Siswa SD di Kemang Jaksel Tidak Alami Literacy Loss

Para guru dituntut melakukan inovasi-inovasi dalam mengajar agar para siswa tetap nyaman dalam menerima pembelajaran.
Ilustrasi - seorang anak usia sekolah sedang melakukan metode belajar daring. (Foto: Antara/shuterstock)

Jakarta - Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) berkepanjangan di masa pendemi Covid-19 mengakibatkan terjadinya penurunan minat dan kemampuan literasi (literacy loss) di kalangan siswa Indonesia.

Guru Sekolah Dasar (SD) Kembang, Kemang, Jakarta Selatan, Sekar Ayu Adhaningrum, mengatakan para siswa di sekolahnya tidak mengalami literacy loss. Proses belajar jarak jauh yang dilakukan telah rancang dengan kegiatan yang sangat baik selama pandemi Covid-19.

"Kalau dari lingkungan sekolah Kembang sebenarnya itu tidak terjadi (literacy loss). Karena proses belajar di SD Kembang biasanya sudah dirancang sedemikian rupa sehingga memang yang namanya keterampilan-keterampilan tadi itu sudah langsung terpakai," kata Sekar Ayu Adhaningrum kepada Tagar, Jumat, 30 Juli 2021.

SD Kembang, kata Arum, para guru intens mengajarkan kepada para siswa menggunakan literatur kegiatan belajar terutaama pada jenjang kelas 3 sampai 6 SD, juga Sekolah Menengah Pertama (SMP).


Itu kita membebaskan, yang penting mereka tetap ada kegiatan proyek yang dihasilkan.


"Misal, buku kerja. Kami memang pake buku dari paud-smp, kami gurunya menggunakan literatur anak untuk merancang kegiatan belajar, jadi base-nya dari situ. jadi itu sudah langsung jadi satu sama kegiatan murid. Kelas 3-6 SD dan SMP memang ada kegiatan baca buku atau novel," ujarnya.

"Makanya mereka gak mengalami literasi loss itu. Jadi kalau misalnya anak-anak ngerjain tugas, bikin riset, itu ya memang dari kesehariannya mereka memanfaatkan teknologi, ada laptop, Google, Canva, video YouTube," katanya.

Arum menjelaskan, para guru dituntut melakukan inovasi-inovasi dalam mengajar agar para siswa tetap nyaman dalam menerima pembelajaran. Baik membuat projek bersama yang berhubungan langsung dengan keseharian para siswa.

"Inovasi lainnya mungkin terkait kegiatan baca buku, novel atau puisi tiap kuartal pasti itu dikembangkan kegiatannya. Walaupun memakai buku yang sama dengan tahun lalu, tapi kegiatannya dibedakan," katanya.

"Tiap kuartal itu satu kelas. Kelas 3, 4, 5, 6 dan SMP. 1 kuartal 1 buku dalam 1x 3 bulan. Kayak tahun lalu kuartal 4 itu kelas 4 baca buku puisi, jadi berpuisi itu dijadikan kegiatan rutin di bahasa Indonesia, jadi proyeknya adalah tiap anak memilih 1 dari puisi itu," katanya.

Para siswa, kata Arum, juga dibebaskan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar tetapi dengan tetap memberikan tanggung jawab siswa akan tugas yang diberikan oleh pengajar. 

"Misal puisi mengenai bunga mawar, mereka bebas mau menjadikan topik si bunga ini apakah dalam bentuk presentasi ada gambar dan penjelasan, atau tetap dalam puisi, itu kita membebaskan, yang penting mereka tetap ada kegiatan proyek yang dihasilkan," katanya. 

"Misal ada lagi, buku mengenai kumpulan makanan, nah proyek si anak nantinya membuat 1 video dia mencicipi beberapa makanan, itulah projeknya," ujarnya. []

Baca Juga: Belajar Daring Belum Ideal Tingkatkan Kecakapan Literasi


(Christina Butarbutar)

Berita terkait
RI Dorong Kecakapan Literasi Digital di Masa Pandemi
Kecakapan literasi digital menjadi perhatian serius pemerintah meningkatkan literasi di masa pandemi Covid-19.
Siswa Lebih Terampil Kuasai Teknologi, Literasi Meningkat
Hasil studi, di masa pandemi menunjukkan bahwa siswa menggunakan perangkat digital lebih banyak dibanding sebelumnya.
Keluarga Berperan Besar Dalam Tingkatkan Literasi Siswa
Di masa pandemi Covid-19, orang tua bertindak sebagai advokat untuk kepentingan anak, juga memberikan masukan kepada guru.
0
Kesehatan dan Hak Reproduksi Adalah Hak Dasar
Membatasi akses aborsi tidak mencegah orang untuk melakukan aborsi, hal itu justru hanya membuatnya menjadi lebih berisiko mematikan