Sha Ine Febriyanti, Ratu Bengis di Teater WS Rendra

Aktris Sha Ine Febriyanti didaulat memerankan tokoh bengis Ratu Dara dalam pentas ulang drama karya maestro WS Rendra bertajuk Panembahan Reso.
Aktris Sha Ine Febriyanti ditemui Tagar di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 5 November 2019. (Foto: Tagar/Eno Suratno Wongsodimedjo)

Jakarta - Aktris Sha Ine Febriyanti didaulat memerankan tokoh Ratu Dara dalam pentas ulang drama karya maestro WS Rendra bertajuk Panembahan Reso, yang bakal berlangsung pada 25-26 Januari 2020 di Ciputra Artpreneur, Jakarta.

Pemeran Nyai Ontosoroh di film Bumi Manusia itu mengaku senang mendapat kesempatan tersebut. Meski sempat merasa kesulitan mendalami karakter bengis Ratu Dara, Ine mengaku tertantang merasakan kekejaman tokoh tersebut.

"Ratu Dara ini rada sulit karena bengisnya minta ampun, jahatnya minta ampun. Saya belum pernah bermain dengan karakter se-absurd ini. Tapi sebagai aktor saya harus bisa merasakan kebengisan ini," kata Ine saat jumpa pers di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 5 November 2019.

Ine mengatakan, karakter jahat yang begitu kentara dalam sosok Ratu Dara, berbanding terbalik dengan sikap dan sifatnya sendiri di dunia nyata.

"Orang jahat itu kan punya alasan. Yang saya tangkap di sini, jahat saja. Ambius, tahta segala macam, nafsunya dominan, beda banget sama saya," kata Ine.

Aktris kelahiran Semarang, 18 Februari 1976 itu bahkan harus membaca naskah asli dari pementasan Panembahan Reso versi tahun 1986 yang berdurasi tujuh jam demi mencari alasan begitu jahatnya karakter tokoh Ratu Dara.

"Orang jahat itu kan ada sebabnya, pemicunya ini yang nggak muncul dalam naskah yang terpotong. Saya memang harus cari tahu kenapa dia bengis banget. Paling nggak kita ngerti alasannya apa, masa lalunya apa, itu yang saya dekati, itu yang saya munculkan dalam benak dan saya desain," kata dia.

Panembahan Reso 34 Tahun Lalu

Drama Panembahan Reso merupakan mahakarya WS Rendra yang dipentaskan pertama kali oleh Bengkel Teater pada tahun 1986. Saat itu, pementasan rencananya dilakukan di Taman Ismail Marzuki (TIM), namun akhirnya digelar di Istora Senayan karena alasan perizinan.

"Dulu, mengapa pementasan tidak jadi di TIM (Taman Ismail Marzuki) karena izin pagelaran tidak kunjung keluar. Kita gelar di Istora Senayan dan beberapa bulan sebelum pentas, tiket sold out," kata istri mendiang Rendra, Ken Zuraida.

Ken mengatakan, naskah drama dikerjakan Rendra dengan dibantu olehnya kawan-kawan lain selama lebih dari 11 tahun. Sejumlah riset juga dilakukan Willy, panggilan akrab Rendra, demi membentuk cerita yang begitu relevan dengan keadaan Indonesia saat itu.

Baca juga: Sujiwo Tejo, Menjadikan Kata Sebagai Bunyi Musik

Seusai naskah selesai ditulis, aktor gabungan dari sejumlah daerah di Jawa yang telah tergabung di Bengkel Teater bentukan Rendra, melakoni latihan selama 6 bulan lebih.

Menurut Ken, pementasan dengan durasi panjang selama 7 jam, membuat para aktor, penari dan pemusik harus melatih fisik agar stamina terjaga saat pementasan dilaksanakan.

"Kami latihan dengan ajojing, istilah untuk menari yang populer waktu itu. Kami menari dengan tangan di atas, selama 4 jam setiap harinya, selama 6 bulan. Hasilnya, tidak ada yang tumbang saat pementasan," kata istri mendiang Rendra, Ken Zuraida.

Ken mengatakan, pementasan itu masih membekas di kepalanya lantaran saat itu ada dua perempuan yang tengah hamil sewaktu masa latihan dan pementasan. 

"Salah satunya yang hamil itu adalah Suzan Piper, istri Sawung Jabo. Saya latihan sembari memastikan apa dia baik-baik saja, saya buka perutnya, saya periksa sembari kami menari. Dua bulan setelah pementasan, anak laki-laki Sawung Jabo lahir." kata Ken seolah mengenang.

Dalam pementasan selama dua hari di Istora Senayan waktu itu, pagelaran berhasil menyedot 30 ribuan penonton yang duduk tanpa jeda menikmari pertunjukan. Ken ingat betul beberapa orang menyiapkan makanan dan minuman sebelum masuk ke dalam venue acara.

"Untuk satu malam kita berhasil menghimpun 14,5 ribuan orang. Jadi dua malam ada sekitar 30 ribuan penonton. Selama 7 jam tidak ada jeda. Mereka membawa makanan dan minuman sebelum menonton," kata dia.

Panembahan ResoSejumlah seniman dan pelaku seni berusaha menghidupkan lagi teater karya WS Rendra bertajuk Panembahan Reso. (Foto: Tagar/ Eno Suratno Wongsodimedjo)

Kini, Panembahan Reso dihidupkan kembali dengan durasi yang dipangkas menjadi hanya selama 3 jam. Pementasan bakal disutradarai oleh Hanindawan dan diproduseri oleh Auri Jaya, lmran Hasihuan dan Seno Joko Suyono.

Keputusan pemotongan durasi, kata Seno, dilakukan setelah debat panjang antara produser dan sejumlah pihak yang terlibat dalam produksi pementasan. 

"Kami harus berdebat keras untuk meringkas durasi dari 7 jam menjadi 3 jam. Termasuk kalimat mana dan kata mana dalam naskah yang mesti ada atau dibuang," kata Seno Joko Suyono.

Auri Jaya juga menambahkan, pemangkasan durasi dilakukan dengan hati-hati, sehingga penonton tidak akan kehilangan momen menikmati karya dari sang maestro, WS Rendra.

"Saya selalu konsultasi dengan Ken Zuraida dan bang Iwan, ada dialog yang tidak bisa diubah karena bukan dari skenario tapi dari pengalaman Panembahan Reso. Dari 7 jam, dipotong jadi 3 jam dan tetap tidak menghilangkan makna yang ada," kata Auri.

Baca juga: WS Rendra Bakal Hidup Kembali Lewat Panembahan Reso

Pementasan melibatkan gabungan dari seniman teater, tari dan musik dari tiga kota di Jawa, yakni Solo, Yogyakarta dan Jakarta, dengan pemeran utama seperti Sha Ine, Whani Darmawan, Ucie Sucita, Sruti Respati.

Serta Ruth Marini, Maryam Supraba, Gigok Anugoro, Jamaludin Latif hingga Dimas Danang Suryonegoro dan lain-lain. []

Berita terkait
Sujiwo Tejo, Menjadikan Kata Sebagai Bunyi Musik
Tanpa harus tahu arti, bahasa dan kata juga bekerja secara estetis dalam batin manusia. - Sudjiwo Tejo
Slamet Rahardjo, Main Teater Seperti Pulang Kampung
Slamet akan tampil dalam pementasan Teater Koma berlakon Goro-Goro: Mahabarata 2 arahan sutradara Nano Riantiarno.
Teater Koma Pentaskan Lakon JJ Sampah-Sampah Kota
Teater Koma kembali dengan produksi terbarunya berjudul J.J Sampah-Sampah Kota pada 8-17 November 2019.
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara