Setelah Badai Corona Berlalu

Dian Putri Mustafa, Tedi Hendratno dan Andi Wardha. Mereka tinggal di Makassar. Setelah badai virus corona berlalu, ini yang akan mereka lakukan.
Dian Putri Mustafa. (Foto: Dok Pribadi)

Makassar - Virus corona penyebab penyakit Covid-19 mendera dunia termasuk Indonesia. Semua orang tidak leluasa ke mana-mana. Dipaksa berada di rumah untuk menghentikan penyebaran virus. Terpenjara di balik tembok rumah, orang-orang berpikir apa yang akan dilakukan setelah pandemi berlalu. Termasuk mereka yang tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan.

Dian Putri Mustafa, staf public relation Yayasan Aksa Mahmud. Dua pekan bekerja di rumah, ia merindukan bekerja di luar rumah. Pada awalnya ia menilai kebijakan bekerja di rumah bisa berdampak baik, karena akan banyak waktu bersama keluargaTapi setelah berjalannya waktu, wanita berkacamata ini merasa jenuh, hanya megandalkan teknologi tidak lebih baik dibanding bertemu langsung dengan rekan kerja.

“Secanggih apa pun teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan efektifnya pertemuan langsung. Sehingga ngantor secara langsung masih jauh lebih efektif,” ujar Dian kepada Tagar, Senin, 30 Maret 2020.

Kelahiran 1993 ini berharap pandemi virus corona segera berakhir dan semua aktivitas kembali berjalan seperti sedia kala. Setelah pandemi berlalu, Dian akan menuntaskan pekerjaan yang tertunda kemudian pergi berlibur ke salah satu pulau cantik di Sulawesi Selatan.

“Tentunya evaluasi pekerjaan tertunda yang memang tidak bisa dikerjakan di rumah. Selanjutnya akan melakukan refreshing ke pulau Dutungan atau pantai terdekat,” kata Dian. Kalau tidak memungkinkan ke pulau, wanita yang hobi memasak ini akan memilih berenang bersama keluarga atau teman-teman.

Selama ini saya membutuhkan rumah setelah pekerjaan di  kantor selesai. Rumah untuk beristirahat.

Baginya bekerja di rumah bukan pilihan, justru ia merasa pekerjaan jadi lambat diselesaikan. Urusan kerja dan pribadi tak bisa lagi dilakukan secara bebas. Semua serba terbatas. Walaupun demikian ia berusaha menerima kenyataan ini, mencoba menikmati hari senyaman mungkin.

“Sebenarnya bukan bosan kerja dari rumah, tapi memang selama ini saya membutuhkan rumah setelah pekerjaan di  kantor selesai. Rumah untuk beristirahat,” ujar kelahiran Watampone itu.

Untuk mengatasi kejenuhan, alumnus Universitas Telkom itu mengaku tidak punya banyak pilihan untuk menghilangkannya. “Saat ini hanya fokus menyelesaikan desain yang mendesak, membaca buku, dan sekarang lagi senang buat konten untuk YouTube.”

Wanita asal Jeneponto ini merindukan bertemu teman-temannya, berkumpul bercanda dan tertawa. “Sejak ada wabah ini rasanya jika ingin menginjakan kaki ke luar rumah seperti ada peperangan yang menerkam. Bukan waswas berlebihan, hanya saja kewaspadaan lebih berkali lipat dari biasanya. Membuat banyak pikiran, self control perlu ditingkatkan.”

Dian mengatakan yang paling menakutkan dari virus corona adalah penularannya lebih cepat dari beberapa sakit yang gejalanya serupa seperti flu. Justru karena gejalanya serupa flu, orang bisa menganggap ini flu biasa, "Padahal kita tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam tubuh kita."

Sehingga, kata Dian, jika lambat diatasi dan imun sedang lemah, akan merusak paru-paru seseorang. "Seperti baik-baik saja padahal sudah positif. Ini yang membuat waswas karena kita tidak bisa mewaspadai siapa yang sudah terpapar. Sehingga cara menyikapi ini memang betul kita perlu menjaga jarak sosial.”

Tedi HendratnoTedi Hendratno. (Foto: Dok Pribadi)

Tedi Hendratno seorang pendiri event organizer juga merasa tidak terlalu nyaman dengan kondisi virus corona yang membuat rencananya, seminar dan beberapa kegiatan harus ditunda sampai waktu yang tidak jelas.

