Mahasiswa UGM Ciptakan Inovasi Rumah Tahan Gempa

Mahasiswa D3 Teknik Sipil UGM punya inovasi nyleneh untuk memperkuat bangunan rumah tahan gempa.
Tim Fondasi Spring Damper D3 UGM Teknik Sipil bersama dosen pembimbingnya Devi Oktaviana Latif. (Foto: FT UGM Yogyakarta).

Yogyakarta - Mahasiswa D3 Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta punya inovasi nyleneh untuk memperkuat bangunan rumah tahan gempa. 

Bagaimana tidak? Shock breaker yang lazimnya digunakan pada motor untuk menahan beban pengendaranya, ini dikembangkan sebagai fondasi bangunan.

Terobosan tersebut berjuluk "Fondasi Spring Damper" dan diklaim berbiaya murah ketimbang inovasi-inovasi yang sudah ada sebelumnya, bahkan sudah teruji kekuatannya untuk meredam goncangan gempa.

Yosi Kristina adalah mahasiswa D3 UGM yang mengembangkan inovasi tersebut. Bersama dua rekannya Siti Zuliana dan Miftahussurur Rosyadi, pada April lalu, mereka memperoleh dana hibah dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Inovasi UGMContoh gambar struktur rumah yang ditanam Fondasi Spring Damper (Foto: FT UGM Yogyakarta).

Hibah diberikan dalam rangka penerapan rumah tahan gempa atau spring damper pada hunian transisi menuju permanen untuk korban gempa.

Gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat beberapa waktu silam menginspirasi mereka untuk menciptakan inovasi murah rumah tahan gempa tersebut. Teorinya dengan mengkombinasikan shock breaker sebagai medium gerak osilasi pegas dalam mata kuliah Mekanika.

Materialnya boleh sederhana. Tapi kekuatannya tidak sederhana dan siap menahan goncangan

"Ide kita adalah meletakkan mesin sederhana berupa pegas shock breaker di dalam fondasi. Analoginya jika motor dengan shock breaker dapat menahan beban manusia dan beban dari motor sendiri, bahkan kadang juga untuk mengangkut barang, maka fondasi bangunan juga akan dapat diredam goncangan jika diberi shock breaker," ungkap Yosi.

Pengujian struktur dilakukan pada bangunan tipe 48, dari bangunan sederhana berdinding tripleks, hingga bata permanen dengan rangka atap dari baja ringan dan kayu. Sementara fondasi spring dumper yang mereka buat hanya menghabiskan biaya Rp 3 juta.

Devi Oktaviana Latif selaku dosen pembimbing PKM mengungkapkan pengujian struktur tersebut menunjukkan hasil positif.

Inovasi UGMFondasi Spring Damper yang ditanam bersama fondasi rumah. (Foto: FT UGM Yogyakarta).

"Materialnya boleh sederhana. Tapi kekuatannya tidak sederhana dan siap menahan goncangan, karena hasil laboratorium menunjukkan penggunaan pondasi tersebut menghasilkan perpindahan struktur yang lebih kecil. Artinya lebih tahan goncangan, termasuk gempa," jelasnya.

Kini Yosi dan kawan-kawan tinggal berharap agar inovasinya tersebut menarik minat industri dan disosialisasikan ke seluruh wilayah Indonesia terutama daerah rawan gempa.

Devi mengatakan untuk mengejar hal tersebut, analisis dan penyempurnaan lebih lanjut terus dilakukan. Target paling dekat, inovasi tersebut digadang-gadang bakal dibawa dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32 yang digelar di Universitas Udayana Bali pada Agustus 2019 mendatang.

"Pekan ilmiah dapat menjadi panggung untuk mempromosikan pondasi ini, sehingga sampe ke daerah-daerah," kata Yosi.[]

Baca juga:

Berita terkait