Tak Perlu Resah Gempa 8.8 M di Pantai Selatan Jawa

Seorang warga Kabupaten Tapsel tewas di rumah sakit beberapa jam setelah bagian kepala dipukul pakai besi padat
Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi saat memberikan penjelasan kepada warga dalam acara simulasi bencana di Pakualaman Yogyakarta, Minggu 21 Juli 2019. (Foto: dok. Pemkot Yogyakarta)

Yogyakarta - Masyarakat Yogyakarta dan Jawa bagian selatan resah dalam dua hari terakhir. Mereka mendapati informasi bahwa Pantai Selatan Jawa berpotensi terjadi gempa besar berkekuatan 8.8 magtitude disertai tsunami setinggi tsunami.

Informasi itu menjadi perbincangan di dunia nyata maupun di media sosial. Mayoritas mereka resah dengan informasi itu.

Wawan, 50 tahun, warga Karangkajen, Kota Yogyakarta mengatakan, berita mengenai potensi gempa besar magnitudo 8,8 dan tsunami mencapai 20 meter di wilayah Pantai Selatan Jawa, membuat masyarakat resah.

"Kenapa berita itu bikin resah? Sebab kabar itu oleh sebagian besar masyarakat dipahami sebagai prediksi bukan potensi," kata dia di Yogyakarta, Senin 22 Juli 2019.

Sebagai jurnalis senior, Wawan sering mendapatkan pertanyaan itu. Bahkan sampai siang ini pertanyaan itu sering muncul.

"Pertanyaan mereka selalu diawali dengan kata apakah prediksi itu benar akan terjadi? Saya bilang bukan prediksi tapi bahwa potensi itu ada," katanya.

Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi ikut menenangkan warganya yang resah. "Terkait berita potensi gempa besar di pantai selatan Jawa, hendaknya dibedakan kata potensi dengan prediksi," katanya.

Tetapi ini adalah potensi, bukan prediksi, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu

Menurut dia, kalau potensi semua tempat yang berada di lempeng bumi berpotensi terjadi gempa tektonik akibat tumbukan atau pergeseran lempeng bumi.

Sedangkan prediksi sampai sekarang belum ada ilmu pengetahuan atau alat yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa.

Untuk itu, kata dia, warga tidak perlu cemas atas pemberitaan itu. Namun tetap harus waspada dan tanggap bila terjadi bencana.

"Teriring doa semoga Allah SWT memberikan kita daya dan kekuatan dalam menghadapi berbagai kejadian dalam hidup dan kehidupan dengan selamat dan iman," kata Heroe.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana mengatakan, setelah pemberitaan tersebut, BMKG sudah merespons keresahan warga. "BMKG sudah merespons keresahan warga," kata dia.

Biwara mengatakan, mengutip penjelasan BMKG, berdasarkan kajian para ahli, zona megathrust selatan Jawa memiliki potensi gempa maksimum 8.8 M.

"Tetapi ini adalah potensi, bukan prediksi, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, perlu melakukan mitigasi struktural dan nonstruktural dengan membangun bangunan aman gempa, melakukan penataan tata ruang pantai selatan yang aman tsunami.

"Tidak lupa membangun kapasitas masyarakat terkait cara selamat saat terjadi gempa bumi dan tsunami," ujar Biwara.

Pemberitaan yang meresahkan masyarakat tersebut bersumber saat jumpa pers di kantor BPBD DIY, 17 Juli 2019 lalu. Acara dihadiri pakar gempa dan tsunami dari BMKG dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). []

Baca juga:

Berita terkait