Sibolga - Kelompok Masyarakat Pengawas Bina Samudera (Pokmaswas BS), mengaku malu dengan julukan 'Sibolga Kota Ikan' jika pemerintah daerah tidak serius melakukan langkah penyelamatan ekosistem laut.
Sekretaris Pokmaswas BS Kota Sibolga, Rahmad Saleh Harahap mengatakan, hasil tangkapan ikan nelayan tradisional di Kota Sibolga mengalami penurunan.
"Malu kita dengan julukan itu, kalau tidak lagi ada ikan yang dihasilkan seperti saat ini," kata Rahmad, Rabu 16 Oktober 2019, di kantornya, Jalan Bangau, Kelurahan Aek Manis, Kecamatan Sibolga Sambas.
Masyarakat Sibolga ini umumnya nelayan, tapi perekonomian masyarakat nelayan sudah melemah
Rahmat menyebut, biota laut seperti terumbu karang dan padang lamun yang ada di daerah Pesisir Pantai Barat Sumatera telah mengalami kerusakan.
Kondisi ini, disebabkan kegiatan eksploitasi biota laut yang tidak terkendali. Penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, masih ditemukan beroperasi.
"Terumbu karang di Pantai Barat Sumatera sudah hancur berantakan, itu karena maraknya penggunaan pukat trawl, bom ikan dan jaring tangkap udang alias jaring Malong kalau istilah di sini (Sibolga)," ucapnya.
Dia menjelaskan, ekosistem laut sangat erat hubungannya dengan keberlangsungan hidup masyarakat pesisir. Sama halnya wilayah Sibolga, karena geografis terletak di Pantai Pulau Sumatera.
"Masyarakat Sibolga ini umumnya nelayan, tapi perekonomian masyarakat nelayan sudah melemah," ucapnya.
Rahmad berharap pemerintah serius mengatasi permasalahan tersebut, sehingga nelayan tradisonal dapat meningkatkan produksi ikan dari hasil tangkapannya.[]