Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan ada tiga kecamatan di Bandung yang terancam tanah ambles. Yakni Kecamatan Solokanjeruk dan Rancaekek di Kabupaten Bandung serta Kecamatan Gedebage di Kota Bandung.
Kepala Air dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani mengungkapkan ada hal yang menyebabkan tiga kecamatan tersebut paling rawan terjadi land subsidence dibandingkan daerah lainnya.
Karakteristik tanah di tiga wilayah itu merupakan endapan danau purba yang didominasi endapan lempung hitam yang cenderung memiliki sifat tanah sangat lunak dan mempunyai kompresibilitas sangat tinggi.
“Sehingga secara alami dengan beban ketebalan lapisan lempungnya sendiri daerah tersebut akan mengalami penurunan,” tuturnya usai acara Terrace Talk and Coffe Morning dengan tema Menguak Lebih Dalam Fenomena Land Subsidence di Bandung di Museum Geologi Bandung, Jumat, 13 Desember 2019.
Kalau terus terjadi penurunan tanah, bisa-bisa dataran tanah kita langsung ke inti bumi. Ya tak mungkinlah.
Kondisi tersebut diperparah dengan adanya bahan kimia, yaitu klorida dalam pupuk yang masuk ke dalam tanah saat proses penanaman, di persawahan di Solokanjeruk. Zat kimia itu mempercepat proses penurunanan tanah yang sangat signifikan.
“Itulah mengapa, Kecamatan Solokanjeruk yang merupakan kawasan persawahan menjadi wilayah paling rawan ambles,” ujar dia.
Untuk kawasan Rancaekek dan Gedebage, selain karakteristik tanah yang sudah rawan, diperparah dengan aktifitas manusia. Seperti pengambilan air tanah yang berlebihan. Juga beban bangunan yang sangat tinggi di kawasan industri dan pemukiman padat.
“Jadi bukan hanya satu atau dua faktor saja yang menyebabkan permukaan tanah di Bandung dan Kabupaten Bandung, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi,” jelasnya.
Ketua Masyarakat Geologi Teknik Indonesia Imam A Sadisun tidak kaget dengan tingginya potensi penurunanan tanah di beberapa wilayah di Bandung. Sebab, hal tersebut merupakan hal yang alami terjadi.
Justru yang menarik perhatiannya soal kecepatan penurunan tanah, kategori cepat atau lambat. Termasuk amblesnya tanah itu proses awal atau menengah atau sudah masuk tahap akhir. Sebab masa penurunan tanah ada batasnya.
Jika di akhir maka tidak lagi ambles mengingat tanah akan mengalami proses pengerasan. “Kalau terus terjadi penurunan tanah, bisa-bisa dataran tanah kita langsung ke inti bumi. Ya tak mungkinlah,” ujar dia.
Ditambahkan Imam, yang perlu jadi perhatian adalah mitigasi bencana atau solusi dari pemerintah daerah atas persoalan tersebut. []
Baca juga:
- Fenomena Tanah Amblas di Dairi, Belasan Warga Pindah
- Kepala BNPB Terjebak Longsor Jalan Solok
- Longsor di Samosir, Polisi Begadang Bersihkan Lokasi