Yogyakarta - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta belum akan menutup kawasan wisata Malioboro meski satu Pedagang Kaki Lima (PKL) di tempat tersebut meninggal dunia akibat positif terpapar Covid-19. Bahkan, setidaknya sudah ada 15 orang diketahui melakukan kontak erat dengan seorang pedagang kaki lima (PKL) tersebut.
"Mereka terdiri dari tujuh anggota keluarga dan delapan rekan sesama PKL Malioboro," kata Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di kompleks Balai Kota Yogyakarta, Senin, 7 September 2020.
Heroe menjelaskan meski diketahui ada belasan orang yang melakukan kontak erat, namun Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta baru berhasil mengambil uji swab terhadap satu orang anggota keluarga. Sedangkan 14 orang lainnya masih dilakukan pendekatan karena tempat tinggalnya berpencar-pencar.
Pria yang juga Wakil Wali Kota Yogyakarta itu mengaku, sebelum bisa memetakan sebaran kasusnya, maka sampai saat ini belum perlu ada penutupan sementara aktivitas di Malioboro. Seluruh PKL serta pelaku usaha baik di zona 3 maupun zona lainnya masih diperbolehkan berjualan.
"Kasus ini masih bisa kami kendalikan. Pedagang yang melakukan kontak erat sudah isolasi mandiri dan tidak berjualan dulu. Tetapi untuk memberikan rasa aman, kami minta UPT melakukan disinfeksi di sepanjang Malioboro," tegas dia.
Di samping itu, Heroe menghimbau agar para lansia terutama yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid supaya mengurangi aktivitasnya di luar rumah. Hal ini karena kaum lansia cukup rentan terhadap penularan virus, apalagi banyak ditemukan kasus orang tanpa gejala (OTG).
Kasus ini masih bisa kami kendalikan. Pedagang yang melakukan kontak erat sudah isolasi mandiri dan tidak berjualan dulu.
Kemudian protokol standar juga wajib diterapkan seperti memakai masker, jaga jarak dan rajin cuci tangan. Satuan Polisi Pamong Praja juga diminta mulai tegas menindak pelanggar protokol berikut sanksinya.
Di sisi lain, upaya tracing di kawasan Malioboro masif digencarkan. Hingga siang tadi juga belum ditemukan tambahan kasus. Meski demikian, protokol kesehatan di kawasan wisata yang selalu jadi jujugan wisatawan kini diterapkan secara maksimal. "Sebenarnya sejak awal sudah kami lakukan. Akan tetapi setelah adanya kasus ini maka akan ditingkatkan lagi," sambung Kepala UPT Malioboro Ekwanto.
Lebih lanjut diutarakannya, Petugas Jogoboro yang pertama kali berhadapan dengan pengunjung akan memastikan siapa pun untuk memindai QR Code saat hendak masuk Malioboro. Hal ini supaya datanya tercatat dalam sistem sehingga memudahkan penelusuran jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
"Kami juga tidak pandang bulu. Siapa pun yang tidak memakai masker harus ke luar dari zona mana pun. PKL kami libatkan untuk mengawasi. Wastafel juga harus selalu tersedia air agar memudahkan cuci tangan," tegas dia. []