelang merusak 4 rumah warga di Dusun Sabrang, Desa Wonogiri, Kajoran. Juga mengancam 4 rumah lainnya.
Kreasi Survivor Menoreh Magelang Siaga Tanah Longsor
Tinggal di kawasan rentan tanah longsor membuat warga Menoreh, Magelang berkreasi membuat EWS sederhana. Seperti apa alat itu?
Cerita di Pengungsian Warga Korban Banjir Magelang
Warga pengungsian korban banjir bandang di Magelang menceritakan detik-detik datangnya air bah.