Yogyakarta - Presiden Joko Widodo sudah memilih enam muka baru dalam kabinetnya, salah satunya Sandiaga Uno. Calon wakil Presiden yang berpasangan dengan Prabowo Subianto pada Pipres 2019 ini pun menyanggupi dengan posisinya sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) menggantikan Wishnutama.
Pengamat Politik Unuversitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Mada Sukmajati mengatakan, masuknya Sandiaga dalam kabinet membuat banyak orang kembali pada Pilpres 2019. Hal itu wajar mengingat pada Pilpres 2019 pertarungannya begitu sengit, antara Jokowi - Ma'ruf dan Prabowo - Sandiaga. "Kalau sekarang keempat sosok itu bergabung menjadi satu dalam kabinet, itu tidak mengagetkan," katanya kepada Tagar, Rabu, 23 Desember 2020.
Baca Juga:
Dia berpendapat, pada Pilpres 2019 sebenarnya kedua kubu untuk visi, misi dan platform tidak ada bedanya. "Pertarunganya bukan pada platform, tetapi pertarungaan berbasis personal dalam balutan politik identitas dan populisme. Sama, baik 01 dan 02," ungkap Mada.
Kalau sekarang keempat sosok itu bergabung menjadi satu dalam kabinet, itu tidak mengagetkan.
Pertanyaannya, mengapa Jokowi memilih Sandiaga? Akademisi yang menjabat sebagai Sekretaris Departemen Politik dan Pemerintahan (2016-2021) ini mengungkapkan, Jokowi ingin mendapat dukungan dari dua partai besar yang ada, yakni PDIP dan Geridra. Dengan kata lain, ini menunjukkan Jokowi menjaga pembagian partai politik yang strategis di negeri ini.
Baca Juga:
"Ini sebenarnya bagian dari strategi Jokowi bahwa dalam menjalankan roda pemerintahannya, dirinya tidak hanya mendapat dukungan dari partai tertentu saja atau PDIP, tetapi juga Gerindra," ungkap master dari National Graduate Institute for Policy Studies di Tokyo, Jepang (2004) ini.
Nah, untuk tetap mendapat dukungan itu, kader Gerindra dipilih masuk kabinet agar relasi hubungannya tetap baik. Di Gerindra sendiri tidak ada sosok yang dianggap cocok selain Sandiaga. "Ada Fadli Zon, tetapi memang lebih tepat memilih Sandiaga," kata dia. []