“Kalau mau jujur, ini sangat tidak nyaman, tapi harus bagaimana lagi, karena memang kondisi mengharuskan kita tetap di rumah,” ujar Tedi.

Kelahiran Mangkutana 1985 ini menyebut, setelah pandemi corona ini berakhir ia akan kembali melakukan rekonsiliasi dan koordinasi dengan beberapa klien yang kemarin sudah akan jalan event-nya untuk bisa dilaksanakan usai corona.

“Karena kami bekerja ada target, jadi melakukan banyak hal untuk bisa menutup nilai produktivitas yang hilang pada masa corona pastinya,” kata Tedi. "Setelah semua ini berakhir, saya mau beraktivitas normal seperti sedia kala. Mengejar deadline yang tertinggal."

Bekerja di rumah atau di kantor bagi Tedi sama saja. Yang jadi masalah adalah karena saat masa wabah virus corona ini, semua aktivitas event, promosi, pertunjukan, tidak boleh dilakukan.

“Saat ini yang paling banyak saya lakukan adalah menulis, mumpung libur, ada waktu menyiapkan banyak materi untuk kebutuhan klien dan seminar,” tutur Tedi

Tedi, setelah membaca riset dan berbagai literatur, menilai virus corona tidak menakutkan. "Ini sebenarnya hanya akan menjadi berbahaya dan berat apabila sistem imun dalam tubuh kita kurang baik. Dari point ini tentunya kita sudah punya solusi bagaimana menjaga diri.”

Andi WardhaAndi Wardha. (Foto: Dok Pribadi)

Andi Wardha, bekerja sebagai petugas medis di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros. Ia tidak merasakan bekerja dari rumah karena menjadi garda terdepan untuk melayani masyarakat banyak.

“Karena saya adalah tenaga kesehatan, saya lebih baik bekerja di kantor, karena yang membutuhkan pelayanan kami bukan hanya pasien virus corona, tapi semua orang yang mempunyai keluhan terkait status kesehatannya,” ujar wanita kelahiran 1991 itu.

Ia mengatakan seandainya diberi kesempatan bekerja di rumah, sebagai introvert akan menikmatinya tanpa rasa bosan. Bekerja di rumah selama beberapa waktu, ia bisa berekreasi di dapur, memasak makanan kegemaran.

Selama masa pandemi virus corona, satu hal yang jarang dilakukan Wardha, yaitu berkumpul dengan keluarga besar. Meski jarak rumahnya dan rumah keluarga tidak jauh, tapi dengan adanya imbauan social distancing ia tidak bisa mengunjungi keluarga.

“Setelah masalah virus corona berakhir, rencana pertama saya adalah mengunjungi keluarga yang sudah lama tidak berjumpa. Kedua, tetap waspada dan memperbaiki diri, mungkin saja ini teguran untuk kita semua dari Yang Maha Kuasa,” tutur wanita yang bertugas sebagai perekam medis itu.

Terkait masyarakat yang panik menanggapi pandemi virus corona, Wardha mengatakan virus corona bukan hal yang harus ditakuti, tapi harus diwaspadai.

"Kepanikan itu ada karena kita terlalu banyak membaca berita hoax di media sosial," katanya.

Ia menyarankan, “Janganlah terlalu menanggapi berita-berita yang ada di media sosial, cukup nonton berita di televisi. Kendalikan diri kita guys.”

Wardha berharap virus segera lenyap, apalagi sebentar lagi Ramadan, sedih rasanya, Ia juga berharap dengan adanya virus ini, semua orang sadar pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Bayang-bayang Corona di Stasiun Manggarai Jakarta
Sejam lebih Winarso duduk di seberang jalan Stasiun Manggarai Jakarta, tapi ponselnya tak kunjung berbunyi. Semua ini karena bayang-bayang corona.
Subuh Berdarah di Cempaka Putih Jakarta
Tubuh Alfi Basyahrinur roboh bersimbah darah dengan banyak luka bacok. Subuh yang tenang di Cempaka Putih Jakarta seketika mencekam, gempar.
Menunggu Badai Corona Segera Berlalu
Pada masa social distancing, anak belajar di rumah, pegawai kerja di rumah, kegiatan ekonomi menurun. Semua berharap badai corona segera berlalu.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.