Guys Hati-Hati, IHSG Rally Semu Karena Faktor Ini

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hijau tebal pada pembukan perdagangan awal pekan ini dengan berhasil menembus level psikologis 5.000
BEI melakukan pembekuan sementara perdagangan (\'trading halt\') pada sistem perdagangan di bursa efek pada Kamis, 12 Maret 2020 pukul 15.33 WIB karena dipicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,01 persen. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Jakarta - Pengamat pasar modal Siswa Rizali mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mampu menembus level resistance 5.000 pada Senin, 8 Juni 2020 terjadi bukan karena perbaikan fundamental ekonomi maupun refleksi emiten sesungguhnya.

Rally di bursa finansial, saham dan juga obligasi lebih disebabkan karena harapan lebih baik dan dibantu injeksi likuiditas the Fed yang sangat luar biasa,” ujarnya kepada Tagar, Selasa, 9 Juni 2020.

Rizal menambahkan, fundamental ekonomi dan emiten diperkirakan masih akan lebih buruk, karena dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) PSBB baru terjadi pada periode April-Juni.

“Jadi memburuknya kinerja ekonomi dan emiten baru terlihat pada laporan kuartal II pada Juli nanti. Perhatikan saja PDB [produk domestik bruto] akan koreksi tajam, dan laba-laba perusahaan jauh di bawah harapan,” tutur dia.

Rally di bursa finansial, saham dan juga obligasi lebih disebabkan karena harapan lebih baik dan dibantu injeksi likuiditas the Fed yang sangat luar biasa

Pria yang juga tercatat dalam struktur Komite Investasi Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) tersebut membeberkan jika optimisme pasar yang terbentuk saat ini telah sejalan dengan harapan pelonggaran PSBB maupun lockdown di berbagai negara.

“Tapi perlu perhatian khusus sejalan dengan meningkatnya penyebaran Covid-19 di gelombang kedua akan kembali meredup harapan,” tuturnya.

Dalam catatan Rizal, kinerja Indeks saham global, seperti S&P 500 sudah sangat luar biasa. Bahkan, kinerja year-to-date sudah menunjukan level breakeven dengan sektor teknologi, konsumer, dan telekomunikasi yang paling bergeliat. Sementara sektor yang paling tajam koreksinya adalah mencakup energi dan perbankan.

Sebagai gambaran, neraca The Fed saat ini nilainya mencapai US$ 7,2 triliun atau setara 32 persen PDB. Angka tersebut naik dari posisi sebelumnya yang sebesar US$ 4,1 triliun pada akhir Februari 2020.

Bukuan tersebut jauh melebihi nilai neraca the Fed pasca penerapan kebijakan Quantitative Easing 2010-2012 sebesar Rp 4.500 miliar (23 persen PDB) pada akhir 2014.

Banjir likuiditas bank sentral ini juga terjadi di Eropa dan Jepang. Indonesia, dalam batasan tertentu, menerapan pelonggaran pula likuiditas. Indikator jelas terlihat dari ada tambahan dana sekitar Rp 580 triliun dari berbagai kebijakan bank sentral.

Rizal memproyeksi pasar finansial masih akan terus rally dengan asumsi dukungan banjir likuiditas dan momentum. Tapi hal ini cenderung tidak sustainable apabila ekonomi riil tidak segera pulih.

Akibat banjir likuiditas, sambung Rizal, risk appetite fund manager global segera pulih dan semakin agresif. Pelemahan US Dollar juga berdampak pada penguatan nilai tukar emerging market.

Sehingga, kombinasi banjir likuiditas, pemulihan S&P 500 index, pelemahan dollar (penguatan kurs emerging market, seperti rupiah) membuat investasi di bursa saham mengalami rally kuat.

“Apalagi valuasi saham-saham emerging market sudah sangat murah dan posisi investor asing sudah underweight,” ucapnya.

Akan tetapi, meski banjir likuiditas dan pasar finansial pulih, sektor riil masih stagnan dan kontraksi. Akibatnya, pengusaha lebih suka berspekulasi di pasar finansial menggunakan dana yang ada. Pasar finansial jadi ajang spekulasi cari untung bukan penggerak sektor riil.

“Disinilah salah implementasi kebijakan oleh pemerintah. Setiap ada masalah sektor riil, termasuk sektor kesehatan, seperti pandemi Covid-19, yang dilakukan adalah ekspansi moneter.

Akibatnya orang kaya yang punya aset banyak [properti, saham, emas, valas] diuntungkan, sementara orang miskin yang tidak punya aset dan penghasilan, semakin terpuruk,” jelas dia.

Kedepan, Rizal memproyeksi pasar finansial masih akan terus rally dengan asumsi dukungan banjir likuiditas dan momentum. Tapi hal ini cenderung tidak sustainable apabila ekonomi riil tidak segera pulih.

“IHSG akan mencoba menembus resisten kuat di 5200, tapi indikasi nilai tukar dan imbal hasil SUN [surat utang negara] mengindikasikan pasar akan konsolidasi,” tegasnya.

Untuk diketahui, pergerakan indeks saham menunjukan pergerakan positif dengan menembus level 5.020,944 pada awal pembukaan perdagangan Senin, 8 Juni 2020. Sementara pada pada penutupan di sore hari,  perdagangan menguat 2,48 persen atau naik 122,8 poin menjadi 5.070 dengan nilai transaksi capai Rp 13,5 triliun. []

Baca juga:

Berita terkait
MNC Sekuritas: Waspadai Koreksi IHSG ke Depan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup menguat 2,5% dan disertai dengan tekanan beli yang masih cukup besar.
Deretan Saham Meroket Saat IHSG Menguat Level 5000
IHSG pada penutupan perdagangan Senin, 8 Juni 2020 menguat 2,48 persen atau naik 122,8 poin di level 5.070 dengan nilai transaksi capai Rp 13,5 T.
IHSG Melesat 2,48% Tembus Level 5.070,56
Sempat diwarnai aksi jual investor asing, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan Senin, 8 Juni 2020 menguat 2,48 persen di level 5.070
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.