Siang Bersama Sri Dewi Yanti, Istri Bupati Bantaeng

Sri Dewi Yanti istri Bupati Bantaeng Ilham Syah Azikin membuat grup WhatsApp untuk keluarga, untuk berkomunikasi dengan suami dan empat anaknya.
Sri Dewi Yanti, istri Bupati Bantaeng Ilham Syah Azikin di rumah dinas di Bantaeng, Sulawesi Selatan, Kamis, 19 Desember 2019. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Sri Dewi Yanti, perempuan kelahiran Pare-pare, 10 September 1976, istri Bupati Bantaeng, Ilham Syah Azikin. Ibu dari 4 anak bernama Aura, Aero, Ario, dan Arai. Sosok yang pada Kamis, 19 Desember 2019, melemparkan senyum walau sendu tatapannya tak dapat berbohong. Siang terik itu, ia begitu lelah. Namun kehadiran Tagar tetap diterima dengan penuh kehangatan.

Ia baru saja menghadiri acara peringatan hari ibu yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Bantaeng di Balai Kartini, 500 meter dari rumah dinas bupati. Ia hadir di sana selaku Ketua Tim Penggerak PKK. Bersama tim, ia senantiasa menyuarakan berbagai persoalan keluarga di antaranya tentang pentingnya peran ibu dan bagaimana pola asuh yang tepat bagi anak. 

Waktu itu sekitar pukul 2 siang, saat yang nikmat untuk tidur seusai menghadiri kegiatan. Seharusnya ia tengah berbaring santai meluruhkan penat, merenggangkan otot dan menenangkan pikiran. Tapi tidak dilakukannya. Sambil bersandar di sofa, di ruang tengah rumah dinas, ia berbagi cerita tentang anak-anaknya, tentang peran ibu.

Ia masih dalam balutan gaun merah, sesekali mengubah posisi duduk agar tetap nyaman. Tak lupa ia meminta pelayan rumah tangga untuk menyajikan teh dan cemilan teman bercengkerama. Bahasanya halus, tuturnya lembut, senyum yang selalu merekah dan ia berbicara tentang ibu dengan penuh pesona.

"Anak itu terlahir dengan karakter yang sangat berbeda, dan sebaik-baik seorang ibu adalah mampu mengenali karakter anak-anaknya," ujarnya.

Menurutnya jika seorang ibu menginginkan anaknya cerdas, ia harus mencerdaskan diri terlebih dulu. Hal ini senada quote Dian Sastrowardoyo, "Ibu cerdas akan menghasilkan anak yang cerdas."

Saya punya empat anak dan semua memiliki karakter yang sangat jelas bedanya.

Sri Dewi YantiSri Dewi Yanti bersama suami, Bupati Bantaeng Ilham Syah Azikin, dan putra-putri: Aura, Aero, Ario, dan Arai. (Foto: Instagram/Instagram @sri.dewi.yanti)

Ibu dalam Keluarga

Kata Sri, sapaan Sri Dewi Yanti Ilham, saat ini orang tua sebaiknya melebur dengan perkembangan zaman. Karena untuk menjadi sosok yang bijak adalah dengan mengerti serta memahami kondisi yang dihadapi. Tumbuh kembang anak sekarang ditentukan pola asuh yang tepat. Penanganan yang keliru akan fatal akibatnya. Oleh sebab itu kepada putra-putrinya ia begitu berhati-hati dalam mendidik.

"Saya punya empat anak dan semua memiliki karakter yang sangat jelas bedanya," katanya.

Anak pertamanya perempuan, Aura Solthania Ilhamsyah, lahir 2002, berkepribadian tenang, tipikal yang lebih suka menghabiskan waktu dengan menata rumah ketimbang jalan-jalan atau kongkow. Anak keduanya, Aero Solthani Ilhamsyah, lahir setahun kemudian, memiliki jiwa kepemimpinan atau leadership yang tinggi, digadang-gadang bakal menjadi penerus keluarga sebagai pemimpin di tengah masyarakat.

Berikutnya anak ketiga, Ario Solthani Ilhamsyah, lahir 2008, memiliki jiwa yang bebas dan cenderung kreatif dalam menyelesaikan sesuatu. Sosok imajiner tampak dari dirinya. Sedangkan si bungsu, Arai Solthani Ilhamsyah, lahir 2015, sedikit manja, suka bergelayut mencari perhatian kedua orang tua ataupun kakak-kakaknya.

Tentang peran seorang ibu, Sri mengatakan ibu harus cerdas dan terampil. "Kecerdasan itu harus, banyak belajar agar tahu menyikapi. Cerdas tidak dilihat dari strata pendidikan tetapi bagaimana ia mampu menalar."

Sri Dewi YantiSri Dewi Yanti sebagai istri Bupati Bantaeng Ilham Syah Azikin otomatis berperan sebagai Ketua Tim Penggerak PKK. Ini dalam acara memperingati Hari Ibu, Kamis, 19 Desember 2019. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Grup WhatsApp untuk Keluarga

Anak sekarang, kata Sri Dewi, harus juga dibimbing menyongsong era teknologi 4.0. Misalnya anak boleh menggunakan gawai tapi harus dibatasi. "Kita tidak boleh tidak mengenalkan teknologi canggih smartphone kepada anak-anak kita. Tetapi ada batasan. Intinya anak-anak kita tidak boleh dihentikan atau dilarang, supaya mereka saat bergaul tidak minder tentang teknologi yang ada."

Menurutnya gawai tidak melulu berdampak negatif bagi anak-anak. Ada juga hal positif dalam kecanggihan teknologi itu. Meski begitu, orang tua tetap terlibat untuk mengawasi.

Ia sendiri sangat memperhatikan apa saja aplikasi yang terinstal di smartphone anak-anaknya. Misal untuk anak bungsu yang senang bermain YouTube. Agar putranya tetap aman berselancar di dunia maya melalui aplikasi tersebut, ia kemudian memilih sebuah alternatif dengan mengganti jadi aplikasi YouTube Kids. Yang mana aplikasi itu memang khusus tontonan untuk anak-anak dan sifatnya mengedukasi.

Sejauh ini Sri membagi diri antara kehidupan di Kabupaten Bantaeng dan Kota Makassar, karena putri sulung dan putranya yang kedua saat ini tengah mengenyam pendidikan di Makassar. Mengharuskannya untuk sementara tinggal terpisah. Namun dengan adanya smartphone ia mengaku sangat terbantu dalam mengontrol anak-anaknya meski dari jarak jauh.

"Saya buat grup WhatsApp, dan segala rutinitas kita bahas di sana. Saya juga membagi waktu untuk bisa selalu ke Makassar, dan saat di sana saya benar-benar memanfaatkan waktu tinggal di rumah bersama anak-anak. Bagaimanapun juga komunikasi secara langsung itu penting," tuturnya dengan raut rindu yang terpancar untuk anak-anaknya.

Sri Dewi YantiSri Dewi Yanti. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Ibu dan Tim PKK Bantaeng

Baginya, seorang ibu benar-benar harus piawai dalam mengurus segalanya. Ia sendiri menjabarkan bagaimana sehari-hari berhadapan dengan banyak peran di antaranya mengurus suami, bertindak selaku Ibu Bupati, mengurus anak-anak, mengurus tanggung jawab di berbagai organisasi, dan yang pasti mengurus diri sendiri. Sungguh suatu hal yang tak mudah, tapi ia bisa melakukannya.

Melalui PKK, ia secara masif memberikan pemahaman kepada para ibu rumah tangga agar lebih tahu bagaimana pola asuh yang tepat untuk anak. "Kita masif memberikan seminar atau pelatihan kepada ibu-ibu untuk meningkatkan kemampuan pola asuh. Ibu pondasi utama dalam membentuk karakter anak. Ibu harus paham bentuk pola asuh yang tepat. Pola komunikasi intensif sangat diperlukan. Kita harapkan dalam kondisi sekarang tidak ada lagi pola asuh otoriter."

Ia mengamati masih banyak terjadi pola komunikasi otoriter, "Itu zaman old dan itu masih banyak." Menurutnya hal seperti tidak bisa lagi diterapkan. "Yang tepat kini adalah pola komunikasi persuasif antara ibu dan anak." Ibu memahami karakter anak. Anak tidak boleh dibandingkan dengan anak lain. "Anak sekarang tidak bisa lagi dipaksakan, anak-anak kekinian harus digiring mengikuti ke mana arah bakatnya. Ibu harus terus berinteraksi ke anak-anak." []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Suman, Anak Makassar Berpenyakit Aneh
Suman, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun di Makassar, tidak diketahui kenapa ada benjolan sebesar kepalan tangan orang dewasa di dadanya.
Kerajaan Tuyul di Gunung Suru Sleman
Bukit itu tak terlalu tinggi namun jalan setapak menuju puncak cukup curam. Warga mengenalnya sebagai Gunung Suru lokasi kerajaan tuyul di Sleman.
Kuliner WKT Bantaeng Bertahan Karena Pelanggan
Waroeng Kampoeng Toa atau WKT di Kabupaten Bantaeng memiliki menu favorit yang selalu ramai dikunjungi pelanggan.
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu