Sopir Ambulans di Aceh Mengeluh Minimnya Fasilitas

Pengurus Organisasi Persaudaraan Pengemudi Ambulans Indonesia (PPAI) Provinsi Aceh mengeluh akibat minimnya fasilitas tersedia.
Mobil Ambulans yang ditumpangi tim kesehatan yang melakukan rapid test di warung kopi, Banda Aceh, Minggu, 19 April 2020. (Foto: Tagar/Ahmad Mufti)

Banda Aceh - Pengurus Organisasi Persaudaraan Pengemudi Ambulans Indonesia (PPAI) Provinsi Aceh melakukan silaturahmi dengan Wakil Ketua Gugus Tugas Covid-19 Aceh, Dyah Erti Idawati di kediamannya, Jumat, 26 Juni 2020. Dalam silaturahmi ini, para sopir ambulans menyampaikan berbagai aspirasi kepada istri Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh Nova Iriansyah itu.

Di antara permintaan mereka adalah disediakannya tempat peristirahatan di beberapa titik, sehingga para sopir ambulans bisa tetap menjaga kondisi kesehatan badan, baik saat mengantarkan pasien maupun saat kembali ke daerah asal.

Sangat berbahaya membawa mobil dengan kecepatan tinggi dan tanpa istirahat yang cukup.

“Sebelumnya kita (di Banda Aceh) memanfaatkan lokasi asrama akper. Selama ini teman-teman driver kita istirahat di Rumah Sakit Ibu Anak,” ujar Teuku Rahmad, penasihat dan pembina organisasi PPAI.

Menurut Rahmad, posisi sopir sangatlah rentan. Mereka merupakan juru kunci dalam setiap kejadian, khususnya saat melakukan rujuk pasien. Di satu sisi, para sopir harus mengamankan pasien, dokter dan perawat serta mobil dalam berkendara. “Kondisi ini sangat memperihatinkan jika memang kesehatan tubuh mereka tidak dijaga," ujar Rahmad.

Ketua Umum PPAI Aceh, Hamdan, mengatakan organisasi yang ia pimpin itu merangkul semua pengemudi ambulans di seluruh Aceh. Mereka saat ini cukup solit. “Kalau ada masalah di jalan kita saling membantu. Misal kalau mau merujuk ke Banda Aceh, bisa singgah di tempat kami, begitu juga kalau kami ke sana,” kata Hamdan.

Ia mengatakan, para sopir ini bekerja dengan fasilitas yang terbatas dan bisa disebut bekerja ekstra saat proses rujukan pasien. “Sangat berbahaya membawa mobil dengan kecepatan tinggi dan tanpa istirahat yang cukup,” kata dia.

Selain itu, para sopir ambulans itu juga berharap diberikan pelatihan kontaminasi ambulans. Dalam kondisi pandemi sekarang ini, supir tidak bisa memastikan kondisi pasien yang mereka bawa.

“Setiap transfer pasien kita harus pastikan benar-benar steril. Kita tidak bisa menduga-duga status pasien selama pandemi ini,” katanya.

Karena itu, ujar Hamdan, pelatihan khusus kontaminasi ambulans sebagai tahapan memutus mata rantai Covid-19 sangat dibutuhkan.

Sementara, Dyah menyebutkan dirinya bakal mengkonsultasikan keluhan para sopir itu kepada pihak rumah sakit serta Dinas Kesehatan Aceh. Para sopir ambulans ini menjadi pihak yang fungsinya sangat vital bagi keselamatan pasien. “Saya akan sampaikan ke bapak (Plt Gubernur). Semoga pertemuan ini memberi semangat kepada kawan-kawan,” kata Dyah. []

Berita terkait
Polisi Aceh Tangkap Angen Judi Online Kamboja
Tiga pemain dan juga agen judi online dengan nama Sbobet ditangkap polisi di Langsa, Aceh.
Gowes Sepeda Mendadak Tren Lagi di Abdya Aceh
Gowes salah satu pilihan olahraga sebagian remaja dan orang dewasa di Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh.
Warga Aceh Bakar Dirinya Sendiri
Salah seorang warga Desa Tanjong Dama, Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara, membakar dirinya sendiri. Ini dugaan mitifnya.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.